AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU

AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU

Oleh:  Gyuu_Rrn  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
18 Peringkat
56Bab
27.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bercerita tentang kehidupan rumah tangga Yuni dan Ramdani, di mana Ibu kandung Ramdani sering sekali ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka, termasuk masalah keuangan yang dipegang langsung oleh Ibunya.

Lihat lebih banyak
AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Diyah Dhee
Kentang banget. Udah smangat beli pake koin, eeh malah gantung gini
2022-07-12 06:51:51
0
user avatar
Cici K
endingnya nanggung.. tambahin aja extra part.. 1 atau 2 gitu biar tuntas.. happy ending..
2022-06-23 00:11:15
0
user avatar
Pretty Woman
bagus cuma endingnya kurang memuaskan..
2022-04-12 17:04:27
0
user avatar
Jasmine
Ini kisah yang familiar dikalangan dunia menantu-mertua. Lanjut ya kak!
2022-01-21 20:20:35
0
user avatar
Sylviana Mustofa
Suka banget sama ceritanya .........
2021-12-21 11:10:17
0
user avatar
Zhi
Bener-bener true story, ada beneran jenis mertua macam itu. Makin greget.
2021-12-20 08:46:21
0
user avatar
DeyaaDeyaa
Emak lucknut. Wkwkwkwk becanda..... Lanjutkan kak....
2021-12-19 22:44:19
0
user avatar
Ana Sue
ini mah mertua kepo deh bener-bener ya
2021-12-19 22:36:26
0
user avatar
Anggrek Bulan
Bagus sekali ceritanya
2021-12-08 06:19:57
0
user avatar
CahyaGumilar79
Ceritanya bagus dan keren kak. Alurnya menarik diksinya ok
2021-12-08 02:48:07
0
user avatar
Iekyu
repot kalo rumah tangga selalu di rongrong gitu. semangat update ya kak
2021-12-07 23:19:47
0
user avatar
Diganti Mawaddah
cerita yang menguras emosi. cakep
2021-12-02 19:02:21
1
user avatar
Saturnus uranus1
semangat terus
2021-11-18 15:43:31
1
user avatar
Rezquila
cerita bawang nih, harus siapin handuk
2021-11-18 15:21:53
1
user avatar
Rai Seika
Duh cerita begini bikin nyesek. Bener sih harus mementingkan IBU tapi istri juga butuh perhatian
2021-11-18 14:55:50
0
  • 1
  • 2
56 Bab
Ketika Ibu Ikut Campur
 "Ngapain Ibu datang ke tempat kerjaku?" tanya Ramdani saat melihat seorang wanita paruh baya menghampirinya dengan senyum mengembang. "Ibu tahu, kemarin kamu baru gajian dan belum mentransfernya ke rekening Ibu. Kamu tidak lupa dengan jatah bulanan Ibu dan adikmu, 'kan?" Ramdani menggeleng pelan, karena bagaimanapun itu, dia memang tidak melupakan, hanya saja memang untuk saat ini, dia sedang memikirkan hal lain. "Kenapa terdiam?" tanya Ibunya kembali, membuat Ramdani sedikit tersentak. "Ibu tahukan, kalau sebentar lagi Yuni melahirkan, jadi sepertinya apa lebih baik aku mengurangi jatah bulan Ibu saja." Bagaikan disambar petir di siang bolong, wanita paruh baya tersebut langsung membelalakkan mata, dia tidak terima dengan ucapan anak sulungnya tersebut. Karena bagaimanapun itu, dia dan anak bungsunya telah menjadi tanggungjawab Ramadani, sesuda
Baca selengkapnya
Yuni Hampir Menyerah
Tanpa Ramadani ketahui, bahwa sedari tadi Yuni mendengarkan semua percakapannya dengan sang Ibu. Awalnya Yuni berpikir, kalau suaminya itu akan berbicara dengan Ibunya mengenai permasalah, tetapi justru semuanya di luar dugaan, kalau Ramdani lebih mendengarkan ucapan Ibunya dibandingkan dengan dirinya. Yuni benar-benar kecewa, selama hampir tiga tahun ini dia mengalah dengan sifat keluarga Ramdani, tetapi sekali lagi dia memang tidak pernah di hargai sedikitpun. "Non Yuni, baik-baik saja?" Yuni menoleh, menatap pengasuh anaknya yang sudah bekerja di rumahnya semenjak anak Rion--anak pertamanya lahir. "Insyaallah, Mbok." Gegas, Yuni meraih Rion yang baru berusia dua tahun setengah dari gendongan Mbok Darmi--pengasuhnya. Meskipun sudah berusia dua tahun setengah, tetapi sayangnya Rion mengalami keterlambatan dalam proses berjalan, hal itu m
Baca selengkapnya
Mulai Menjauh
Semenjak kejadian tersebut, Yuni lebih banyak diam, kadang sesekali Ramdani memergoki Yuni tengah melamun di halaman belakang rumah. Walaupun begitu, Yuni masih melayani Ramdani dengan baik, dia masih memperlakukan Ramdani layaknya suami, meskipun Ramdani justru sebaliknya. "Rion, mau main sama, Papah, gak?" Rion yang merupakan anak pertama Ramdani hanya menggeleng pelan, dia lebih asyik dengan mainan yang ada di hadapannya, dibandingkan dengan Papahnya sendiri. Padahal, biasanya Rion tidak bisa jauh dari Papahnya, dia sering memanggil Papahnya, meskipun tidak selalu dihiraukan oleh Ramdani. "Nak, Papah, punya mainan baru, kamu mau lihat, gak?" Akhirnya Rion menoleh, menatap sang Papah yang sedang menyunggingkan senyuman. "Tada!" sambung Ramdani sambil memamerkan mainan robot yang tadi dia beli di jalan. "Nak, makan d
Baca selengkapnya
Anak Kecil Pun Mengerti
Dari kejauhan, Ramdani terus memperhatikan Yuni yang tengah menyuapi Rion. Sesekali istrinya itu tertawa saat melihat tingkah menggemaskan Rion. Selama ini Ramdani sadar, kalau dia sama sekali tidak pernah menemani Yuni menyuapi, bahkan mengajaknya pergi keluar bertiga bersama anaknya, dia terlalu sibuk dengan dunianya. Pergi pagi, pulang malam dan ketika berada di rumah, dia habiskan untuk kembali bekerja atau beristirahat, tanpa mempedulikan istri maupun anaknya.  Bahkan, Ramdani sama sekali tidak pernah mendengarkan keluh kesah istrinya, dia selalu berpikir, bahwa rumah dan uang bulanan yang selalu dia berikan pada Yuni cukup. Padahal dibalik itu semua, ada banyak hal yang tidak Ramdani ketahui mengenai istri dan bagaimana Ibunya memonopoli semuanya. "Mamah, Ion udah kenyang," ucap Rion sambil menjulurkan tangan, meminta air minum yang ada di gelas. "
Baca selengkapnya
Yuni Perlahan Bangkit dari Rasa Sakit
Drrt ... drrt .... Dona yang tengah menikmati hidangan di rumah anak sulungnya itu langsung menyimpan sendok, meraih benda persegi yang terus berdering. Dia menatap layar selama beberapa detik, kemudian menempelkan di telinga. "Bu, lagi di mana?"  "Lagi di rumah Abang kamu, Monika. Kenapa?" "Gitu, ya, Bu. Aku ke sana sekarang, ya! Sekalian mau bawa seseorang." Dona langsung menautkan kedua alisnya ketika mendengar ucapan Monika. "Memangnya siapa, Sayang?" Monika malah terkekeh pelan, kemudian kembali melanjutkan ucapannya. "Nanti juga tahu, aku berangkat dulu ke sana. Tolong siapin makanan." "Iya, Sayang." Sesudah mematikan sambungan telepon, Dona kembali meraih sendok yang ada di atas piring, kemudian melanjutkan acara makannya. Di saat itu pula, Yun
Baca selengkapnya
Tuduhan Dona
Dona langsung mendelik, hidungnya mengkerut, beberapa kali dia melayangkan tatapan tidak suka pada Yuni. "Sejak kapan kamu berani melawan Ibu, Ramdani?" sentak Dona sambil tersenyum sinis. "Pasti si Yuni main dukun, biar kamu berani bersikap seperti itu." Dona sengaja melayangkan sebuah tuduhan tidak mendasar pada Yuni. Sengaja dia melakukan ini, tentunya agar Ramdani percaya lagi padanya, karena bagaimanapun itu, Ramdani adalah satu-satunya orang paling penting di hidupnya. Kalau saja Ramdani dikuasi oleh Yuni, Dona pasti tidak akan bisa hidup mewah, Ramdani pasti akan memberikan uang padanya hanya seadanya saja. Dona tidak ingin, kalau sampai hal itu terjadi, bisa-bisa kebiasaan hidup mewahnya tidak bisa dia rasakan kembali. Kalau saja hal itu sampai terjadi, Yuni adalah orang pertama yang akan Dona lenyapkan. Karena memang, gara-gara Yuni semuanya hilang. 
Baca selengkapnya
Kekasih Monika
"Bu, kenalin ini Kak Anton, dia Kakak tingkatku di kampus. Sebenarnya kami sudah dekat cukup lama, tetapi Kak Anton baru menyatakan cintanya padaku beberapa waktu lalu." Monika menjelaskan semuanya sambil tersipu malu, beberapa kali dia melirik ke arah Anton yang juga ikut menyunggingkan senyuman. Monika tidak menyangka, setelah melakukan pendekatan yang cukup lama dengan Anton, pada akhirnya dia bisa mendapatkan pria itu, rasanya hari-hari Monika benar-benar penuh dengan bunga. "Benar, Bu. Saya dan Monika sudah kenal cukup lama. Malahan kami juga--" "Yuni, maafkan, Mas. Mas, akan bersikap lebih adil padamu lagi, Sayang. Tolong, jangan pikirkan hal ini lagi, kasian anak yang ada di dalam kandunganmu." "Untuk apa? Kamu sudah sering berkata seperti itu padaku." Tiba-tiba ketiga orang tersebut tersentak ketika mendengar sebuah teriakan dari ruang makan.&
Baca selengkapnya
Rencana Yuni dan Mbok Darmi
"Mbok, bisa tolong belikan tempat minum untuk Rion ke pasar, gak?" Mbok Darmi yang kebetulan sedang memotong sayur-sayuran untuk sarapan, langsung menoleh, kemudian mengangguk pelan. "Bisa, Nyonya. Sekalian saya mau beli ikan, tadi Tuan Ramdani minta di masakin ikan goreng." "Baik, Mbok. Terima kasih banyak." Mbok Darmi tidak membalas ucapan Yuni, dia menatap majikannya itu dengan sendu, beberapa kali dia menelan ludah susah payah, berusaha mengusir gejolak di hatinya. Bagaimana tidak, bagian bawah mata Yuni tampak begitu menghitam, wajahnya pun tampak pucat pasi dengan bibir yang memutih. Belum lagi, akhir-akhir ini Yuni jarang sekali makan, membuat Mbok Darmi begitu khawatir. Padahal dia sering sekali mengingatkan Yuni.  Akan tetapi, jarang sekali Yuni gubris, dia hanya mengangguk saja, kemudian kembali bermain dengan Rion dan yang
Baca selengkapnya
Buku Milik Yuni
Ramdani pulang dari kantong dengan keadaan lesu. Hari ini, pekerjaan jauh lebih banyak dari yang dia pikirkan sebelumnya. Bahkan, gara-gara hal itu dia sampai tidak sempat mengisi perut. Ketika masuk ke rumah, Ramdani langsung melesat pergi ke dapur, duduk di meja makan, kemudian membuka tudung makanan. Namun, seketika dia terbelalak ketika netranya hanya menangkap goreng telur dan sayur asam saja yang tersaji. "Mbok Darmi! Mbok," teriak Ramdani dengan nyaring. Dia begitu lapar, tapi kenapa hanya makanan itu saja yang tersaji. Tidak lama kemudian, Mbok Darmi tergopoh-gopoh dari pintu belakang.  "Iya, Tuan, ada apa?" "Kenapa tidak ada makanan yang lainnya? Masa saya harus makan sama telur goreng sama sayur asem saja, mana ikan goreng yang sama minta?" Mbok Darmi menunduk dalam, dia meremas tangannya sendiri dengan begitu gugup.
Baca selengkapnya
Orang Tidak Terduga
Dalam kondisi hamil besar seperti ini, Yuni terpaksa berjalan sambil mendorong kereta bayi yang biasa dinaiki Rion menuju jalan raya yang ada di depan rumahnya. Bukan tanpa alasan, tetapi anaknya itu terus merengek minta keluar rumah, padahal dia sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Baru saja Yuni berjalan beberapa langkah, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan rumahnya.  Tidak lama kemudian, Dona dan Monika keluar dari mobil. Awalnya mereka tidak menyadari keberadaan Yuni, tetapi tanpa sengaja, sudut mata Monika menangkap kehadiran Yuni. "Bu, lihat deh, ada si Yuni." Dona terkesiap, ekor matanya sedikit menyipit. Hanya dalam hitungan detik, dia langsung tersenyum sinis. "Yuni, sini kamu!" Yuni menghela napas kasar, dia terus melajukan kereta bayi yang di tumpangi Rion. Dia tidak peduli dengan Dona dan Monika.&n
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status