“Jadi selama ini ibu ga suka kalau aku hanya dirumah, dan menghabiskan gaji Mas Dimas untuk kebutuhan rumah tangga?”
“Bukan itu maksut ibu Ning, tapi harusnya kamu juga bantuin Dimas cari uang dong Ning. Ga cuma mangandalkan uang Dimas aja.”
“Tapikan ibu tahu kalau Mas Dimas yang ngelarang Nining buat dirumah aja. Nining ga boleh kerja sama Mas Dimas bu” jelasku pada ibu mertua yang menuntutku bekerja.
Setelah aku tahu bahwa selama ini ibu menganggap aku numpang hidup pada Mas Dimas, aku bertekat untuk berdiri sendiri. Aku akan membuktikan kepada Ibu bahwa aku bisa menjadi mandiri tanpa bergantung pada gaji anak kesayangannya itu. Sebenarnya meskipun dirumah saja selama satu tahun ini aku menjadi seorang penerjemah novel asing. Yahh sesuai dengan jurusan kuliahku selama ini, masa aku sekolah tinggi-tinggi ilmu yang kupelari sampai jungkir balik tidak kugunakan sama sekali. Karena itu aku sering berada dikamar setelah semua pekerjaan rumahku selesai. Mungkin karena hal itu ibu jadi merasa kesepian dirumah dan mencari perhatian di luaran sana.
Aku memang jarang keluar rumah jika tidak ada keperluan, semua waktu luangku kugunakan sebaik mungkin dengan menterjemahkan novel berbahasa asing ke Bahasa Indonesia. Memang sedikit penghasilanku tapi lumayan bisa buat menambah uang belanja karena ibu mertuaku suka makanan yang aneh-aneh. Pernah suatu hari aku memasak ayam dua hari berturut-turut Ibu mertuaku tidak mau memakannya.
Mas Dimas memberiku uang bulanan dua setengah juta itu untuk semua keperluan rumah tangga. Listrik dan wifi aja tagihannya sekitar sembilan ratus ribu rupiah, itupun airnya dari sumur coba kalau airnya pake PDAM. Kalau masak mengikuti keinginan ibu sekali belanja enam puluh ribu itupun kalau ibu minta lauknya ayam. Belum kalau minta lauk seafood ataupun daging sapi pasti sekali belanja serabus ribu lebih. Ditambah dengan sayuran, lauk pendukung lainnya seperti tempe dan tahu serta buah untuk cuci mulut. Semua itu harus tersedia di meja makan baru ibu mertuaku itu akan makan, tanpa tahu uang belanja yang diberikas Mas Dimas hanya sisa satu koma enam juta untuk tiga puluh hari. Selama ini yang ibu tahunya semua gaji Mas Dimas diberikan olehku, sehingga baliau semena-mena terhadapku.
Saat makan malam aku menyerahkan sisa bulan ini ke Mas Dimas “Maaf Mas aku udah ga bisa mengatur keuangan keluarga kita lagi, ini kuserahkan sama Mas Dimas. Sekarang terserah Mas Dimas bagaimana mengatur uang ini agar bisa sampai akhir bulan nanti.” Kuserahkan sisa uang belanja yang hanya tersisa tujuh ratus ribu ke Mas Dimas, padahal gajian Mas Dimas masih dua minggu lagi.
“Loh dek ini kan masih pertengahan bulan kok uangnnya cuma tinggal tujuh ratus? ini mah tidak akan cukup buat biaya hidup kita selama dua minggu lagi dek.” Ucap Mas Dimas setelah menerima uang sisa belanja bulan ini.
“Emang tinggal segitu mas, Mas ga pernah perhatikan kalo tiap hari ibu pengen dimasakin enak terus? Udah minta dimasakin enak masih juga jelek-jelekin aku di depan tetangga. Itu juga ada rinciannya kan uangnya buat apa aja. Bahkan aku ga pernah pakai uang dari Mas Dimas buat keperluan pribadi aku selama ini.”
“Tapi dek Mas Dimas kan sibuk, ga sempet kalau harus ngurus beginian.” Rayu Mas Dimas kepadaku.
“Ya sudah biar ibu saja yang mengatur biaya rumah tangga disini. Aku ga mau lagi di jelek-jelekin karena ngabisin uang suami buat beli baju sama skincare.”
“Kamu kok nuduh ibu jelek kayak gitu sihh Ning?”
“Aku udah tahu bu, tadi habis pulang dari pasar Nining ga sengaja denger obrolan ibu sama Bu Lilis yang lagi jelek-jelekin aku.”
“Ya udah mulai sekarang aku serahin buang belanja rumah tangga ini ke ibu yaa. Siapa tahu ibu lebih pinter pengatur keuangan dirumah ini ketimbang Nining.” Ujar Mas Dimas sambil menyerahkan uang bulanan yang hanya sisa tujuh ratus ribu.
“Udah pertengahan bulan kok suruh ibuk yang ngatur, bulan depan aja ibu mulainya. Sekarang biar istrimu aja yang ngurus, uang segitu kok suruh buat makan dua minggu. Mana cukup!” ujar ibu ketus sambil meninggalkan meja makan.
“Udah kamu aja yang urus uang belanja sampe akhir bulan ini Ning.” Ucap Mas Dimas tegas sambil menyerahkan sisa uang bulanan tersebut.
Kuhempaskan nafas dengan kasar, baik Bu sesuai ucapan ibu mulai hari ini aku hanya akan masak tahu tempe buat makan sehari-hari kita. Dan menu termewahnya adalah telur, selamat karena ucapan ibu diijabah sama Allah makan hanya pakai tahu tempe. Seharusnya ibu bisa mengontrol ucapannya sehingga tidak menyinggungku.
Hari ini aku tidak pergi kepasar aku akan belanja di Mang Asep saja. Aku menunggu Mang Asep diteras rumah, kebetulan setiap pagi mang Asep mangkal lebih lama di perempatan samping rumah.
“Mang Asep tempe satu, tahu satu, Bawang merah bawang putih lima ribu, cabe merah sama rawitnya tiga ribu yaa Mang.”
“Siap mbak, tumben mbak Nining ga ke Pasar?”
“Ga mang ibuk pengennya makan tahu tempe masa ke pasar mang, nanggung.” Jelasku pada Mang Asep
“Ini neng semuanya dua puluh ribu neng.” Ujar mang Asep sambil menyerahkan plastic belanjaanku.
Aku memberikan uang pas dan pamit pada mang Asep dan ibu-ibu lain yang sedang belanja “Mari mang ibuk-ibuk saya duluan yaa.”
“Iya iya mbak Ning, mangga!” ucap mereka serempak
Aku kembali ke rumah dan langsung memasuki dapur untuk memasak makanan impian ibu mertuaku. Tempe dan Tahu kurendam sebentar dengan air garam dan bawang agar terasa enak meskipun hanya digoreng. Aku memasak tumis kangkung yang kupetik sendiri dihalaman rumah. Tak lupa kusiapkan sambal terasi untuk menambah kenikmatan saat makan tumis kanggung dan tahu tempe goreng.
“Ning kok lauknya Cuma tahu tempe sihh. Sayurnya kanggung lagi, bikin ngantuk!”
“Ibu kan tahu uang dari Mas Dimas cuma tinggal tujuh ratus ribu. Ibu mau makan nasi sama garam berhari-hari? Ga papa buk dimakan saja, Alhamdulillah kita masih bisa makan sama lauk meskipun hanya tahu tempe.”
“Ya tapi masa cuma tahu tempe Ning? Uang ibu sudah habis ga bisa beli diluar.”
“Bukanya uang ibu dari pensiunan Bapak lebih dari dua juta yaa bu, kok bisa habis?”
“Ya habis keperluan ibu kan banyak ga kayak kamu yang cuma diem aja dikamar.”
“Makan sama tahu tempe enak kok bu, cobain aja dulu.” Ujarku sambil berlalu membawa baju kotor ke belakang.
Aku mencuci sambil melampiaskan emosiku, menurutku ini hal positif karena tidak menyinggung perasaan orang lain. Masih kudengar gerutuan ibu diruang makan, gegas kuselesaikan cucianku karena aku ada interview kerja nanti jam sembilan.
“Bu Nining pergi dulu yaa, mau ada wawancara kerja.”“Nah gitu dong Ning cari kerja jangan Cuma dikamar aja.”“Iya bu biar ibu ga makan sama tahu tempe lagi, nanti ibu ya yang ngomong ke md?” rayuku pada ibu.“Memang gaji dari Dimas ga bisa beli ayam Ning? Kok selama ini kamu masak enak selama ini?”“Dari tabungan Nining bu, tapi sekarang tabungannya udah habis.” Ujarku agar ibu bisa sedikit menghargai usahaku menyenangkannya selama ini.“Alah bohong kan kamu sama ibu, mana mungkin kamu punya tabungan?”“Ada bu dikit-dikit, tapi sekarang sudah habis.” Aku ga mau ibu tahu kalau selama ini aku diam-diam jadi penerjemah.“Ya udah sana kamu pergi wawancara, nanti biar ibu yang bilang ke Dimas.”“Assalamualaikum bu.” Ucapku sambil mencium tangan ibu mertuaku.“Waalaikum salam.”“Hmm punya mantu kok perhitungan sama ibu mertuanya” gumam ibu yang masih bisa kudengar.Aku bergegas pergi menggunakan motor maticku menuju kantor editor majalah.“selamat pagi mbak, hari ini sama mau interview.”“
Aku sampai rumah sore hari, saking asyiknya ngobrol sama Nita sampai lupa waktu.“Assalamualakum bu.” Ujarku sambil mencium tangan ibu.“Waalaikum salam, kamu darimana saja Ning jam segini kok baru pulang?”“Nining tadi ada keperluan sebentar bu sama temen, ini Nining bawain lumpia.”“Lumpia daging bukan Ning?” Tanya ibuku dengan semangat.“Lumpia biasa bu, kan ibu tau Nining lagi ga punya uang.” Kulihat wajah ibu tak sesemangat tadi.Mas Dimas pulang setelah maghrib“Mas Dimas mandi dulu ya, nanti langsung makan malam. ada yang mau aku omongin.”“Ya udah mas mandi dulu biar seger badannya. Mas capek banget hari ini.” Mas Dimas memasuki kamar mandi dengan lesu.“Tumben makannya cuma sama tahu tempe Ning?”“Iya mas kan uang bulanan kita menipis sekarang.”“Kemaren-kemaren ga pernah begini, kamu jangan boros dong ning.”“Kemarin kan aku tutupin pake uangku Mas, tapi karena ibu menganggap selama ini aku hanya numpang hidup denganmu maka akan kuperlihatkan arti numpang hidup yang sebenarn
Habis maghrib para tetangga menjenguk ibu mertua“Bu Siti sakit apa bu? Kemarin perasaan masih segar bugar penuh semangat ee kok malemnya loyo.” Tanya bu lilis.“Ga tau nih bu lilis, mungkin karena pikiran.”“Jangan terlalu banyak pikiran bu Siti, Zulaikah bawakan bu Siti buah pear katanya bagus untuk menurunkan tekanan darah. Buah pear kan banyak airnya jadi pasti bu siti jadi semangat makan buah.”“Zulaikah selain pinter nyari uang juga perhatian ya sama orang tua, terima kasih ya Zul.” Ucap ibu mertua berseri-seri“Iya bu Siti sama-sama, sesama tetangga kan harus saling tolong menolong.”Aku melenggang pergi meninggalkan ibu mertua dan ibu-ibu yang lain untuk membuat minuman. Jika tidak menyuguhi minuman aku nanti akan semakin di jelek-jelekin sama ibu mertua.“Nining lama banget sih kamu cuma bikin minumas aja.” Ujar ibu saat melihatku mengantarkan the hangat.Aku hanya diam sambil menyajikan minuman untuk para tetangga“Jangan keras-keras bu Siti kalau bicara sama menantu.”“Saya
Aku mengikuti saran Nita untuk menpublishkan novel yang sudah aku terjemahkan selama satu tahun ini. Ada beberapa paltform online yang katanya bisa mempublish novel terjemahan. Ya untung untung investasi jangka panjang.“Ning mending untuk menambah pendapatan, kamu upload cerita yang sudah kamu terjemahkan ke platform-platform cerita online. Sekerang sudah banyak yang berbayar kok. Untuk penambah pembaca kamu juga membuat akun f******k untuk mempromosikannya. Memang perlu usaha yang keras sih kalau baru mulai merintis. Tapi dari pada didiamkan sama di komputer kan sayang Ning.”“Emang boleh Nit novel terjemahan dimasukin ke platform-platform online?”“Boleh banget dong ning, apalagi sekarang ada yang namanya kontrak exclusif dan non exclusif. Jadi kamu bisa bilih mau di publikasikan ke satu platform saja atau ke banyak platform. Apa lagi kalau kamu bisa nulis dengan Bahasa yang mudah dipahami oleh orang-orang awam. Kamu tahukan kalau novel terjemahan biasanya bahasnya amburadul. Nanti
Ternyata menjadi penulis di Platform online tidak mudah. Aku butuh lebih banyak waktu untuk beradaptasi dengan ritmenya. Benar kata orang “Hal yang paling sulit adalah memulai sesuatu”. Aku yang sudah terbiasa menulis novel terjemahan nyatanya masih kelimpungan. Aku harus menyesuaikan Bahasa yang aku gunakan agar mudah dipahami oleh semua kalangan. Tidak mudah mengajukan kontrak dengan platform platform tersebut. Mungkin aku harus banyak belajar biar bisa membaca peluang. Dan belajar menulis novel sendiri agar memiliki karga original. Bismilah mudah mudahan semua dilancarkan dan aku bisa istiqamah pada jalan yang telah aku pilih. “Gimana Ning nulis di platform online?” Tanya Nita padaku saat break makan siang. “Susah Ning, pusing banget aku, masih bingung butuh waktu buat beradaptasi.” “Ga papa Ning nikmati saja prosesnya, lama lama juga pasti enak kok ngejalaninnya.” “Iya kamu bener banget Nit. Kita harus bisa membuka peluang yang ada didepan mata. Jangan sampai terlewat begitu s
Seminggu sudah kita memutuskan untuk menyewa sebuah rumah untuk kita tinggali. Akan tetapi aku merasa selalu sendiri di rumah kontrakan. Waktu luang lebih aku pergunakan untuk menulis cerita daripada aku terus memikirkan kapan Mas Dimas akan pulang dari rumah Ibunya. Sekarang aku juga bergabung menjadi reseller pakaian, hanya bedanya aku bekerja sama dengan adikku yang tinggal di Solo. Karena aku tidak punya waktu untuk pergi ke Solo mengambil pakaian yang aku pasarkan. “Dek nanti Mas Dimas pulang kerja mampir dulu ke rumah Ibu ya Ning, mau melihat kondisi Ibu.” Pulang kerja Mas Dimas selalu mampir ke tempat Ibunya dan pulang ke kontrakan saat aku sudah tidur, entah jam berapa. Waktuku dengannya hanya waktu pagi sebelum dia berangkat kerja. “Iya Mas meskipun sekarang kamu sudah menjadi suamiku, aku juga tahu posisi kamu sebagai anak satu satunya Ibu.” “Seandainya kamu dan Ibu bisa akur, pasti Mas seneng banget Ning.” “Mas kamu lihat sendiri kan perlakuan Ibu kamu ke aku? Aku kuran
Sudah tiga bulan kami tinggal di kontrakan, hubunganku dengan Mas Dimas sudah sangat membaik. Meskipun saat ini ada wabah Covid 19 tapi tidak berpengaruh pada pekerjaanku, bahkan sedang ada proyek sebagai editor untuk sebuah novel online. Karena lockdown dan dianjurkan dirumah saja membuat peminat novel online meningkat tajam. Hal ini membuat aku harus sering lembur di kantor. Bahkan novel yang aku publish di platform online juga jadi banjir pembaca mesipun aku belum bisa menghasilkan banyak rupiah dari novel online. Tapi aku yakin bahwa usaha tidak akan menghianati hasil.“Mumpung hari ini aku pulang lebih awal sebaiknya aku mampir ke rumah ibu mertua.” gumamku. Kulihat ada mobil Mas Dimas terparkir di halaman rumah ibu.“Aku parkir di pinggir jalan sajalah, biar nanti pulangnya enak. Sudah ada mobil Mas Dimas jadi sempit kalau aku parkir motor di halaman.” Samar-samar aku mendengar obrolan ibu dengan Mas Dimas.“Kamu kok masih jam kerja gini di rumah ibu sih Dim seminggu ini, kamu d
Pov Ibu MertuaAku harus bisa membuat Dimas kembali lagi ke rumah ini. Dan aku berharap dia kembali ke rumah ini sendiri tanpa Nining.“Dimas kamu ga bisa tinggal di rumah ini lagi? Ibu kesepian dim dirumah sebesar ini sendirian.” Ucapku memelas untuk mencari perhatian putra kesayanganku ini.“Ibu kan tahu dimas ga bisa lihat ibu dan nining adu mulut terus tiap hari. Kapala dimas rasanya mau pecah kalau mendengar perdebatan kalian berdua. Ini pilihan yang tepat agar Ibu dan Nining berjauhan untuk menghindari konflik diantara kalian. Ibu paham kan? Aku ingin yang terbaik buat Ibu dan Nining.”“Ya udah terserah kamu deh, yang penting setiap makan malam kamu harus makan disini. Kalau kamu ga makan malam disini ibu ga mau makan.” Ancamku pada Dimas.“Iya bu, Dimas janji sama ibu.” Pintaku pada dimas sebelum dia meninggalkan rumah ini untuk tinggal bersama istrinya di sebuah rumah kontrakan sederhana.Aku harus mendekatkan Zulaikah sama Dimas, kulihat sepertinya perasaan Zulaikah sama Dima