Share

Chapter 2 Mengembalikan Sisa Uang Bulanan

“Jadi selama ini ibu ga suka kalau aku hanya dirumah, dan menghabiskan gaji Mas Dimas untuk kebutuhan rumah tangga?”

“Bukan itu maksut ibu Ning, tapi harusnya kamu juga bantuin Dimas cari uang dong Ning. Ga cuma mangandalkan uang Dimas aja.”

“Tapikan ibu tahu kalau Mas Dimas yang ngelarang Nining buat dirumah aja. Nining ga boleh kerja sama Mas Dimas bu” jelasku pada ibu mertua yang menuntutku bekerja.

Setelah aku tahu bahwa selama ini ibu menganggap aku numpang hidup pada Mas Dimas, aku bertekat untuk berdiri sendiri. Aku akan membuktikan kepada Ibu bahwa aku bisa menjadi mandiri tanpa bergantung pada gaji anak kesayangannya itu. Sebenarnya meskipun dirumah saja selama satu tahun ini aku menjadi seorang penerjemah novel asing. Yahh sesuai dengan jurusan kuliahku selama ini, masa aku sekolah tinggi-tinggi ilmu yang kupelari sampai jungkir balik tidak kugunakan sama sekali. Karena itu aku sering berada dikamar setelah semua pekerjaan rumahku selesai. Mungkin karena hal itu ibu jadi merasa kesepian dirumah dan mencari perhatian di luaran sana.

Aku memang jarang keluar rumah jika tidak ada keperluan, semua waktu luangku kugunakan sebaik mungkin dengan menterjemahkan novel berbahasa asing ke Bahasa Indonesia. Memang sedikit penghasilanku tapi lumayan bisa buat menambah uang belanja karena ibu mertuaku suka makanan yang aneh-aneh. Pernah suatu hari aku memasak ayam dua hari berturut-turut Ibu mertuaku tidak mau memakannya.

Mas Dimas memberiku uang bulanan dua setengah juta itu untuk semua keperluan rumah tangga. Listrik dan wifi aja tagihannya sekitar sembilan ratus ribu rupiah, itupun airnya dari sumur coba kalau airnya pake PDAM. Kalau masak mengikuti keinginan ibu sekali belanja enam puluh ribu itupun kalau ibu minta lauknya ayam. Belum kalau minta lauk seafood ataupun daging sapi pasti sekali belanja serabus ribu lebih. Ditambah dengan sayuran, lauk pendukung lainnya seperti tempe dan tahu serta buah untuk cuci mulut. Semua itu harus tersedia di meja makan baru ibu mertuaku itu akan makan, tanpa tahu uang belanja yang diberikas Mas Dimas hanya sisa satu koma enam juta untuk tiga puluh hari. Selama ini yang ibu tahunya semua gaji Mas Dimas diberikan olehku, sehingga baliau semena-mena terhadapku.

Saat makan malam aku menyerahkan sisa bulan ini ke Mas Dimas “Maaf Mas aku udah ga bisa mengatur keuangan keluarga kita lagi, ini kuserahkan sama Mas Dimas. Sekarang terserah Mas Dimas bagaimana mengatur uang ini agar bisa sampai akhir bulan nanti.” Kuserahkan sisa uang belanja yang hanya tersisa tujuh ratus ribu ke Mas Dimas, padahal gajian Mas Dimas masih dua minggu lagi.

“Loh dek ini kan masih pertengahan bulan kok uangnnya cuma tinggal tujuh ratus? ini mah tidak akan cukup buat biaya hidup kita selama dua minggu lagi dek.” Ucap Mas Dimas setelah menerima uang sisa belanja bulan ini.

“Emang tinggal segitu mas, Mas ga pernah perhatikan kalo tiap hari ibu pengen dimasakin enak terus? Udah minta dimasakin enak masih juga jelek-jelekin aku di depan tetangga. Itu juga ada rinciannya kan uangnya buat apa aja. Bahkan aku ga pernah pakai uang dari Mas Dimas buat keperluan pribadi aku selama ini.”

“Tapi dek Mas Dimas kan sibuk, ga sempet kalau harus ngurus beginian.” Rayu Mas Dimas kepadaku.

“Ya sudah biar ibu saja yang mengatur biaya rumah tangga disini. Aku ga mau lagi di jelek-jelekin karena ngabisin uang suami buat beli baju sama skincare.”

“Kamu kok nuduh ibu jelek kayak gitu sihh Ning?”

“Aku udah tahu bu, tadi habis pulang dari pasar Nining ga sengaja denger obrolan ibu sama Bu Lilis yang lagi jelek-jelekin aku.”

“Ya udah mulai sekarang aku serahin buang belanja rumah tangga ini ke ibu yaa. Siapa tahu ibu lebih pinter pengatur keuangan dirumah ini ketimbang Nining.” Ujar Mas Dimas sambil menyerahkan uang bulanan yang hanya sisa tujuh ratus ribu.

“Udah pertengahan bulan kok suruh ibuk yang ngatur, bulan depan aja ibu mulainya. Sekarang biar istrimu aja yang ngurus, uang segitu kok suruh buat makan dua minggu. Mana cukup!” ujar ibu ketus sambil meninggalkan meja makan.

“Udah kamu aja yang urus uang belanja sampe akhir bulan ini Ning.” Ucap Mas Dimas tegas sambil menyerahkan sisa uang bulanan tersebut.

Kuhempaskan nafas dengan kasar, baik Bu sesuai ucapan ibu mulai hari ini aku hanya akan masak tahu tempe buat makan sehari-hari kita. Dan menu termewahnya adalah telur, selamat karena ucapan ibu diijabah sama Allah makan hanya pakai tahu tempe. Seharusnya ibu bisa mengontrol ucapannya sehingga tidak menyinggungku.

Hari ini aku tidak pergi kepasar aku akan belanja di Mang Asep saja. Aku menunggu Mang Asep diteras rumah, kebetulan setiap pagi mang Asep mangkal lebih lama di perempatan samping rumah.

“Mang Asep tempe satu, tahu satu, Bawang merah bawang putih lima ribu, cabe merah sama rawitnya tiga ribu yaa Mang.”

“Siap mbak, tumben mbak Nining ga ke Pasar?”

“Ga mang ibuk pengennya makan tahu tempe masa ke pasar mang, nanggung.” Jelasku pada Mang Asep

“Ini neng semuanya dua puluh ribu neng.” Ujar mang Asep sambil menyerahkan plastic belanjaanku.

Aku memberikan uang pas dan pamit pada mang Asep dan ibu-ibu lain yang sedang belanja “Mari mang ibuk-ibuk saya duluan yaa.”

“Iya iya mbak Ning, mangga!” ucap mereka serempak

Aku kembali ke rumah dan langsung memasuki dapur untuk memasak makanan impian ibu mertuaku. Tempe dan Tahu kurendam sebentar dengan air garam dan bawang agar terasa enak meskipun hanya digoreng. Aku memasak tumis kangkung yang kupetik sendiri dihalaman rumah. Tak lupa kusiapkan sambal terasi untuk menambah kenikmatan saat makan tumis kanggung dan tahu tempe goreng.

“Ning kok lauknya Cuma tahu tempe sihh. Sayurnya kanggung lagi, bikin ngantuk!”

“Ibu kan tahu uang dari Mas Dimas cuma tinggal tujuh ratus ribu. Ibu mau makan nasi sama garam berhari-hari? Ga papa buk dimakan saja, Alhamdulillah kita masih bisa makan sama lauk meskipun hanya tahu tempe.”

“Ya tapi masa cuma tahu tempe Ning? Uang ibu sudah habis ga bisa beli diluar.”

“Bukanya uang ibu dari pensiunan Bapak lebih dari dua juta yaa bu, kok bisa habis?”

“Ya habis keperluan ibu kan banyak ga kayak kamu yang cuma diem aja dikamar.”

“Makan sama tahu tempe enak kok bu, cobain aja dulu.” Ujarku sambil berlalu membawa baju kotor ke belakang.

Aku mencuci sambil melampiaskan emosiku, menurutku ini hal positif karena tidak menyinggung perasaan orang lain. Masih kudengar gerutuan ibu diruang makan, gegas kuselesaikan cucianku karena aku ada interview kerja nanti jam sembilan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status