Share

bab 7. Kecurigaan

Flash Back On

Hari ini, pertama kali berpuasa dengan status berbeda. Dulu single, sekarang sudah jadi istri.

Tapi semalam, aku dan mas Arya bertengkar karena aku mencurigainya mengambil ATMku.

"Mas, lihat, di facebookmu ditandai oleh temanmu kalau tadi pagi kamu main billiard di depan warung. Tega kamu Mas, katanya ga punya uang, tapi seneng-seneng sama temanmu. " Semburku marah sambil memperlihatkan aplikasi facebookku padanya.

"Ya, kan hakku kalau mau main sama teman-temanku, daripada bosen di rumah terus." Sahut mas Arya.

"Masalahnya, kamu pakai uang siapa buat senang-senang ini Mas?" tanyaku benar-benar marah.

"Pakai uangku lah," jawab mas Arya pendek.

"Katamu gak ada uang, kamu bohong ya? atau jangan-jangan kamu ambil ATM ku buat senang-senang?" tanyaku keki.

"Jangan asal nuduh kalau gak ada bukti, besok puasa dan kamu fitnah aku." Kata mas Arya.

"Lantas siapa yang ngambil, di rumah ini cuma ada kamu sama aku, Mas!"seruku.

"Ya mungkin kamu salah naruh," jawab suamiku.

"Kalau gitu, anterin aku ke rumah buat ngambil buku tabungan, aku mau bikin atm baru." Pintaku.

"Halah, rekening tinggal 3 juta aja mau diurusin, ngabisin tenaga aja!" seru mas Arya.

Aku tersentak. "Darimana dia tahu saldo terakhirku kalau bukan Mas yang ngambil ATMku!?" Tunjukku padanya. Sungguh saat itu rasa hormatku padanya menguap karena dia membohongiku.

Mas Arya terdiam, tidak menjawab.

Dan kini, kami berpuasa masih dalam keadaan berdiam-diaman.

Kemudian, siang hari setelah sholat dhuhur, kuputuskan untuk menghubungi bapakku dan ibunya. Mencari solusi terbaik karena dua orang yang pengangguran tinggal di perantauan dan kehilangan ATM.

[Assalamualaikum, bapak, ATMku hilang di rumah, sudah kucari di mana-mana tidak ada]

[Sudah tanya Arya, mungkin disimpan Arya]

[Sudah kutanyakan pada Mas Arya dan dia bilang tidak tahu]

[Kalau gitu urus ATM baru, ke bank bawa KTP dan buku tabungan]

[Masalahnya buku tabungan masih tersimpan di rumah sana, dan mas Arya tidak mau kalau mengantarkan ku pulang]

[Berapa saldo terakhir di ATM? ]

[Sekitar 3 juta dan anehnya mas Arya yang tidak kuberitahu saldonya, bisa mendadak tahu kalau saldonya 3 juta]

[Minta ijin suamimu, bapak jemput ya Nduk]

[Nggeh Pak, saya minta ijin dulu, nanti saya kabarin]

Dan tak berapa lama, ibu mertua telpon aku.

"Assalamualaikum, Bu," sapaku.

"Waalaikumsalam, benar ATM kamu hilang di kontrakan?"

"Nggeh, Leres Bu, dan tidak ada siapa-siapa di sini selain saya dan mas Arya." Jawabku.

"Harusnya kamu nggak ngadu sama bapakmu, itu kan namanya membuka aib suami, kamu nuduh Arya yang ngambil? Sudah kamu cari di seluruh kontrakan?" Tanya mertuaku.

"Saya nggak ngadu Bu, saya cuma minta solusi sama bapak, di sini kami berdua masih nganggur, Bu, dan saya kehilangan ATM, tidak punya pegangan lagi. Sedang Mas Arya juga tidak punya tabungan." Jawabku.

"Kalau begitu pulang dulu ke rumah Ibu, sampai kalian dapat kerja!" perintah mertuaku.

Aku diam, sebenarnya aku ingin pulang dan mengambil tabungan.

"Nggeh pun Bu, setelah ini saya siap-siap ke rumah Ibu," jawabku akhirnya.

"Ya sudah, Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, " jawabku sambil menutup telepon.

Rupanya bapakku menghubungi mertuaku dan mengabari keadaan kami.

Tak lama kemudian, ponsel mas Arya di kamar berbunyi.

Aku biarkan saja, karena aku sedang menyetrika.

Tak lama setelah mas Arya mengangkat telepon dan bicara dengan suara di seberang, dia menutup ponselnya dan menegurku.

"Apa-apaan kamu, kenapa kamu ngadu ke bapak soal ATM, cuma uang 3 juta aja ributnya sampai kayak gini. Bikin malu aku!" Serunya.

"Gimana aku gak bingung. Kita ini nganggur dan kamu gak ada tabungan, cuma aku yang punya pegangan. Itupun hilang, terus darimana kalau besok kita makan?" tanyaku hampir menangis.

"Kamu juga Mas, aku minta tolong anter pulang ke rumah dan ngurus ATM baru gak mau, gimana aku ga curiga? apalagi kamu tahu jumlah saldoku tanpa aku beritahu." Sambungku.

Mas Arya terdiam. Sebenarnya aku pingin minggat saja dan pulang ke rumah. Tapi aku tetap menghormati mas Arya sebagai imamku.

"Kalau gitu, siap-siap untuk pulang ke rumah ibuku, sampai aku dapat kerja." Putus mas Arya.

"Gimana sama kulkas ku dan perabotan lain di kontrakan ini?" tanyaku.

"Kapan-kapan aku ambil sendiri, jangan khawatir."Jawab mas Arya.

Akhirnya siang itu kami memutuskan untuk pulang ke rumah ibu mas Arya.

"Assalamuaalaikum," ucapku sambil masuk dan mencium tangan ibu mertua.

"Waalaikumsalam, sini kalian duduk, " sambung ibu mertua.

Kami langsung duduk di depan ibu.

"Dea, apa benar kamu kehilangan ATM kamu?" tanya ibu mertua.

"Bener Bu, ATM saya hilang di kontrakan," jawabku.

"Arya, apa kamu ngambil ATM Dea?" tanya Ibu mertua.

"Sumpah Bu, bukan saya yang ngambil." Jawab mas Arya meyakinkan.

"Bu, saya belum bisa percaya mas Arya, mas Arya tiba-tiba tahu saldo ATM saya padahal belum saya beritahu sebelumnya." Sahutku.

"Jadi kamu nuduh Arya?" tanya ibu mertuaku.

"Saya tidak akan nuduh kalau mas Arya mau mengantarkan saya untuk pulang mengambil buku tabungan saya dan mengurus ATM baru, " seruku.

"Ya sudah Arya, kalau gitu antar Dea pulang dan mengurus ATMnya, " perintah ibu mertua.

"Mboten Bu, cuma saldo 3 juta saja diributin, aku bisa nyari 3 juta secara mudah." Ujar mas Arya.

"Dan Dea, lain kali kalau ada masalah sama suamimu, jangan dikit-dikit ngadu ke orang tua, itu namanya membuka aib suami." Kata ibu.

'Aku tidak bisa diam saja disalahkan begini, aku harus membela diri.' Batinku.

"Oh ya, kamu bisa Mas? kenapa selama 3 bulan menikah ini kamu tidak kunjung menafkahiku kalau uang 3 juta bagimu mudah?" ledekku.

"Arya, bener kamu belum menafkahi Dea sejak menikah? " tanya ibu mertua.

Wajah mas Arya memerah.

"Arya! tugas seorang lelaki itu menafkahi semampunya, kamu malah mempermalukan ibu karena tidak mampu menafkahi Dea." Nada bicara ibu mertua terdengar kecewa.

" Ibu, tolong kebijaksanaan ibu, uang 3 juta itu sangat berarti bagi saya. Kalau mas Arya tidak mau mengantar saya pulang untuk mengambil buku tabungan, biar saya pulang sendiri. Itu pesangon saya bekerja selama 3 tahun, Bu." Pintaku.

"Kalau ibu sih terserah Arya dan kamu aja De, "sahut ibu akhirnya.

"Aku gak ngijinin kamu pulang, De!" Seru mas Arya lalu beranjak ke kamar.

"Maaf bu, saya tetap harus pulang dan mengurus tabungan saya dengan atau tanpa persetujuan mas Arya." Sahutku.

"Ya sudah, terserah kamu." Jawab ibu mertua.

Dan esok harinya, aku memutuskan untuk pulang ke rumah.

.Next?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status