Home / Rumah Tangga / AKU LELAH, MAS! / bab 7. Kecurigaan

Share

bab 7. Kecurigaan

Author: ananda zhia
last update Last Updated: 2023-06-07 11:52:50

Flash Back On

Hari ini, pertama kali berpuasa dengan status berbeda. Dulu single, sekarang sudah jadi istri.

Tapi semalam, aku dan mas Arya bertengkar karena aku mencurigainya mengambil ATMku.

"Mas, lihat, di facebookmu ditandai oleh temanmu kalau tadi pagi kamu main billiard di depan warung. Tega kamu Mas, katanya ga punya uang, tapi seneng-seneng sama temanmu. " Semburku marah sambil memperlihatkan aplikasi facebookku padanya.

"Ya, kan hakku kalau mau main sama teman-temanku, daripada bosen di rumah terus." Sahut mas Arya.

"Masalahnya, kamu pakai uang siapa buat senang-senang ini Mas?" tanyaku benar-benar marah.

"Pakai uangku lah," jawab mas Arya pendek.

"Katamu gak ada uang, kamu bohong ya? atau jangan-jangan kamu ambil ATM ku buat senang-senang?" tanyaku keki.

"Jangan asal nuduh kalau gak ada bukti, besok puasa dan kamu fitnah aku." Kata mas Arya.

"Lantas siapa yang ngambil, di rumah ini cuma ada kamu sama aku, Mas!"seruku.

"Ya mungkin kamu salah naruh," jawab suamiku.

"Kalau gitu, anterin aku ke rumah buat ngambil buku tabungan, aku mau bikin atm baru." Pintaku.

"Halah, rekening tinggal 3 juta aja mau diurusin, ngabisin tenaga aja!" seru mas Arya.

Aku tersentak. "Darimana dia tahu saldo terakhirku kalau bukan Mas yang ngambil ATMku!?" Tunjukku padanya. Sungguh saat itu rasa hormatku padanya menguap karena dia membohongiku.

Mas Arya terdiam, tidak menjawab.

Dan kini, kami berpuasa masih dalam keadaan berdiam-diaman.

Kemudian, siang hari setelah sholat dhuhur, kuputuskan untuk menghubungi bapakku dan ibunya. Mencari solusi terbaik karena dua orang yang pengangguran tinggal di perantauan dan kehilangan ATM.

[Assalamualaikum, bapak, ATMku hilang di rumah, sudah kucari di mana-mana tidak ada]

[Sudah tanya Arya, mungkin disimpan Arya]

[Sudah kutanyakan pada Mas Arya dan dia bilang tidak tahu]

[Kalau gitu urus ATM baru, ke bank bawa KTP dan buku tabungan]

[Masalahnya buku tabungan masih tersimpan di rumah sana, dan mas Arya tidak mau kalau mengantarkan ku pulang]

[Berapa saldo terakhir di ATM? ]

[Sekitar 3 juta dan anehnya mas Arya yang tidak kuberitahu saldonya, bisa mendadak tahu kalau saldonya 3 juta]

[Minta ijin suamimu, bapak jemput ya Nduk]

[Nggeh Pak, saya minta ijin dulu, nanti saya kabarin]

Dan tak berapa lama, ibu mertua telpon aku.

"Assalamualaikum, Bu," sapaku.

"Waalaikumsalam, benar ATM kamu hilang di kontrakan?"

"Nggeh, Leres Bu, dan tidak ada siapa-siapa di sini selain saya dan mas Arya." Jawabku.

"Harusnya kamu nggak ngadu sama bapakmu, itu kan namanya membuka aib suami, kamu nuduh Arya yang ngambil? Sudah kamu cari di seluruh kontrakan?" Tanya mertuaku.

"Saya nggak ngadu Bu, saya cuma minta solusi sama bapak, di sini kami berdua masih nganggur, Bu, dan saya kehilangan ATM, tidak punya pegangan lagi. Sedang Mas Arya juga tidak punya tabungan." Jawabku.

"Kalau begitu pulang dulu ke rumah Ibu, sampai kalian dapat kerja!" perintah mertuaku.

Aku diam, sebenarnya aku ingin pulang dan mengambil tabungan.

"Nggeh pun Bu, setelah ini saya siap-siap ke rumah Ibu," jawabku akhirnya.

"Ya sudah, Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, " jawabku sambil menutup telepon.

Rupanya bapakku menghubungi mertuaku dan mengabari keadaan kami.

Tak lama kemudian, ponsel mas Arya di kamar berbunyi.

Aku biarkan saja, karena aku sedang menyetrika.

Tak lama setelah mas Arya mengangkat telepon dan bicara dengan suara di seberang, dia menutup ponselnya dan menegurku.

"Apa-apaan kamu, kenapa kamu ngadu ke bapak soal ATM, cuma uang 3 juta aja ributnya sampai kayak gini. Bikin malu aku!" Serunya.

"Gimana aku gak bingung. Kita ini nganggur dan kamu gak ada tabungan, cuma aku yang punya pegangan. Itupun hilang, terus darimana kalau besok kita makan?" tanyaku hampir menangis.

"Kamu juga Mas, aku minta tolong anter pulang ke rumah dan ngurus ATM baru gak mau, gimana aku ga curiga? apalagi kamu tahu jumlah saldoku tanpa aku beritahu." Sambungku.

Mas Arya terdiam. Sebenarnya aku pingin minggat saja dan pulang ke rumah. Tapi aku tetap menghormati mas Arya sebagai imamku.

"Kalau gitu, siap-siap untuk pulang ke rumah ibuku, sampai aku dapat kerja." Putus mas Arya.

"Gimana sama kulkas ku dan perabotan lain di kontrakan ini?" tanyaku.

"Kapan-kapan aku ambil sendiri, jangan khawatir."Jawab mas Arya.

Akhirnya siang itu kami memutuskan untuk pulang ke rumah ibu mas Arya.

"Assalamuaalaikum," ucapku sambil masuk dan mencium tangan ibu mertua.

"Waalaikumsalam, sini kalian duduk, " sambung ibu mertua.

Kami langsung duduk di depan ibu.

"Dea, apa benar kamu kehilangan ATM kamu?" tanya ibu mertua.

"Bener Bu, ATM saya hilang di kontrakan," jawabku.

"Arya, apa kamu ngambil ATM Dea?" tanya Ibu mertua.

"Sumpah Bu, bukan saya yang ngambil." Jawab mas Arya meyakinkan.

"Bu, saya belum bisa percaya mas Arya, mas Arya tiba-tiba tahu saldo ATM saya padahal belum saya beritahu sebelumnya." Sahutku.

"Jadi kamu nuduh Arya?" tanya ibu mertuaku.

"Saya tidak akan nuduh kalau mas Arya mau mengantarkan saya untuk pulang mengambil buku tabungan saya dan mengurus ATM baru, " seruku.

"Ya sudah Arya, kalau gitu antar Dea pulang dan mengurus ATMnya, " perintah ibu mertua.

"Mboten Bu, cuma saldo 3 juta saja diributin, aku bisa nyari 3 juta secara mudah." Ujar mas Arya.

"Dan Dea, lain kali kalau ada masalah sama suamimu, jangan dikit-dikit ngadu ke orang tua, itu namanya membuka aib suami." Kata ibu.

'Aku tidak bisa diam saja disalahkan begini, aku harus membela diri.' Batinku.

"Oh ya, kamu bisa Mas? kenapa selama 3 bulan menikah ini kamu tidak kunjung menafkahiku kalau uang 3 juta bagimu mudah?" ledekku.

"Arya, bener kamu belum menafkahi Dea sejak menikah? " tanya ibu mertua.

Wajah mas Arya memerah.

"Arya! tugas seorang lelaki itu menafkahi semampunya, kamu malah mempermalukan ibu karena tidak mampu menafkahi Dea." Nada bicara ibu mertua terdengar kecewa.

" Ibu, tolong kebijaksanaan ibu, uang 3 juta itu sangat berarti bagi saya. Kalau mas Arya tidak mau mengantar saya pulang untuk mengambil buku tabungan, biar saya pulang sendiri. Itu pesangon saya bekerja selama 3 tahun, Bu." Pintaku.

"Kalau ibu sih terserah Arya dan kamu aja De, "sahut ibu akhirnya.

"Aku gak ngijinin kamu pulang, De!" Seru mas Arya lalu beranjak ke kamar.

"Maaf bu, saya tetap harus pulang dan mengurus tabungan saya dengan atau tanpa persetujuan mas Arya." Sahutku.

"Ya sudah, terserah kamu." Jawab ibu mertua.

Dan esok harinya, aku memutuskan untuk pulang ke rumah.

.Next?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKU LELAH, MAS!   bab 52. Harapan Dea

    Dea mendekati ibu mertua yang ketakutan. "Bu, kenapa mas Arya jadi seperti ini?" tanyanya penasaran dan prihatin."Arya menjadi seperti itu, karena selalu mengharapkan kamu kembali, Nak." Jawab mantan ibu mertua Dea.Dea tertegun mendengar penjelasan dari mantan mertuanya. Bahunya dipeluk kedua orang tuanya yang tiba-tiba menyusul Aji dan Dea ke depan gang rumah."Sejak kalian bertengkar, Arya sering ke rumah ibu dan bercerita bahwa dia cemburu mendapati kamu yang sedang menerima telepon dari lelaki lain. Kalap karena merasa kamu berkhianat padahal kondisinya memprihatinkan akhirnya Arya lepas kendali dan memukuli kamu serta langsung menalak kamu. Dia juga telah menyesal begitu sadar telah mengucapkan kata talak tersebut padahal dia masih butuh kamu." Sahut ibu mertua Dea membuat Dea tersenyum kecut."Apalagi saat kamu mengurusi perceraian kalian, semakin membuat Arya kehilangan semangat hidup. Makan tak mau banyak, tidur juga tidak lama, kerjaannya cuma merokok dan main game di handp

  • AKU LELAH, MAS!   bab 51. Keributan di Pesta Pernikahan

    "Loh, ibu mau menikah dengan Om baik? bukankah ibu sudah punya bapak," celetuk Surya.Kami saling berpandangan, bingung hendak menjelaskan pada si kecil Surya.Kemudian aku menjawab, "Surya, sebenarnya bapak dan ibu sudah tidak bisa lagi bersama dan serumah, maka sekarang Surya akan mempunyai 2 bapak, bapak Arya yang tinggal di rumah yang berbeda dan bapak Aji yang serumah sama Surya,""Kenapa bapak dan ibu tidak bisa serumah lagi ?" tanya Surya dengan ekspresi kecewa.Aku menghela nafas. Ini memerlukan penjelasan yang bisa dimengerti oleh pikiran anak kecil."Sayang, " aku menjeda kalimat dan memeluk Surya."Bapak Arya dan ibu memang sudah tidak serumah lagi, tapi bapak dan ibu akan masih mencintaimu sama seperti dulu. Tidak akan ada yang berubah. Bapak Arya tetap akan sering telepon Surya. Sekarang ditambah bapak Aji yang akan menemani Surya mengaji dan mengerjakan PR, gimana ? Surya mau kan banyak yang menyayangi?"Sambungku panjang lebar.Surya tersenyum. "Iya bu, Surya mau kalau

  • AKU LELAH, MAS!   bab 50. Menerima Lamaran

    "M-mas A-aji, saya masih trauma dengan kegagalan rumah tangga saya yang dahulu. Lagipula, bukankah menurut ibu mas Aji, weton dan arah rumah kita tidak cocok?" tanyaku."Dea, ibuku sudah tidak mempermasalahkan lagi tentang weton dan arah rumah. Jadi kita bisa menikah dengan restu ibuku." Jawab mas Aji."Nak Aji, beri waktu Dea untuk berpikir dulu, dia masih trauma, lagipula Surya juga butuh waktu untuk mempunyai ayah baru." Kata bapakku.Mas Aji menghela nafas. "Kalau begitu izinkan saya pendekatan dengan Surya pak, agar dia mengenal saya. Saya yakin saya bisa berusaha menjadi ayah yang baik untuk Surya dan suami yang baik untuk Dea." Sahut mas Aji."Baik nak Aji, silahkan main ke sini sambil saling menjajaki sifat kalian masing-masing dan berusaha mengambil hati Surya. Sementara itu lakukan sholat istikhoroh terus menerus, agar Allah memberi petunjuk." Saran bapak."Baiklah pak, kalau saran bapak seperi itu, akan saya lakukan, saya hanya perlu menekankan pada Dea dan bapak ibu, kalau

  • AKU LELAH, MAS!   bab 49. Will You Marry, Me?

    Aku memutuskan menerima telepon dari calon mantan ibu mertuaku. Dan mengaktifkan pengeras suara."Assalamu'alaikum, " sapaku perlahan."Wa'alaikumsalam, Dea, berani kamu ya selingkuhin anak saya, dasar istri durhaka tidak pantas mencium bau syurga." Sembur ibu mertuaku."Maaf, saya sungguh tidak kuat dengan sikap mas Arya yang semena-mena pada saya, jadi mungkin ini memang keputusan terbaik, " jawabku tegas.Aku tidak mau dibodohi lagi."Kamu tidak tanggung jawab dengan pembuatan kandang bebek Dea ! Gimana dengan para tukang yang telanjur dipanggil dan bahan kandang yang telanjur dibeli? " tanya ibu mertuaku garang."Saya akan bertanggungjawab. Saya akan transfer balik uang mas Tyo dan mbak Nira pada ibu. Terserah kandangnya mau diselesaikan atau tidak. Yang penting, sekarang mas Arya bukan tanggungan saya lagi !" seruku tegas."Kamu akan menyesal dengan keputusanmu Dea ! ingat aku tunggu uangnya kamu kembalikan!" seru ibu mertuaku.Bapak dan ibuku yang mendengar percakapan kami hanya

  • AKU LELAH, MAS!   bab 48. Perpisahan

    Mas Aji langsung meneleponku. Dengan terisak-isak aku menerima telepon dari mas Aji. "Assalamu'alaikum Dea, kamu dimana sekarang? ""Wa'alaikumsalam, aku di rumahku mas, hiks, hiks, a-a-ku sudah tidak kuat lagi hidup terbebani seperti ini," sahutku terbata-bata menahan sesak dan lelah selama hampir 6 tahun berjuang sendiri."Tenang, tenang, ada apa sebenarnya?" tanya mas Aji. "Kamu gak dipukuli suamimu kan?" sambungnya."Aku gak dipukuli mas, suamiku cuma kurang niat untuk berjuang menafkahiku dan Surya. Aku lelah mas, selama ini aku mengalah dan berjuang sendirian, merawat anak, rumah, dan cari uang, sekarang aku bener-bener menyerah mas," curhatku terisak-isak.Tiba-tiba satu tangan kekar menjambak rambutku dari belakang."Kamu sedang telepon sama siapa? Laki-laki ya? kamu selingkuh sedangkan tahu aku habis kecelakaan?" mas Arya semakin erat menjambak rambutku."Aaaagh...ampun mas, aku sudah nggak kuat dengan rumah tangga kita, ceraikan aku mas!" Seruku.Suaraku yang keras membuat

  • AKU LELAH, MAS!   bab 47. Pilihan untuk Dea

    "Sebenarnya pilihan saya untuk Dea ada 2 pak, yang pertama tetap bersama saya apapun yang kondisi saya, saya akan berusaha meminjam modal pada saudara saya untuk buka usaha di rumah, pilihan kedua, jika Dea tidak bisa menerima keadaan saya, saya akan melepasnya secara baik-baik. Tapi saya kasihan dengan Surya, apakah Surya bisa memperoleh ayah sambung yang baik baginya." Sahut mas Arya terbata-bata.Semua yang ada di ruangan itu terdiam. "Saya tahu selama ini saya belum jadi ayah yang baik dan suami yang baik, mungkin Allah menegur saya dengan mengambil salah satu kaki saya karena saya begitu pemalas, untung Allah masih memberi kesempatan saya untuk hidup dan semoga saya bisa memperbaiki kesalahan saya." Lanjut mas Arya."Sekarang terserah Dea, mau meneruskan pernikahan ini atau mengakhirinya," sambung mas Arya.Semua mata memandangku kini. Aku menghela nafas dan menghembuskannya perlahan." Saya sebenarnya takut menghadapi masa depan saya dan Surya apabila keadaan mas Arya seperti in

  • AKU LELAH, MAS!   bab 46. Kelanjutan Rumah Tangga

    "Surya gak ngantuk sayang? kalau ngantuk, sini ibu pangku, bobok peluk ibu ya," kataku. Saat ini kami berada dalam mobil perjalanan pulang ke Jogjakarta."Hm, mau dipangku sama bapak saja, Surya kangen bapak, " sahut Surya sambil mengalungkan tangan di leher mas Arya."Sayang, bapak masih sakit. Baru aja dioperasi kakinya, Surya sama ibu saja ya Nak," bujukku sambil membelai pipi Surya."Nggak mau, Surya maunya sama bapak," tukas Surya."Gak apa-apa Dea, selama ini kan kamu yang merawat Surya, biar sekarang gantian aku yang memangku Surya. Nanti kalau capek, aku bilang Surya. " Sahut mas Arya tersenyum.Ibu mertuaku yang duduk di kursi depan samping mas Deni yang tengah mengemudi hanya melirik dari spion."Hm, ya sudah kalau maunya Surya seperti itu, tapi kalau bapak capek, Surya pangku ibu saja ya," kataku sambil mencium pipi gembil Surya."Iya Bu," sahut Surya. Lalu mulai menggelendot manja di pangkuan mas Arya.Enam jam perjalanan cirebon-jogjakarta membuatku lelah sekali. Begitu s

  • AKU LELAH, MAS!   bab 45. Menyadari Kesalahan

    Setelah Arya terjatuh pada saat latihan pertama kali. Arya seperti takut dan trauma untuk mencoba lagi.Arya baru mau menyentuh kruk itu lagi saat infus dan selang kencingnya mulai dilepas. Dea dengan telaten membantu Arya berlatih menggunakan kruk.Sekali dua kali Arya terjatuh, langsung marah-marah pada Dea yang ada disampingnya. Ingin Dea menjauh dari Arya yang sedang sensitif, tapi Dea ingat, kalau bukan dia yang menolong suaminya lantas siapa lagi.Karena kesabaran Dea, kini Arya mulai lancar berjalan memakai kruk tanpa bantuan. Hanya saat ke kamar mandi saja, Dea harus tetap menuntunnya.*****Malam ini Dea tidur di rumah sakit, Surya ditinggal di kontrakan bersama neneknya dan pakdenya.Seperti biasa jam 3 dini hari, Dea terbangun dan melakukan sholat tahajud. Seusai sholat, Dea mengangkat tangannya seraya berdoa," Ya Allah, berikan hamba kesabaran dan keluasan rezeki sehingga hamba bisa membantu memenuhi kebutuhan rezeki keluarga hamba, lembutkanlah hati mas Arya sehingga m

  • AKU LELAH, MAS!   bab 44. Berlatih Memakai Kruk

    "Mas Aji, dengarkan aku, terimakasih atas tawarannya. Masalahnya aku tidak tahu mas tulus atau nggak sama aku, aku tidak bisa mempertaruhkan rumah tanggaku dengan orang lain seperti mas."Jawabku."Aku takut, nanti kalau sudah berpisah dari suamiku, tiba-tiba mas menyia-nyiakan hidupku, kan apes dua kali aku," lanjutku lagi."Dea, dengarkan Demi Allah, aku serius sama kamu, aku beneran sama kamu, aku tidak akan menyia-nyiakan kamu," seru mas Aji."Mas dengar ya, aku pernah dengar sumpah atas nama Allah dari seseorang, tapi ternyata dia berbohong. "Sahutku teringat akan kejadian mas Arya yang mengambil atmku dan bersumpah atas nama Allah."Berani sekali orang itu, bersumpah atas nama Allah tapi berbohong, aku bukan orang seperti itu Dea, aku akan membuatmu dan Surya bahagia. Aku akan menganggap Surya sebagai anakku sendiri. Sungguh aku mencintaimu." Mas Aji terdengar bersungguh-sungguh.Aku mencelos. Ucapannya terdengar begitu meyakinkan. Namun pernikahanku dengan mas Arya selama 6 tahu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status