Share

17. Tuduhan Iri

Bab 17 Tuduhan Iri

"Eh, ngapain gandeng istri Mas?" Mas Rama melerai.

"Ih, aku kan kangen sama Mbak Cinta, Mas. Lagian Mas pake nggak pulang semalam. Aku 'kan mau curhaaaat." Gadis berambut bergelombang cantik itu mencebikkan bibirnya.

Kami beranjak ke meja makan untuk bersiap buka puasa.

"Soal cowok lagi? Kapan tobatnya sih?" Mas Rama menarik kursi di meja makan dan menyilakanku duduk.

Kami kemudian duduk di meja makan.

"Nggak melulu soal cowok dong, Mas." Aurora duduk di sebelahku.

"Emang nggak puas apa deketin cowok bule di Inggris, Ra?"

"Cowok Inggris itu nggak bisa gombal!"

"Oh, pingin digombalin, Ra? Sini, Mas gombali."

"Aah, Mas 'kan gombalnya cuma sama Mbak Cinta."

"Sudah-sudah, ini mau buka puasa kok pada ribut." Seorang wanita usia lima puluhan mendatangi kami dan duduk di salah satu kursi. Bunda Syandi.

"Ini loh Bun, si Tara minta dinikahin," celetuk Mas Rama.

"Siapa yang minta dinikahin sih, cowok aja nggak punya."

"Tapi bohong, 'kan?" Mas Rama terkekeh.

"Sudah, Rama. Ja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status