Home / Romansa / AKUN PALSU CALON SUAMI / Bukti Tidak Terduga

Share

Bukti Tidak Terduga

Author: Gyuu_Rrn
last update Last Updated: 2022-03-30 22:36:26

Keesokan harinya, Dinda kembali datang ke kantor dengan seperti biasanya. Hanya saja, kali ini dia jauh lebih memperhatikan seseorang yang tidak pernah dia sangka-sangka adalah duri dalam hubungan cintanya dengan Arkan.

Wanita berparas cantik yang terlihat lemah lembut itu, ternyata adalah seorang ibl*s yang menyamar sebagai manusia. 

B*d*hnya Dinda yang menerima Nadin bekerja tanpa merasa curiga sedikitpun pada wanita tersebut. 

"Bu Dinda!" sahut seseorang yang membuat Dinda langsung tersadar dari lamunannya.

"Ada apa, Kinara?" 

Wanita bernama Kinara yang tidak lain adalah karyawan Dinda itu, terlihat mengigit bibir bawahnya kuat-kuat, seperti ragu ketika hendak mengatakan sesuatu.

"A-anu, Bu, sa-saya ...," ujar Kinara dengan sedikit terbata-bata.

Namun, Dinda yang tengah memicingkan mata, seketika sadar, kalau ada sesuatu yang tidak beres dengan Kinara. Di tambah lagi, sesekali Kinara menoleh ke arah Nadin yang tengah membereskan mejanya.

"Ayo, masuk ke ruangan saya!" ajak Dinda pada Kinara yang langsung di setujui olehnya.

"Baik, Bu. Tetapi, tunggu sebentar saya akan ambil berkasnya dulu!" 

Kinara berusaha berdalih di hadapan karyawan lain, termasuk Nadin. Agar wanita itu tidak curiga dengan maksud dan tujuannya.

"Baik, Kinara."

Dinda pun bergegas masuk lebih dulu, tetapi sebelum itu, dia sempat melirik ke arah Nadin yang secara diam-diam bermain ponsel.

Dinda berdehem, dia menyilangkan kedua tangannya di dada seraya sesekali memperhatikan pegawainya yang lain.

Sejauh ini, Dinda mulai menyadari, kalau Nadin mulai memperlihatkan sikap aslinya, di mana wanita itu lebih sering bermain ponsel akhir-akhir ini.

***

"Kinara, saya tahu kalau kamu mau berbicara dengan saya mengenai hal yang cukup serius."

Deg!

Kinara terperanjat, dia melongo begitu saja, tidak percaya dengan apa yang Dinda katakan. 

Tidak pernah Kinara sangka, kalau Dinda bisa membaca isi hatinya dengan cukup tepat. Kinara akui, kalau bosnya itu sangat pintar. 

"Maaf sebelumnya, Bu. Kalau saya cukup lancang," ucap Kinara seraya menunduk. Kali ini dia tengah duduk di hadapan Dinda, membuat jantungnya terpacu lebih cepat dari biasanya.

Bukan apa-apa, hanya saja Kinara takut, kalau bosnya itu tidak akan mempercayai dirinya dan menganggap Kinara hendak mengadu domba atau bahkan menjelek-jelekkan seseorang.

Saking takutnya, Kinara sampai tidak bisa tidur semalaman, sehingga lingkaran hitam tercetak dengan jelas di bawah matanya. Belum lagi, Kinara terus menimang-nimang, antara akan memberitahukan semuanya pada Dinda atau justru akan memendamnya seorang diri saja.

"Tidak apa-apa, Kinara. Katakan saja!" titah Dinda berubah meredam ketakutan yang tengah menghantui Kinara.

Karena Dinda tahu, kalau wanita itu sepertinya tengah dirundung rasa takut yang amat besar.

Kinara mengangguk, dia sempat menghela napasnya panjang dan segera merogoh gawai dari saku blazernya.

Tangan Kinara mengotak-atik sesuatu sesuatu di dalamnya, sebelum akhirnya dia menyerahkan gawai miliknya ke hadapan Dinda.

"Coba Ibu putar sendiri rekamannya, mungkin setelah itu Ibu akan mengerti dengan semuanya."

"Baik, saya akan dengarkan rekaman suara ini." 

Tanpa ragu, Dinda langsung menghidupkan rekaman suara yang Kinara berikan. Kedua tangan wanita berpakaian modis itu terlihat mengepal di atas meja.

Dinda terpejam, dia memijat pelipisnya secara perlahan, ketika rekaman suara tersebut memperdengarkan obrolan antara Arkan dan seseorang yang tidak asing baginya, siapa lagi kalau bukan Nadin.

Sementara itu, Kinara yang melihat hal tersebut, hanya bisa menunduk sembari mengigit bibir bawahnya kuat-kuat, keringat pun terasa membanjiri tubuhnya, padahal di ruangan Dinda terpasang sebuah alat pendingin.

"Kinara, dari mana kamu dapat rekaman tersebut?" tanya Dinda dengan penuh penekanan.

Kinara yang merasa amat ketakutan, tidak bisa berkutik sedikitpun, selain menjelaskannya semuanya pada Dinda.

"Kemarin malam, saya tidak sengaja melihat motor yang Ibu berikan pada Pak Arkan berhenti di depan kosan saya. Awalnya saya sedikit ragu, tetapi setelah saya melihat plat nomornya, saya jadi yakin, kalau itu motor milik Pak Arkan."

"Lalu?" desak Dinda pada Kinara.

"Saya memperhatikannya dari kejauhan dan saya lihat, kalau orang yang saya yakini Pak Arkan itu masuk ke kamar Nadin dan--"

"Kamu merekam percakapan keduanya?" 

Dinda memotong ucapan Kinara, membuat wanita yang masih menunduk dalam seraya meremas tangan dengan kasar itu mengangguk pelan.

"Lalu, apa maksudmu menunjukannya pada saya?"

Deg!

Dada Kinara semakin terpacu dengan cepat, keringat sebesar biji jagung terasa membanjiri seluruh tubuhnya.

Bibir Kinara bergetar hebat, begitupun dengan seluruh tubuhnya yang seperti sudah mati rasa. 

"I-itu, sa-saya--"

"Terima kasih, Kinara."

Deg!

Kali ini, jantung Kinara seperti berhenti berdetak, wanita itu langsung mendongak, menatap Dinda dengan tatapan penuh kebingungan.

"Ma-maksud, Ibu Dinda?"

Dinda tersenyum, dia bangkit dari kursi kerjanya, kemudian menarik Kinara untuk ikut dengannya menuju sebuah sofa.

Bibir Dinda tidak henti-hentinya tersungging ke atas, membuat Kinara semakin bertanya-tanya. Apa bosnya itu sangat marah atau justru sebalik.

"Terima kasih, karena kamu sudah memberikan saya bukti yang amat sangat berharga. Saya tidak tahu, kalau kamu akan melakukan hal sebesar ini."

Kinara mengigit bibirnya, ekspresi kebingungan tergambar jelas di wajahnya.

"Saya masih kurang paham, Bu," lirih Kinara.

"Saya sudah tahu, kalau Arkan dan Nadin memiliki hubungan khusus."

Kedua bola mata Kinara melebar, bibirnya terlihat bergerak bergetar hebat. 

"Jadi, Ibu Dinda sudah tahu semuanya?"

Dinda mengangguk, dia meraih tangan Kinara, mengenggamnya dengan cukup erat.

"Kinara, kamu mau 'kan membantu saya?" pinta Dinda pada Kinara dengan penuh harap.

"Ibu, butuh bantuan apa?"

"Bisa tolong kamu awasi Nadin dan beri tahu saya, kalau misalnya Arkan datang ke kosan Nadin lagi, kamu mau, 'kan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Hal Penting yang Dzikri Ketahui

    "Ada apa Fauzi dan ... siapa mereka?" tanya wanita paruh baya yang memakai tudung kepala dari anyaman bambu.Fauzi menghela napas panjang, dia bergegas turun dari teras, menghampiri kedua orang tuanya yang masih mematung di tempat dengan raut wajah kebingungan."Lebih baik kita ngobrol di dalam saja. Soalnya ini masalah yang cukup serius," balas Fauzi sambil menoleh ke belakang, menatap Dinda dan Dzikri sekilas.Sontak saja, kedua orang tua Fauzi saling pandang dengan cukup lama. Keduanya seakan-akan berbicara melalui lirikan mata. Fauzi yang sadar akan hal itu, kembali berbalik, melangkah ke hadapan Dinda dan Dzikri yang tengah bungkam."Mas, Mbak, ayo masuk! Biar kita bicarakan semuanya di dalam," ajak Fauzi dengan ramah kepada Dinda dan Dzikri."Baik, terima kasih. Ayo, Dinda kita masuk!""Ayo!"Baru ketika Dinda bangkit dari duduk, kedua orang tua Fauzi datang menghampirinya dan Dzikri."Iya, kalian boleh masuk dulu. Kami akan bersih-bersih sebentar," pesan Ibunya Fauzi."Baik, B

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Kerabat Nadin

    Sepanjang perjalanan menuju rumah kerabat mendiang kedua orang tua angkat Nadin, pikiran Dzikri dan Dinda terus saja berkecamuk.Dalam benak masing-masing, terus terbesit berbagai ribu pertanyaan mengenai alasan kenapa Nadin bisa sampai tega membunuh orang tua angkatnya.Entah hanya itu tuduhan semata atau memang benar begitu adanya. Tetapi, Dinda masih saja tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tiba-tiba saja, dalam benak Dinda terlintas sekilas bayangan tentang Nadin yang pertama kali dia temui. Di mana wanita itu terlihat begitu polos dan baik, tampang seperti pembunuh maupun wanita perusak hubungan orang, benar-benar nyaris tak terlihat.Bagi Dinda, Nadin terlihat seperti wanita pada umumnya saja. Tidak ada sedikitpun rasa curiga dalam hatinya terhadap Nadin."Lagi ngelamunin apaan?" tanya Dzikri sembari menyenggol lengan Dinda.Sontak, Dinda menoleh, kemudian menggeleng pelan."Tidak, aku lagi memikirkan tentang Nadin saja. Aku--""Ini rumahnya," potong si wanita paruh baya

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Mencari Tahu Soal Nadin

    "Jadi, ini tempatnya?" tanya Dinda pada pria yang duduk di sampingnya, yaitu yang tidak lain adalah Dzikri.Kebetulan sekali, hari ini Dinda dan Dzikri memilih untuk tidak masuk kantor. Keduanya sepakat untuk datang ke desa tempat di mana dulu Nadin tinggal.Selain perjalannya yang cukup memakan waktu, belum lagi kondisi jalanan serta hal lainnya yang membuat Dinda dan Dzikri sampai di desa tersebut di luar perkiraan keduanya. Beberapa kali Dzikri menghela napas, kala netranya menatap jalanan yang hanya berlapiskan batu serta tanah merah. Tidak bisa dia bayangkan, bagaimana kondisi jalan ini ketika diterpa hujan."Sepertinya memang betul. Tetapi, apa kamu merasa tidak aneh?" tanya Dzikri sambil menoleh ke arah Dinda. Kebetulan dia tengah menepikan mobil di pinggir jalan, berisitirahat sejenak."Maksudmu?" Dinda malah balik bertanya sambil menatap layar gawainya.Wanita itu sedikit kesal, karena jaringan internet susah sekali dia dapatkan ketika masuk ke desa ini. Malahan sedari tadi

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Keributan di rumah Ella

    "Mas, ada apa? Coba ceritakan secara jelas!" pinta Ella pada Tomo.Tomo yang tampak begitu kebingungan dan putus asa, terus menjambak rambutnya dengan kasar seraya terus berjalan mondar-mandir, dia tidak terlalu menghiraukan permintaan istrinya.Ella yang sadar, kalau Tomo tengah amat kebingungan, gegas menghampiri Tomo, mengenggam tangan suaminya itu dengan kasar."Mas, sudah diam dulu! Sekarang ceritakan padaku, sebenarnya ada apa?! Aku tidak akan pernah tahu, kalau kamu terus bersikap seperti ini."Ella yang terlanjur kesal dengan suaminya, tidak ragu berteriak di depan wajah Tomo hingga pria itu terpaku di tempat.Sesekali Tomo menghela napas panjang, dia bergegas melangkah menuju kursi kayu yang ada di depan rumahnya dan segera mendaratkan bobot tubuh di atasnya."Ella, kamu tahu, Burhan, 'kan?""Tentu saja, memangnya siapa yang tidak tahu dengan Burhan, dia 'kan sosok orang kaya yang--""Stop!" Tiba-tiba saja Tomo berteriak, memotong ucapan Ella dengan cepat, hingga wanita itu t

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Tomo

    Arkan tampak gelagapan, kedua bola matanya bergerak dengan cepat, terlihat pula jika jari tangannya saling bertautan, meremas satu sama lain.Kentara sekali, kalau Arkan begitu gugup dengan pertanyaan Dinda. Malahan sesekali dia menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya sendiri."Be-benarkah seperti itu, Sayang? Ah, gila sekali! Padahal dia mengatakan padaku sudah mengajak beberapa karyawan yang lain," dalih Arkan di depan Dinda. Malahan Arkan sampai menyilangkan tangan di dada sembari memasang wajah kesalnya. Melihat akting Arkan yang cukup baik, Dinda langsung tersenyum tipis. Dalam hati, dia tidak ragu memberikan Arkan dua jempol sekaligus."Tentu saja, jadi kamu tidak tahu soal itu?"Arkan menggeleng cepat, berusaha berakting sebaik mungkin di depan Dinda. "Tidak, Sayang. Dia benar-benar pendusta, aku benci manusia seperti itu," ucap Arkan dengan penuh penekanan di tiap kalimat.Mendengar hal tersebut, rasanya perut Dinda langsung bergejolak. Ingin rasanya dia memuntahkan sei

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Desakan Ibu Arkan

    Dinda mengangguk pelan, dia meletakkan beberapa makanan yang sempat dia bawa dari rumah, termasuk buah-buahan dan makanan sehat untuk Arkan.Meskipun Dinda telah di sakiti oleh Arkan, tetapi dia masih sedikit memiliki rasa peri kemanusiaan pada orang tersebut. Dalam pikiran Dinda, dia tidak akan berhenti berbuat baik pada orang lain, meskipun orang tersebut justru berbuat jahat padanya. Karena biar Tuhan saja yang membalas semuanya. "Baik, Ma." Dinda duduk tepat di samping Ella."Dinda, bagaimana dengan persiapan pernikahannya?" tanya Ella dengan begitu antusias sembari mengenggam tangan calon menantunya.Dinda yang sebenarnya cukup malas, ketika membahas tentang pernikahannya dengan Arkan, hanya bisa menjawab dengan asal-asalan saja. Terpenting bagi Dinda adalah, apa yang dia berikan pada Ibunya Arkan cukup masuk akal. Biarkan saja wanita itu tahu semuanya nanti."Ya, begitu saja, Ma. Lagipula pernikahan kami masih lama. Jadi, hanya baru beberapa persen saja."Ella menghela napas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status