Share

Kosan Nadin

Author: Gyuu_Rrn
last update Last Updated: 2022-03-30 22:35:33

Malam harinya, sepulang dari kediaman Bramantyo, Arkan yang mengendarai motor matic yang diberikan oleh Dinda sebagai kado ulang tahunnya yang ke-28.

Melaju dengan kecepatan penuh, Arkan membelah jalanan yang cukup ramai, bermaksud menemui Nadin yang tidak bisa di hubungi sedari siang.

Sesampai di depan kosan Nadin, Arkan memarkirkan motornya secara sembarangan, kemudian dia langsung mengenakan topi dan bergegas melangkah menuju kamar Nadin yang berada paling pojok.

Sesekali Arkan memperhatikan sekitar, takut ada orang yang memergoki aksinya. Apalagi Arkan tahu, kalau kosan ini banyak di huni oleh karyawan yang bekerja di kantor Dinda.

Tok ... tok ....

Tidak lama kemudian, pintu terbuka, Arkan terperangah ketika melihat penampilan Nadin tampak jauh berbeda dari biasanya, di mana rambut acak-acakan dan matanya tampak begitu sayu.

"Ada apa?" tanya Nadin tanpa basa-basi.

Tanpa meminta persetujuan Nadin, Arkan langsung menerobos masuk ke kamar kosan Nadin dan menguncinya.

"Apa yang kamu lakukan? Bagaimana kalau pemilik kosan ini tahu dan berakhir dengan aku di usir seperti tempo lalu, Arkan?!" 

Nadin membeliak, dadanya naik turun. Detik berikutnya, dia langsung berjalan menuju pembaringan dan menjatuhkan badannya sendiri.

Arkan yang merasa bingung dengan sikap Nadin, segera menghampiri wanita berpenampilan acak-acakan tersebut dan duduk tepat di sebelahnya.

"Nadin, sebenarnya ada apa? Kenapa kamu tidak menjawab telepon maupun pesan dariku?"

"Kenapa kamu bertanya padaku?! Tanyakan saja pada calon istrimu ini, Arkan!" jawab Nadin dengan penuh penekanan diakhir kalimat.

Merasa ada yang tidak beres dengan Nadin. Arkan, pun segera meraih tangan Nadin, mengenggamnya dengan cukup erat.

Malahan sesekali Arkan mendaratkan kecupan, tepat di punggung tangan Nadin yang terasa sedikit dingin.

"Sayang, memangnya apa yang Dinda lakukan padamu?"

Bukannya langsung menjawab, Nadin malah memalingkan wajahnya ke sisi lain seraya mengigit bibir bawah.

"Pokoknya dia begitu menyebalkan, Mas! Aku tidak tahan lagi, aku ingin keluar dari pekerjaanku yang sekarang."

"Jangan, Nadin!"

Nadin menoleh, dia menatap Arkan dengan tajam. 

"Tetapi, kenapa, Mas?"

"Ya, jangan saja! Kamu tahu, 'kan, mencari pekerjaan di zaman sekarang itu tidak mudah."

Nadin terpejam, dia kembali mengigit bibir bawahnya kuat-kuat. Di tariknya satu tangannya yang berada dalam genggaman Arkan.

"Mas, tapi kamu bisa menjamin hidupku. Bukannya kamu selalu bilang, kalau Dinda suka memberikan uang kepadamu dengan jumlah yang tidak sedikit?"

Arkan menghela napas panjang, di tatapnya Nadin dengan tajam, hingga membuat wanita itu menelan ludah.

Sejujurnya, Nadin merasa takut tiap kali Arkan bersikap seperti itu padanya. Nadin, merasa kalau Arkan berubah secara drastis.

Terbukti dari Nadin yang langsung menunduk dalam seraya meremas tangannya dengan kasar.

"Berapa kali harus aku katakan, Nadin. Kalau semua uang itu akan aku gunakan untuk kita menikah nanti, untuk kita bisa pergi ke luar kota!" bentak Arkan tanpa ragu, hingga membuat Nadin tersentak.

Mata wanita yang memakai piyama berwarna biru laut itu sedikit memanas, dia masih tidak berani mendongak sedikitnya. Belum lagi, dadanya tiba-tiba sesak, ketika mendapatkan perlakuan kasar dari Arkan. 

Nadin mencengkeram piyamanya dengan kasar seraya menggertakkan gigi. Jujur saja, hati Nadin begitu sakit, ketika tahu kalau Arkan malah memperlakukan Dinda dengan sebaliknya.

"Maafkan, aku," lirih Nadin di sela-sela rasa sakit yang mendera hatinya.

Namun, Arkan yang baru sadar, kalau dia bersikap berlebihan pada Nadin, kembali meraih tangan kekasihnya.

"Tidak, Nadin. Harusnya aku yang meminta maaf, karena telah berlaku kasar padamu."

Nadin menggeleng lemah, satu tangannya sengaja dia gunakan untuk mengusap ujung matanya yang sedikit berair.

"Tidak apa-apa, bukannya aku layak mendapatkan ini semua, Mas?"

"Maksudmu?" tanya Arkan sembari sedikit menundukkan kepala, berusaha menatap Nadin.

Akan tetapi, wanita itu langsung memalingkan wajah ke arah lain, tidak ingin bertatapan dengan Arkan.

"Aku hanya wanita selingkuhanmu, Mas. Jadi, aku berhak mendapatkannya, 'kan?"

"Kenapa kamu--"

Brak!

Nadin dan Arkan langsung terperanjat dari tempat masing-masing, mereka saling pandangan selama beberapa saat, sebelum akhirnya Arkan bangkit dari duduknya berniat keluar kamar.

Akan tetapi, Nadin malah menggeleng, mencegah Arkan untuk keluar. Arkan dengan keras kepalanya tidak menghiraukan perintah Nadin dan tetap pergi keluar.

Namun, sebelum itu, Arkan sudah lebih dulu menggunakannya topi dan masker. Dengan harapan tidak ada seorangpun yang tahu.

"Ada apa ribut-ribut?" tanya Arkan sembari menunduk, menatap kaki seorang wanita yang berdiri di hadapannya.

"Maaf, barusan saya tidak sengaja menendang kursi yang ada di depan kamar ini," jelas wanita itu tanpa rasa gugup sedikitpun.

Arkan mengangguk, tetapi beberapa detik kemudian, pandangan jatuh pada gawai yang di pegang wanita tersebut, serta sebuah bangku plastik yang berada tidak jauh darinya, di mana kursi itu sudah tergelak dengan posisi menyamping.

"Baik, tidak apa-apa."

"Terima kasih banyak dan maaf telah menganggu."

Arkan kembali bergegas masuk ke kamar Nadin, tetapi gerakannya terhenti oleh ucapan wanita yang bahkan tidak Arkan ketahui rupanya.

"Tetapi, kalau boleh saya ingatkan, jam malam di kosan ini untuk orang asing hanya sampai pukul sepuluh malam, sementara ini sudah hampir jam dua belas malam," sambung wanita asing tersebut.

"Terima kasih sudah mengingatkan. Saya akan pergi."

Karena takut Nadin terancam di keluarkan dari kosan, maka Arkan pun bergegas pergi.

Sepeninggalnya Arkan, wanita yang masih berdiri di depan kamar Nadin itu tersenyum sinis, kala ia menatap layar gawainya yang menampilkan sebuah rekaman suara.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Hal Penting yang Dzikri Ketahui

    "Ada apa Fauzi dan ... siapa mereka?" tanya wanita paruh baya yang memakai tudung kepala dari anyaman bambu.Fauzi menghela napas panjang, dia bergegas turun dari teras, menghampiri kedua orang tuanya yang masih mematung di tempat dengan raut wajah kebingungan."Lebih baik kita ngobrol di dalam saja. Soalnya ini masalah yang cukup serius," balas Fauzi sambil menoleh ke belakang, menatap Dinda dan Dzikri sekilas.Sontak saja, kedua orang tua Fauzi saling pandang dengan cukup lama. Keduanya seakan-akan berbicara melalui lirikan mata. Fauzi yang sadar akan hal itu, kembali berbalik, melangkah ke hadapan Dinda dan Dzikri yang tengah bungkam."Mas, Mbak, ayo masuk! Biar kita bicarakan semuanya di dalam," ajak Fauzi dengan ramah kepada Dinda dan Dzikri."Baik, terima kasih. Ayo, Dinda kita masuk!""Ayo!"Baru ketika Dinda bangkit dari duduk, kedua orang tua Fauzi datang menghampirinya dan Dzikri."Iya, kalian boleh masuk dulu. Kami akan bersih-bersih sebentar," pesan Ibunya Fauzi."Baik, B

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Kerabat Nadin

    Sepanjang perjalanan menuju rumah kerabat mendiang kedua orang tua angkat Nadin, pikiran Dzikri dan Dinda terus saja berkecamuk.Dalam benak masing-masing, terus terbesit berbagai ribu pertanyaan mengenai alasan kenapa Nadin bisa sampai tega membunuh orang tua angkatnya.Entah hanya itu tuduhan semata atau memang benar begitu adanya. Tetapi, Dinda masih saja tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tiba-tiba saja, dalam benak Dinda terlintas sekilas bayangan tentang Nadin yang pertama kali dia temui. Di mana wanita itu terlihat begitu polos dan baik, tampang seperti pembunuh maupun wanita perusak hubungan orang, benar-benar nyaris tak terlihat.Bagi Dinda, Nadin terlihat seperti wanita pada umumnya saja. Tidak ada sedikitpun rasa curiga dalam hatinya terhadap Nadin."Lagi ngelamunin apaan?" tanya Dzikri sembari menyenggol lengan Dinda.Sontak, Dinda menoleh, kemudian menggeleng pelan."Tidak, aku lagi memikirkan tentang Nadin saja. Aku--""Ini rumahnya," potong si wanita paruh baya

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Mencari Tahu Soal Nadin

    "Jadi, ini tempatnya?" tanya Dinda pada pria yang duduk di sampingnya, yaitu yang tidak lain adalah Dzikri.Kebetulan sekali, hari ini Dinda dan Dzikri memilih untuk tidak masuk kantor. Keduanya sepakat untuk datang ke desa tempat di mana dulu Nadin tinggal.Selain perjalannya yang cukup memakan waktu, belum lagi kondisi jalanan serta hal lainnya yang membuat Dinda dan Dzikri sampai di desa tersebut di luar perkiraan keduanya. Beberapa kali Dzikri menghela napas, kala netranya menatap jalanan yang hanya berlapiskan batu serta tanah merah. Tidak bisa dia bayangkan, bagaimana kondisi jalan ini ketika diterpa hujan."Sepertinya memang betul. Tetapi, apa kamu merasa tidak aneh?" tanya Dzikri sambil menoleh ke arah Dinda. Kebetulan dia tengah menepikan mobil di pinggir jalan, berisitirahat sejenak."Maksudmu?" Dinda malah balik bertanya sambil menatap layar gawainya.Wanita itu sedikit kesal, karena jaringan internet susah sekali dia dapatkan ketika masuk ke desa ini. Malahan sedari tadi

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Keributan di rumah Ella

    "Mas, ada apa? Coba ceritakan secara jelas!" pinta Ella pada Tomo.Tomo yang tampak begitu kebingungan dan putus asa, terus menjambak rambutnya dengan kasar seraya terus berjalan mondar-mandir, dia tidak terlalu menghiraukan permintaan istrinya.Ella yang sadar, kalau Tomo tengah amat kebingungan, gegas menghampiri Tomo, mengenggam tangan suaminya itu dengan kasar."Mas, sudah diam dulu! Sekarang ceritakan padaku, sebenarnya ada apa?! Aku tidak akan pernah tahu, kalau kamu terus bersikap seperti ini."Ella yang terlanjur kesal dengan suaminya, tidak ragu berteriak di depan wajah Tomo hingga pria itu terpaku di tempat.Sesekali Tomo menghela napas panjang, dia bergegas melangkah menuju kursi kayu yang ada di depan rumahnya dan segera mendaratkan bobot tubuh di atasnya."Ella, kamu tahu, Burhan, 'kan?""Tentu saja, memangnya siapa yang tidak tahu dengan Burhan, dia 'kan sosok orang kaya yang--""Stop!" Tiba-tiba saja Tomo berteriak, memotong ucapan Ella dengan cepat, hingga wanita itu t

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Tomo

    Arkan tampak gelagapan, kedua bola matanya bergerak dengan cepat, terlihat pula jika jari tangannya saling bertautan, meremas satu sama lain.Kentara sekali, kalau Arkan begitu gugup dengan pertanyaan Dinda. Malahan sesekali dia menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya sendiri."Be-benarkah seperti itu, Sayang? Ah, gila sekali! Padahal dia mengatakan padaku sudah mengajak beberapa karyawan yang lain," dalih Arkan di depan Dinda. Malahan Arkan sampai menyilangkan tangan di dada sembari memasang wajah kesalnya. Melihat akting Arkan yang cukup baik, Dinda langsung tersenyum tipis. Dalam hati, dia tidak ragu memberikan Arkan dua jempol sekaligus."Tentu saja, jadi kamu tidak tahu soal itu?"Arkan menggeleng cepat, berusaha berakting sebaik mungkin di depan Dinda. "Tidak, Sayang. Dia benar-benar pendusta, aku benci manusia seperti itu," ucap Arkan dengan penuh penekanan di tiap kalimat.Mendengar hal tersebut, rasanya perut Dinda langsung bergejolak. Ingin rasanya dia memuntahkan sei

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Desakan Ibu Arkan

    Dinda mengangguk pelan, dia meletakkan beberapa makanan yang sempat dia bawa dari rumah, termasuk buah-buahan dan makanan sehat untuk Arkan.Meskipun Dinda telah di sakiti oleh Arkan, tetapi dia masih sedikit memiliki rasa peri kemanusiaan pada orang tersebut. Dalam pikiran Dinda, dia tidak akan berhenti berbuat baik pada orang lain, meskipun orang tersebut justru berbuat jahat padanya. Karena biar Tuhan saja yang membalas semuanya. "Baik, Ma." Dinda duduk tepat di samping Ella."Dinda, bagaimana dengan persiapan pernikahannya?" tanya Ella dengan begitu antusias sembari mengenggam tangan calon menantunya.Dinda yang sebenarnya cukup malas, ketika membahas tentang pernikahannya dengan Arkan, hanya bisa menjawab dengan asal-asalan saja. Terpenting bagi Dinda adalah, apa yang dia berikan pada Ibunya Arkan cukup masuk akal. Biarkan saja wanita itu tahu semuanya nanti."Ya, begitu saja, Ma. Lagipula pernikahan kami masih lama. Jadi, hanya baru beberapa persen saja."Ella menghela napas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status