Share

Alarick Part 5

Seperti yang direncanakan beberapa hari yang lalu, kini kedua keluarga itu dipertemukan kembali untuk membahas apa yang seharusnya mereka bahas. Wajah Alarick seperti biasanya, terlihat datar. Pria itu mengeluarkan ponsel setelah menyelesaikan acara makannya. Jari-jarinya menari indah di atas ponsel pintar itu.

Nomor yang ditujunya saat ini adalah mantan kekasihnya. Entah gadis itu akan membalas atau tidak, yang penting dia sudah mencoba.

“Baiklah, seperti yang kita bicarakan beberapa hari lalu Nerissa, maukah kau menikah dengan putraku?” Tuan Maurucio memandang penuh harap pada Nerissa.

Sejenak gadis itu terdiam mengingat percakapannya dengan Alarick di telepon satu hari lalu.

“Aku benar-benar tak ingin menikah denganmu, dan sayangnya hanya kau yang bisa menolak pernikahan ini. Aku harap kau mengerti maksudku.” Katakanlah Alarick labil. bukannya dia sudah menyetujui untuk pernikahan ini?

Lagi dan lagi serangkaian kalimat yang membuat Nerissa muak itu keluar dari bibir Alarick, dan saat ini perkataan Alarick masih terus terngiang di telinganya, namun dengan tenang Nerissa menjawab pertanyaan Tuan Mauricio.

“Ya, tentu saja aku menerimanya.” Nerissa tersenyum sinis. Berbeda dengan Alarick yang saat ini sudah mendongakkan kepalanya menatap Nerissa dengan pandangan tidak menyangka. Dia kira Nerissa akan menolak perjodohan ini mengingat dia sudah memperjelas perasaannya satu hari yang lalu lewat telepon.

“Aahhh leganya. Baiklah, pernikahan kalian akan dilaksanakan tiga hari lagi.” Tuan Frore tersenyum mendengar penuturan Tuan Mauricio.

“Boleh aku berbicara sebentar dengan Nerissa?” Pandangan Alarick terarah pada Ayah Nerissa dan Ayahnya meminta persetujuan.

“Ya tentu saja.” Alarick menatap Nerissa memberikan kode agar menjauh dari sana. Nerissa yang mendapat sinyal itu segera beranjak dari sana menuju sebuah kursi yang jaraknya cukup jauh.

“Ada apa denganmu?” Alarick melayangkan sebuah pertanyaan begitu dia duduk di kursi itu.

“Memangnya ada apa?” Nerissa seakan tak merasa bersalah sedikitpun. Tunggu, bukankah dia memang tidak salah? Dia hanya berusaha membalas budi pada keluarga Mauricio.

Alarick berdecak mendengar pertanyaan Nerissa.

“Bukannya aku sudah memperjelasnya satu hari lalu bahwa aku tak ingin menikah denganmu?” Alarick sedikit meninggikan nada bicaranya.

“Ya, kau memang sudah memberitahuku dengan sangat jelas bahwa kau tak ingin menikah denganku,” jawab Nerissa dengan penekanan di setiap katanya.

“Kau sudah tahu perasaanku padamu, kau juga sudah tahu bahwa aku memiliki kekasih. Bukannya namamu yang akan buruk jika seorang penulis terkenal menikahi pria yang telah memikili kekasih?” ucapan Alarick memang ada benarnya. Lalu Nerissa bisa apa jika dia tidak diberi hak untuk menolak pernikahan itu?

Nerissa tersenyum sinis.

“Dan sekarang kau peduli padaku?” tanya Nerissa. Alarick membuang muka, tangannya terangkat memegang pelipisnya. Apa lagi yang harus dia lakukan agar pernikahan ini tak terjadi?

“Terserah padamu.” Alarick beranjak dari sana kembali ke kursi di mana ayah dan ayahnya Nerissa berada.

***

Satu hari sebelum pernikahan. Setelah Nerissa menerima lamaran beberapa hari ke belakang, dia benar-benar tak bertemu lagi dengan Alarick. Yang dia tahu, saat ini Alarick marah padanya karena mengiyakan perjodohan itu.

Perkataan Alarick terus saja terngiang-ngiang di telinganya.

“Kau sudah tahu perasaanku padamu, kau juga sudah tahu bahwa aku memiliki kekasih. Bukannya namamu yang akan buruk jika seorang penulis terkenal menikahi pria yang telah memikili kekasih?”  Memang benar, bisa dikatakan bahwa nama Nerissa sangat besar, selain statusnya sebagai putri keluarga Frore, dia juga merupakan seorang penulis yang tentu saja namanya terkenal di mana-mana.

Apakah namanya akan tercoreng jika dia melakukan pernikahan dengan pria yang telah memiliki kekasih? Lalu apa yang harus dia lakukan saat ini? Apakah dia harus mempercepat waktu kematiannya?

Nerissa segera beranjak di saat dia tahu apa yang harus dilakukannya untuk membatalkan pernikahan ini. Memang tidak bisa dia pungkiri bahwa rencana pernikahan ini membuatnya bahagia, namun dia juga tak bisa merenggut kebahagiaan Alarick begitu saja.

Nerissa memilih memesan taksi dengan segala pertimbangan, salah satunya agar dia tak merepotkan orang lain nantinya.

Setelah sampai di tempat tujuannya, ah bukan, sebenarnya dia hanya mencari tempat yang ramai dengan kendaraan. Gadis itu keluar dari dalam taksi dan melihat sekeliling. Salah satu jalan yang ramai dengan kendaraan dengan kecepatan yang tidak bisa dikatakan pelan.

Deru kendaraan terdengar di seluruh penjuru tempat yang ada di sana. Suara klakson mampu membuat orang-orang yang mendengarnya secara spontan menutup telinga mereka untuk meminimalisir suara yang mengganggu itu.

Dari arah sebelah kanan, Nerissa melihat sebuah mobil yang melaju begitu kencang. Dengan sigap, Nerissa melepaskan tas yang semula mengantung dengan indah di bahunya. Ketika mobil itu mendekat ke arahnya, Nerissa melemparkan tubuhnya ke tengah jalan.

Tubuhnya terpental setelah bertabrakan dengan bagian depan mobil tersebut. Suara tabrakan itu terdengar cukup nyaring sehingga membuat orang-orang yang ada di sana tersentak.

“Aku berhasil, bukan? Membatalkan  pernikahan ini?” bisiknya. Senyum simpul terukir di bibirnya sebelum rasa kantuk merenggut kesadarannya.

Beberapa orang berpakaian hitam lengkap dengan earpiece yang tertempel di telinganya segera mengerubungi Nerissa yang kini sudah tidak berdaya. Mereka segera mengangkat Nerissa untuk di bawa ke rumah sakit.

Sementara pengendara mobil yang menabrak Nerissa terluka kecil di bagian pelipisnya juga di bawa ke rumah sakit.

“Maafkan aku tuan, gadis ini tiba-tiba melompat ke arah mobilku,” jelasnya pada orang-orang berpakaian hitam itu.

“Tak apa, aku tahu.” Gadis berkulit putih itu kini memperhatikan setiap bagian wajah gadis yang kini terbaring lemah di sampingnya itu. Ya, dia mengetahui gadis ini. Nerissa Frore seorang penulis terkenal dan seorang putri dari pengusaha sukses di negeri ini. Bukannya besok hari pernikahannya?

Gadis dengan name tag Raquil Caliana itu mengusap darah di pelipisnya dengan tissu.

“Kami ingin meminta maaf atas kejadian beberapa menit lalu.” Raquil mengangguk menanggapi perkataan pria berpakaiann hitam di sampingnya. Dia mengerti apa yang maksud pria itu. Entah masalah apa yang dihadapi penulis ini hingga memilih untuk mengakhiri hidupnya.

“Namaku Fillan, Fillan Elfern. Hubungi nomor ini jika kau membutuhkan sesuatu atau jika kau membutuhkan ganti  kerugian.” Pria yang menjadi bodyguard Nerissa itu memberikan sebuah kartu kecil yang berisi nomor ponsel dan sebuah alamat.

Sebuah brankar didorong mendekati Nerissa saat mobil yang ditumpangi Nerissa berhenti di depan rumah sakit.

“Lakukan apapun untuk menyelamatkannya.” Fillan merogoh ponsel di saku sebelah kanannya, dia segera menghubungi Tuan Frore secara langsung.

“Maaf Tuan, kami tak sempat menghentikan Nona Nerissa. Sekarang kami ada di rumah sakit xxx.” Tuan Frore memutuskan sambungannya setelah dia mendapatkan lokasi putrinya saat ini.

Beberapa orang melangkahkan kakinya cepat menuju ruangan dimana Nerissa ditangani. Raquil juga ada di sana, bagaimanapun dia yang membuat Nerissa menjadi seperti ini.

“Di mana Nerissa?” Tuan Frore tergopoh dan tanpa jeda langsung menanyakan keberadaan putrinya pada Fillan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status