Share

20. Bapak Kepo

Author: Rumi Cr
last update Last Updated: 2025-09-09 15:00:17

"Masih lama kamu belanjanya?" Suara tepat di samping Wafa membuatnya terkejut. Kanzu sudah berdiri tepat di sebelahnya.

"Sejak kapan, Mas Kanzu di sini?" tanya Wafa segera memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Sejak tadi, Mama Nunun," jawaban Kanzu membuat mata bening Wafa membulat sempurna tak percaya.

"Sejak tadi kapan, Mas? Apakah Mas dengar apa yang saya bicarakan tadi?"

"Dengarlah, rupanya kau sudah mempunyai seorang anak ya, kenapa aku tak pernah melihatnya."

Wafa menghela napas lega, "Syukurlah Mas Kanzu tak tahu dengan siapa aku bicara tadi,"

"Dia tinggal bersama neneknya."

"Suamimu juga di sana. Jadi, ceritanya kalian LDM gitu," lanjut Kanzu sok tahu.

"Suami saya ada di kota ini, juga," jawab Wafa enteng dengan membawa belanjanya ke meja kasir.

Kanzu mengerjap, sampai akhirnya memilih mengikuti Wafa. Karena niatnya masuk ke mini market supaya gadis itu segera menyelesaikan belanjanya.

S
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   20. Bapak Kepo

    "Masih lama kamu belanjanya?" Suara tepat di samping Wafa membuatnya terkejut. Kanzu sudah berdiri tepat di sebelahnya."Sejak kapan, Mas Kanzu di sini?" tanya Wafa segera memasukkan ponselnya ke dalam tas."Sejak tadi, Mama Nunun," jawaban Kanzu membuat mata bening Wafa membulat sempurna tak percaya."Sejak tadi kapan, Mas? Apakah Mas dengar apa yang saya bicarakan tadi?" "Dengarlah, rupanya kau sudah mempunyai seorang anak ya, kenapa aku tak pernah melihatnya."Wafa menghela napas lega, "Syukurlah Mas Kanzu tak tahu dengan siapa aku bicara tadi,""Dia tinggal bersama neneknya.""Suamimu juga di sana. Jadi, ceritanya kalian LDM gitu," lanjut Kanzu sok tahu."Suami saya ada di kota ini, juga," jawab Wafa enteng dengan membawa belanjanya ke meja kasir.Kanzu mengerjap, sampai akhirnya memilih mengikuti Wafa. Karena niatnya masuk ke mini market supaya gadis itu segera menyelesaikan belanjanya.S

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   19. Sejak Tadi Mama Nunun

    Sepulang dari kantor Wafa mampir ke kediaman Rani untuk mengambil motor Mbak Ninik di sana. Tadi, bibinya main ke rumah pemilik Albanna itu, untuk mengantar pindang presto kesukaan Ryan. Berhubung saat Mbak Ninik sampai, Rani akan keluar belanja, bibi Wafa itu diajak ikut serta belanja bulanan olehnya.Sadar banyak juga barang yang dibeli oleh bibi Wafa tersebut, membuat Rani langsung mengantar Mbak Ninik ke kantin Albanna. Karena itulah, motor yang dipakainya tadi masih berada di rumah Ryan."Kak Rani, aku mau ambil motor bibi," ujar Wafa usai memberi salam dan berpelukan dengan Rani."Iya, silakan, Nona manis," canda ibu dua anak tersebut. "Besok mau dipakai untuk ninjau proyek di lapangan ya?" tanya Rani mendapat anggukan Wafa."Hu um, aturannya jadwalku ke lapangan Senin dan Selasa kemarin. Berhubung bibi baru sehat, jadi minta tukaran sama temanku," jelas Wafa."Barusan Leo cerita, jumpa kamu dengan Kanzu di rumah makan siang ini. Te

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   18. Aku Minta Maaf

    "Enggak nyangka ya, saat gadismu ganjen juga," ujar Kanzu sebelum menyudahi makannya."Apa?" tanya Wafa mencoba memperjelas pendengarannya atas ucapan Kanzu barusan."Ganjen, kegenitan, kecentilan! Baru, bisa-bisanya lagi berebutan dengan Anida sukai cowok yang sama.""Apa? Coba ulangi lagi, ngomongnya tadi!" sentak Wafa dengan intonasi suara berbeda dari biasanya. Hilang sudah sikap anggunnya, ketika keluar watak aslinya."Jadi, cewek kok ganjen banget. Masih kurang paham maksud ucapanku," ungkap Kanzu kesal."Kalaupun iya, saya dulu kecentilan sama Mas Leo ... memang masalah buat Bapak Kanzu Al Ghifari bin Ghizra Arsyad, yang terhormat," ucap Wafa dengan tatapan kesal ke Kanzu. "Saya sudah selesai. Terima kasih atas makan siangnya, permisi!" setelah mengelap bibirnya dengan tisu, Wafa beranjak dari kursinya, meraih tas kemudian pergi meninggalkan meja makan nomer tiga itu.Kanzu mengatupkan bibir dengan tangan mengepal, lantas

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   17. Makan Siang

    Rumah makan yang dipilihkan Kanzu, ternyata sangat rame siang itu. Beberapa meja sudah terisi. Wafa berpikir, mungkin rumah makan yang ia singgahi berdua Kanzu ini, adalah salah satu rumah makan favorit di kota ini. Hingga tak sepi pengunjungnya."Ayam bakar di sini enak, itu merupakan menu special dari rumah makan ini. Dan salah satu menu kesukaanku, adalah ayam bakar," ujar Kanzu seraya menoleh pada gadis yang berjalan di sisinya menaiki tangga rumah makan."Enggak nanya," gumam Wafa sembari mencebik dengan lirikan mengarah pada pria di sampingnya."Kita duduk di pojok sana saja. Dekat jendela, dan tertutup tanaman jadi tak begitu diperhatikan orang dari sini," ajak Kanzu dengan menunjuk meja yang ia maksudkan.Keduanya duduk berhadapan dengan mengambil duduk masing-masing di dekat jendela. Pelayan segera menghampiri meja mereka seraya menyodorkan menu makanan."Kamu mau pesan apa? Atau disamain saja?" tanya Kanzu dengan memperhatikan m

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   16. Kenapa Nomerku Diblokir

    Malamnya usai mengerjakan salat Isya berjamaah dengan bibinya, terdengar panggilan masuk dari ponsel Wafa. "Wafa angkat telepon dulu ya, Bi," pamit Wafa sembari meraih tangan bibinya untuk ia cium."Iya, angkatlah. Siapa tahu dari ibumu, karena kemarin ia bilang kangen padamu."Wafa mengangguk. Bergegas ia berdiri menuju ke kamarnya. Sesampainya di kamar, segera ia raih ponselnya yang terletak di nakas. "Bunda Syaiba," gumam Wafa seketika mengusap layar untuk menerima video call dari bundanya Kanaya itu."Mama Nunun!" seru bocah tampan yang amat ia rindukan tadi pagi. Apakah rasa rindunya pada Saka, terhubung dengan baik."Saka! Mama kangen, Nak," ujar Wafa dengan mata berkaca. Bocah yang berada di layar ponselnya berceloteh dengan lucu ditemani sang nenek yang duduk di belakangnya."Saka juga kangen, Mama Ainun," ucap Bu Syaiba dengan suara bergetar, melihat Wafa berusaha keras menyembunyikan tangis harunya tak urung membuat hatinya tren

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   15. Pengakuan Satria

    "Hanya padamu, aku mengakui ini, Nun. Aku telah menghancurkan masa depan gadis itu," air mata Satria menetes saat pernyataan jujur itu meluncur dari bibirnya.Kedua mata Wafa membulat sempurna, mendengar pengakuan dari Satria. "Jadi, ternyata kamu manusia bejat itu!" telunjuk gadis itu, tepat mengarah ke dada Satria. Dengan mata memerah, menahan geram ia telangkupkan telunjuknya menjadi kepalan."Iya, Nun. Boleh dikatakan aku telah memperdaya Kanaya. Aku mengambil kesempatan saat dia tak berdaya. Pada kenyataannya, imanku hanya setipis belahan tisu."Wafa beranjak berdiri, kemudian dengan cepat ia layangkan tinju pada muka Satria hingga pria itu tersungkur dari bangku taman.Satria memegang pipi kirinya, pukulan dari Wafa menembus nyeri hingga rahangnya. Kejadian barusan, diluar prediksinya hingga ia terkejut dan tak sempat menghindar."Kamu tahu, akibat dari perbuatanmu itu. Kanaya sangat menderita. Tetapi, ia masih melindungimu dengan t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status