AMBIL SAJA SUAMIKU
(Istrinya mati-matian berjuang memisahkan kami, sementara suaminya mati-matian berjuang agar tetap bersamaku.)Aku tersenyum membaca status WA Mayang. Dia pasti kini merasa menang, karena sudah seminggu lamanya, Mas Arkan tak pulang ke rumah. Aku tentu saja tahu kemana dia. Mas Arkan, saat ini, mungkin tengah tertawa bahagia bersama sahabatku itu. Ah, bukan sahabat, tapi, mantan sahabat. Karena bagaimana mungkin ada seseorang yang begitu tega merebut suami sahabatnya sendiri?Aku meneguk teh camomile dalam cangkir keramik bertuliskan MAMA dengan tenang. Tak apa. Nikmatilah dulu kebahagiaanmu, Mayang. Tunggu sebentar lagi, aku akan memberi sebuah kejutan, berupa bom yang akan kuledakkan langsung tepat di depan wajahmu.***Memang betul kata orang, jangan pernah memasukkan perempuan lain ke dalam rumah tanggamu, bahkan meski kau punya niat membantu. Jangan biarkan suamimu mengenalnya, apalagi akrab dengan dia. Bahkan sesungguhnya, jangan pernah membicarakan perempuan lain pada suamimu, hingga seolah-olah, suamimu mampu melukis wajahnya dalam angan. Kau tak akan pernah mau menebak seberapa liar fantasi seseorang berjenis lelaki.Setahun yang lalu, Mayang datang subuh buta, mengetuk pintu rumah. Begitu pintu dibuka, dia langsung memeluk dan menangis tersedu."Mas Hadi mengkhianatiku, Kay. Dia menikah lagi di Surabaya sana. Dan saat aku memintanya memilih, dia memilih selingkuhnya itu."Aku memeluk dia dengan rasa sedih di hati. Mayang memang bukan orang lain bagiku. Kami bersahabat sejak sekolah menengah. Ketika aku melanjutkan kuliah dan dia terpaksa berhenti karena tak ada biaya, aku membujuk Ayah yang memang sering mengeluarkan beasiswa perusahaan, agar memasukkan nama Mayang di dalamnya. Mayang akhirnya bisa kuliah, meski tidak satu kampus denganku. Dia bahkan sering menginap di rumah saat libur akhir pekan, karena kampungnya cukup jauh. Papa dan Mama menyayanginya, sering pula memberinya uang saku karena keluarganya memang tak mampu. Juga tak kulupakan bahwa kost dan biaya hidupnya selama kuliah berasal dari keluargaku.Menginap. Kebiasaan itu yang seharusnya kuhentikan. Tak masalah jika dia menginap di rumah Mama saat kami masih gadis dulu. Tapi, menginap di rumahku saat aku punya seorang suami? Itu sama sekali tak dibenarkan.Sayang, aku terlambat menyadari. Atau mungkin, aku tak pernah menyangka bahwa seseorang yang begitu banyak menerima kebaikan dari keluargaku, tega menjadi racun dalam rumah tanggaku.Nyaris menjelang subuh saat kudengar suara mobil Mas Arkan memasuki halaman. Aku memeluk Celia erat. Gadis kecil lima tahun itu menggeliat sejenak, lalu terlelap lagi. Kubiarkan saja Bik Asih membukakannya pintu. Tak lama, kudengar pintu kamar dibuka, dan langkah kakinya yang amat kukenal, terdengar. Suara itu lalu berhenti tepat di sisi tempat tidur."Maaf, Kayyisa."Aku bertahan untuk tetap pura-pura tidur, padahal hatiku rasanya ingin menjerit. Sungguh, aku tak mengerti apa yang ada di benak seorang lelaki ketika mengkhianati istri dan anaknya. Tidak tahukah dia? Bahwa pernikahan adalah ikatan suci, janji di hadapan Tuhan.Terdengar suara gemerisik, lalu dia membaringkan diri di sebelahku. Dulu, biasanya, aku akan berbalik, menelusupkan wajah di dadanya. Tapi kini, hanya jengah yang bisa kurasakan. Membayangkan dia telah menyentuh wanita lain sebelum pulang padaku.Refleks, aku bergerak bangun. Rasanya tak rela bersentuhan dengannya lagi."Kayyisa.""Maaf, Mas. Bisakah Mas pindah kamar mulai hari ini?""Apa?"Kami saling tatap. Kutelisik manik mata coklat miliknya, yang dulu membuatku jatuh cinta."Tapi, Kayyisa, kenapa?""Apakah Mas masih perlu bertanya? Sudah berapa kali tangan dan tubuhmu itu menyentuh wanita lain?"Suaraku hanya berupa bisikan, tapi aku yakin dapat didengarnya dengan jelas. Aku tak mau Celia terbangun dan melihat ayah bundanya bertengkar."Kayyisa, maafkan aku. Tapi, Mayang sekarang istriku juga, jadi … ""Stop, Mas. Hentikan. Aku nggak mau dengar. Bukankah kau juga tak mendengar permohonanku saat aku minta untuk memutuskan hubungan kalian demi Celia?"Aku bangkit dari kasur, membuka pintu kamar dan berdiri menunggu. Mas Arkan menatap Celia sebentar, menciumnya dan bangkit. Di pintu, dia menatapku."Mayang sedang dalam kesulitan, niatku menikahi dia hanya untuk menolong. Bukankah sejak dulu kau selalu membantunya?"Aku tertawa getir."Itu adalah kesalahanku yang paling fatal. Aku selalu membantunya, sampai-sampai dia merasa punya hak merampas suamiku.""Dia tidak merampas, Kay. Dia hanya ingin kau berbagi.""Kalau begitu katakan padanya bahwa dia tak perlu berbagi. Kita akan segera bercerai."Mas Arkan menatapku tajam."Tidak. Kita tidak akan bercerai."Dasar serakah, lelaki egois. Aku membuang pandang, menatap Celia yang masih lelap tanpa terganggu. Kubiarkan Mas Arkan melewatiku dan masuk ke kamar tamu yang berada paling depan. Kamar itu dulu, sering ditempati Mayang saat menginap. Dan mungkin saat itu mereka mulai saling melirik di belakangku.Tapi baiklah. Mungkin nanti. Mungkin memang tidak sekarang. Toh, suamiku sudah terlanjur jatuh di pelukannya. Dan aku tak akan pernah memungut sampah yang sudah terlanjur jatuh di dalam tong sampah yang busuk.***"Kau sungguh-sungguh, Kay? Jadi selama ini Arkan sudah menikah lagi?"Papa menatapku tak percaya. Aku mengangguk. Sepengecut itulah Mas Arkan. Dia menikah diam-diam tanpa setahu keluargaku dua minggu yang lalu. Aku tahu, tentu saja, meski terlambat dan tak mungkin pula mencegahnya. Bagiku, seseorang yang sudah berniat pergi, tak akan kutahan lagi."Kenapa kamu nggak kasih tahu Papa? Papa akan mencegah baji-ngan itu."Suara Papa geram. Aku menggelengkan kepala."Tidak perlu, Pa. Aku sudah mengikhlaskannya. Kami akan bercerai. Aku kesini untuk memberitahu Papa sebelum Mama tahu."Papa mengelus kepalaku sejenak."Jadi, apa yang kau ingin Papa lakukan?"Aku terdiam sejenak. Selama dua tahun terakhir, Mas Arkan tengah merintis perusahaan konstruksi. Empat kali memenangkan tender dan mendapat untung ratusan juta rupiah, membuatnya lupa diri. Dia merasa kaya dan berkuasa.Dan dia juga lupa, bahwa Papa adalah direktur utama PT. Pagun Sejahtera, raksasa perusahaan konstruksi di Indonesia."Lakukan apa saja agar Mas Arkan tak bisa memenangkan tender. Jegal semua langkahnya. Aku ingin tahu, apakah perempuan itu akan tetap bertahan dengannya jika dia miskin."Wajah Mayang terbayang. Aku menghela napas dalam-dalam. Permainan baru saja dimulai Mayang. Untuk langkah pertama, silakan. Ambil saja suamiku!***AMBIL SAJA SUAMIKU 2Aku memasukkan barang-barang Mas Arkan ke dalam koper dibawah tatapan mata jernih Celia. Barang-barang ini tinggal sebagian. Setengahnya lagi sudah dibawa Mas Arkan ke rumah baru yang akan dia tempati bersama Mayang."Kita mau jalan-jalan?"Aku meletakkan sepotong kemeja terakhir, menghela napas panjang dan menatap gadis kecilku yang cantik itu. Packing baginya adalah jalan-jalan. Setahun lalu, Mas Arkan mengajak kami jalan-jalan ke Bogor saat ulang tahun Celia yang ke empat. Kami mengunjungi Taman Safari, menginap di hotel daerah puncak, dan berkeliling naik kuda di Cimory Dairyland. Bagi Celia itu adalah kenangan indah tak terlupakan. Kenangan terakhir bersama Sang Ayah sebelum kehadiran Mayang menghancurkan semua."Nanti kita akan jalan-jalan sama Eyang Putri dan Eyang Kakung."Aku mencoba tersenyum meski di dalam sini, hatiku perih tak terkira. Bagaimanapun, dulu kami pernah sangat saling mencintai."Kenapa nggak sama Ayah?""Ayah ada tugas keluar kota. Tugasn
AMBIL SAJA SUAMIKU 3Mungkin, rasanya tak akan sesakit ini jika saja perempuan itu bukan Mayang. Orang yang aku sayangi, sahabat yang selama ini menjadi tempatku berbagi. Ya, sejak dulu aku dan Mayang selalu berbagi apapun. Aku yang anak tunggal, merasa begitu bahagia memiliki dia. Sayang sekali, dia kebablasan, merasa aku mau berbagi apapun, termasuk suamiku."Apa-apaan ini?!"Mas Arkan menghadangku di halaman lembaga kursus bahasa inggris milikku. Meski basic keluargaku adalah pengusaha, Papa membebaskan aku merintis karir apapun yang aku suka. Lulus kuliah, aku mendirikan kursus bahasa Inggris khusus percakapan bagi orang-orang yang akan bekerja keluar negeri. Kebanyakan yang belajar di sini adalah para calon BMI. Sampai sesaat sebelum mereka menikah, Mayang masih bekerja denganku, sebagai admin dan bagian keuangan. Sementara Mas Arkan dipersiapkan Papa untuk menggantikannya kelak. Tapi, ternyata, mereka sendiri yang menghancurkan rencana yang seharusnya menguntungkan bagi mereka.
AMBIL SAJA SUAMIKU 4"Kay, aku kalah tender, padahal aku sudah menghabiskan banyak uang. Tolong, katakan pada Papa, bagaimana caranya agar aku bisa memenangkan lagi tender itu. Aku rugi besar, Kay. Aku akan miskin. Kita akan miskin."Spontan, aku tertawa mendengarnya."Bukan kita. Tapi kamu."Mas Arkan menatapku dengan pandangan memelas. Tentu saja, seharusnya dia tahu bagaimana keluargaku sebelum terjebak nafsu dan melakukan hal diluar batas."Kita Kay. Aku, kamu dan Celia. Sampai kapanpun, kalian akan jadi bagian hidupku."Mayang membuang pandang mendengar kalimat suaminya. Aku pastikan, sepulang dari sini, dia akan segera apdet status. Sementara Mas Arkan masih berusaha membujukku hingga aku muak mendengarnya. Apa aku tak salah dengar? Aku masih ingat kala itu, kala aku mengetahui dia selingkuh pertama kali. Dengan jumawa, Mas Arkan bilang kalau sekarang dirinya sudah sejajar dengan para pengusaha besar, jadi tak masalah baginya sedikit bersenang-senang."Sekali menang tender, bisa
AMBIL SAJA SUAMIKU 5Malam sudah larut. Aku tak bisa tidur, berguling-guling di atas ranjang, memikirkan anakku di kamar sebelah, yang tidur dalam pelukan Ayahnya. Tadi, kudengar sedikit keributan saat Mas Arkan memaksa Mayang pulang sendiri. Entah apa yang dikatakan Mas Arkan padanya, yang jelas, tak lama kemudian, sebuah taksi online datang dan membawa mereka pergi. Apa yang dipikirkan Mas Arkan saat membawa Mayang dan Mimi ke rumahku malam ini? Berharap aku luluh karena dia tahu betapa aku menyayangi Mayang dan Mimi, dulu? Tak tahukan dia bahwa batas antara rasa sayang dan benci itu hanya seperti kulit ari?Dulu, aku memang menyayangi mereka. Saat Mayang menikah dengan Hadi, teman kuliahnya, aku ikut bahagia. Bahkan akulah yang kesana kemari mengurus semua karena dia ingin resepsi diadakan di kota. Hamil dan melahirkan Mimi disaat yang hampir bersamaan dengan aku hamil dan melahirkan Celia, membuat kami kian akrab. Mungkin Tuhan memang menciptakan beberapa orang yang ditakdirkan
AMBIL SAJA SUAMIKU 6PoV MAYANGSakit sekali melihat dia masuk ke dalam rumah itu dan membiarkan aku dan Mimi pulang sendirian. Berada di dekat Kayyisa, Mas Arkan terlihat sangat berbeda. Dia tampak lemah dan tak berdaya. Sungguh berbeda saat bersamaku. Dia seperti bukan Mas Arkan yang dengan gampang tergoda lirikan mataku."Bawa Mimi pulang sekarang. Celia membutuhkan aku."Suaranya keras, tidak lagi lembut dan mesra seperti kemarin. Aku dihantam rasa cemburu mendengarnya. Bukankah aku dan Mimi juga membutuhkan dia?"Tapi, Mas. Mimi akan menangis kalau kau tak di rumah."Mas Arkan melotot."Mayang, ini masalah genting. Aku harus meluluhkan hati Kayyisa, dan Celia adalah kelemahannya. Kita diambang kehancuran. Kau tahu berapa kerugianku? Dua ratus juta, Mayang!"Ah, tol*l! Seharusnya uang itu cukup untuk membeli mobil baru untukku."Pulang, aku pesankan taksi online."Mas Arkan mengeluarkan ponsel dan dengan cepat melakukan order. Aku cemberut menatapnya."Mas nggak sayang kami lagi.
AMBIL SAJA SUAMIKU 7PoV KAYYISAApa yang kau inginkan, Kay? Berharap dia berubah demi Celia? Aku menggeleng kuat-kuat. Tentu saja tidak. Aku bisa memaafkan jika dia melakukan kesalahan apa saja, asal bukan selingkuh dan main tangan."Ayah pergi, apa dia pergi ke rumah Mimi?"Aku menghapus air matanya. "Oh, bukan. Ayah sedang ada pekerjaan. Kan, Bunda sudah bilang, Ayah sedang sibuk. Celia anak pintar dan harus mengerti.""Tapi, kenapa pergi cepat-cepat? Nggak bilang aku dulu?"Dia memang anak yang kritis. Mungkin aku tak perlu menunggu dia besar untuk memberitahu padanya tentang kenyataan itu."Karena Ayah sedang ditunggu klien, em… teman kerja. Sabar ya, Sayang. Gimana kalau Bunda yang suapin makannya?"Celia mengangguk. Raut wajahnya perlahan berubah lagi. Dia memang seperti aku, cepat mengambil keputusan. Salah satu yang aku khawatirkan adalah, bahwa dia memutuskan untuk membenci Ayahnya. Karena seburuk apapun Mas Arkan, dia tetaplah Ayahnya. Aku tak akan menyuruh Celia membenci
AMBIL SAJA SUAMIKU 8Ayah? Oh tentu saja. Memangnya kau mengharapkan apa? Sepuluh tahun sudah berlalu. Cinta monyet masa SMA itu pastilah telah lama pudar. Dua puluh delapan tahun usiaku kini, sama dengan usia lelaki di sebelahnya. Dia pastilah sudah menikah dan mempunyai anak. Anaknya, yang kini entah bagaimana berteman dengan Celia. Sungguh, kadang aku ingin tertawa memikirkan bagaimana lucunya takdir mempermainkan kisah hidupku.Arez melambaikan tangan pada kedua gadis kecil itu, yang kini saling menggandeng, berlari lagi menjauh dan masuk ke tengah arena bermain. Lalu, kami sama-sama menoleh dan saling menatap. Entah apa yang dia pikirkan sama dengan apa yang kupikirkan, tiba-tiba saja kami tertawa bersama."Itu anakmu, cantik sekali.""Dan anakmu juga cantik.""Oh, tentu saja, Bapaknya kan ganteng."Astaga. Ternyata dia masih tengil seperti dulu. Aku menggeser dudukku, khawatir tiba-tiba istrinya datang dan melihat kami duduk berdekatan."Kenapa?""Kalau istrimu datang, aku takut
AMBIL SAJA SUAMIKU 9Aku melangkah menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah pasti. Kata Rayyan, yang kuutus untuk mencari tahu apa yang terjadi, Mayang memang ada di rumah sakit. Dia baru saja menjalani operasi pemasangan pen di pergelangan tangan kanannya yang patah. Dia jatuh di kamar mandi, itu alasan yang dia katakan pada dokter di IGD. Bagaimana Rayyan mencari tahu, itu bukan urusanku. Sepupuku yang sejak kecil bercita-cita menjadi detektif itu, selalu bisa mencari tahu hal apapun dengan cara yang tak bisa kau duga. Dan aku datang ke rumah sakit, sekedar untuk menyaksikan secara langsung bagaimana hukuman dari Tuhan berjalan pada orang-orang yang zolim.Mayang ditempatkan di kamar kelas satu rumah sakit umum, kelas yang tak mungkin kuambil seandainya saja terpaksa dirawat di rumah sakit ini. Satu kamar yang dibagi untuk dua orang, sempit dan pastinya tidak nyaman. Kenapa Mas Arkan yang mengaku pengusaha hebat sampai menyuruhnya dirawat di kelas ini? Apakah rugi dua ratus juta