Share

AMORIST
AMORIST
Author: Lashinzou

PROLOG

Rasanya hampir gila karena bertengkar dengan isi kepala. Itulah perempuan.

Bahkan Xaviera kini masih saja sulit untuk memutuskan apa yang mau dikenakan. Sementara itu, ia sudah melempar gaun ke sepuluh di atas tempat tidur. Ia berusaha menentukan gaun terbaik yang akan ia pakai malam ini.

Apakah semua orang lebih suka dirinya mengenakan gaun beludru berwarna putih dengan belahan rendah atau jubah terbuka dengan keliman berwarna hitam elegan.

Keputusannya pasti akan lebih mudah dibuat kalau saja ada seseorang yang akan menemaninya pada pesta malam ini.

“Anda tampak cantik dalam balutan sutra kuning mengkilap,” kata pelayan yang dipesan langsung dari butik ternama.

Rahangnya mulai mengeras, mengindikasikan bahwa ia mulai kehilangan kesabaran dengan semua hal yang harus diurusnya setiap kali Xaviera berganti pakaian.

“Ini akan jauh lebih baik kalau saja aku hanya punya beberapa pilihan dan ada seorang laki-laki yang langsung menilai penampilanku.”

Mungkin ia sebaiknya mengenakan gaun berwarna ruby dengan bordiran kelopak bunga. Xaviera memungut kembali gaun itu dari tempat tidur dan memegangnya di depan tubuhnya, kemudian melihat penampilannya di depan kaca.

Tanpa memedulikan kenyataan bahwa penurut bukanlah karakter terbaik yang ada dalam dirinya.

“Itu pilihan yang bagus, nona” kata pelayan itu menyemangati.

“Anda akan terlihat mewah seperti mawar.” Bagian tepi gaun itu diberi renda yang indah dan dihiasi bordiran dengan warna yang lebih muda.

“Kita akan menghias rambut anda,” ujarnya yang langsung mengambil alih tubuh Xaviera. Rambutnya digelung rapi dan simple. Tidak terlalu berlebihan, karena pada dasarnya Xaviera lebih menonjolkan warna pada bajunya.

“Bagus sekali,”

Xaviera tersenyum pada dirinya sendiri, sementara pelayan itu memasang beberapa hiasan berwarna putih yang berkilauan di kepala Xaviera. Bentuk gaun itu benar-benar pas dengan tubuhnya. Ini adalah jenis gaun yang mengubah pemakainya menjadi seorang ratu.

Pesta kelulusan yang bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke 22 berlangsung meriah. Semua orang datang dengan pakaian terbaik mereka, tak terkecuali dengan Xaviera.

Sahabatnya menyapa dan mengucapkan selamat bergantian. Kegiatan sambutan, tiup lilin bahkan potong roti sudah dilaksanakan. Saat ini beberapa orang sedang menikmati hidangan yang ada.

Sejauh mata memandang, dari sekian banyak orang yang tertuju padanya ada sesuatu hal yang membuatnya mengernyit.

Ya, Revan belum datang.

Semua laki-laki sama saja, kata Xaviera pada dirinya sendiri setiap kali ia merasa gugup mengenai laki-laki itu. Beberapa menit dalam keadaan perasaan buruk, tiba-tiba sahabatnya melirik sekilas lalu menarik seseorang yang sedang berjalan di belakangnya. Xaviera menoleh.

Itu Revan.

Badannya tinggi besar, mengenakan jas rapi berwarna hitam dengan balutan kemeja berwarna perak. Pandangan mereka berdua bertemu. Revan bahkan tidak melirik gaunnya, ia hanya menatap matanya membuat Xaviera menelan ludah. Tatapan mata Revan tidak pernah lepas dari mata Xaviera.

“Selamat ulang tahun,”

 “Terima kasih,”

“Bukankah kita bisa bernegosiasi dengan baik?” ujarnya yang kemudian merapatkan tubuh kepada gadis cantik dihadapannya yang terlihat tegang. 

“Apa yang kau inginkan?”

“Saya dapat kamu dan kamu dapat nama belakang saya, bagaimana?"

Revan menggenggam tangan Xaviera dan mengecupnya, kemudian menarik pinggang ramping gadisnya itu. 

Xaviera merasa dirinya gemetaran dan jantungnya sudah berdebar-debar tidak karuan. Tetapi, ia juga merasa senang dengan cara mata Revan yang menghangatkannya, tentu saja ia juga merasa senang karena gemetar di kakinya tidak membuatnya linglung dan terjatuh.

Dari situlah semuanya terjadi. Tidak perlu dijelaskan lagi bahwa kini, Revan telah melabeli dirinya sama seperti laki-laki itu melabeli barang-barang pribadinya:

        

 Xaviera, milik Mr. Bramantha.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status