Share

Bab 7

last update Dernière mise à jour: 2023-02-09 20:29:26

Ken kembali membuang muka. Rasanya dia tidak bisa percaya dengan yang diucapkan ibunya. Saat kecil, ayahnya itu jarang sekali di rumah. Sang kakek justru yang lebih banyak meluangkan waktu untuk dirinya. Apalagi saat Za mulai membantu perusahaannya lagi. Semakin banyak waktu juga uang yang bisa dicurahkan Hendro untuk Ken.

**

Hendro duduk sambil  menatap kosong ke area taman di mana Kinan sedang menyapu daun-daun kering. Ken yang sudah mulai pulih mendekati sang kakek dan duduk di kursi di sebelahnya.

“Selama aku di sini, Kakek sama sekali belum menyapaku.” Ken mendesah.

“Degil!” Hendro melirik sekilas, lalu kembali fokus pada tanaman yang tampak indah. Apalagi setelah ada Kinan, taman itu jauh lebih terawat.

“Kakek!” Ken terdengar merajuk. Lelaki yang biasanya sangar dan banyak ditakuti lawan itu saat ini malah terlihat seperti seorang anak kecil dengan rengekannya.

“Kakek berulang kali berpikir tentang kata-kata ayahmu, Ken.”

“Kata-kata Ayah? Memangnya dia bilang apa?” Ken menoleh dan memperhatikan kakeknya.

“Kamu harus mulai belajar bekerja dan berhenti bergaul di jalanan seperti itu,” ujar Hendro balik menatap sang cucu.

Ken mendengkus pelan dan tersenyum miring. “Tentu saja. Ayah selalu membenciku. Dia tidak suka aku bahagia.”

“Bukan seperti itu, Ken. Ayahmu benar. Sudah waktunya kamu mengubah sikap. Kamu ini sudah hampir 24 dan masih saja tawuran. Mau jadi apa?” cecar Hendro.

“Siapa yang akan meneruskan usaha Kakek sama ayahmu jika kamu terus saja seperti ini?” lanjut lelaki tua itu.

Ken membuang muka. Dia sama sekali tidak suka jika harus terkurung di kantor. Apalagi kalau harus bertani seperti ayahnya.

“Mulai sekarang, kamu harus bekerja kalau mau dapat uang.”

“Kakek!” Ken menoleh dengan tatapan merajuk. Benar-benar tidak sesuai dengan penampilannya yang garang. Di depan kakeknya Ken tetap saja bagaikan seorang bocah ingusan yang minta dibelikan permen.

“Dan satu lagi. Kamu harus segera menikah agar punya rasa tanggung jawab!” bentak Hendro tegas. Namun, langsung membuat pemuda di sampingnya melotot.

“Apa?! Menikah? Oh, come on, Kek. Ini sangat tidak lucu. Aku masih terlalu muda untuk punya komitmen seserius itu.” Ken tampak kesal.

“Muda apanya? Kamu sudah cukup umur untuk menikah!” Hendro membentak sambil menggebrak meja. Ken terlonjak kaget.

“Aku … pacarku mana mau menikah secepat ini. Jangan gila, Kek!” ujar Ken.

“Kakek kasih kamu waktu satu bulan untuk mengajak pacarmu itu menikah. Kalau tidak ….”

“Kalau tidak? Apa, Kek?”

“Kakek yang carikan calon istri buat kamu.”

“Hah? Kakek carikan aku istri? Memangnya Kakek punya calon?” tanya Ken dengan wajah menahan tawa.

“Tentu saja ada. Kau pikir, Kakek ini tidak bisa carikan?”

Ken langsung tergelak. “Siapa? Apa aku mengenalnya?” tanya Ken. Dia langsung mengingat-ngingat gadis-gadis yang mungkin anak dari relasi sang kakek. Tidak akan terlalu buruk pikirnya. Minimal cantik dan dari kalangan berada.

“Tentu saja. Itu orangnya,” tunjuk Hendro pada Kinan yang lewat di depan mereka hendak menyimpan sapu lidi.

Sejenak Ken melongo.

“What? Dia?” tunjuk Ken sambil terbahak. “Becandamu tidak lucu! Benar-benar buruk.” Di menggeleng pelan sambil menahan tawa.

Orang yang sedang dibicarakan langsung menoleh dengan wajah bingung.

“Kenapa tertawa? Dia itu anak yang baik. Rajin dan pekerja keras. Bukan seperti kamu yang cuma bisa habisin duit!” bentak Hendro.

“Ok, fine. Tentu saja dia rajin. Dia pembantu di rumah ini, kan?” cibir Ken masih dengan tawanya. Mendengar itu Kinan melotot pada Ken yang dari awal bertemu sudah terkesan sombong.

“Bukan. Dia itu diselamatkan sama ayahmu. Dia tinggal sementara di sini. Dia orang yang tau terima kasih. Dia mau bantu-bantu,” jawab Hendro.

“Ya, intinya sama saja. Dia itu tukang bantu-bantu. Apa Kakek tega ngasih aku calon istri macam dia? Dia pantasnya jadi keset.”

Mendengar ucapan cucunya Hendro semakin yakin jika apa yang dilakukannya selama ini pada pemuda itu adalah kesalahan besar. Ken tumbuh menjadi orang yang arogan.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2   Bab 74

    “Lina, Ima! Apa Nyonya sudah selesai?” tanya Javier dari luar pintu.“Sudah Bang Jev,” jawab Ima.“Tuan Al sudah menunggu di bawah untuk sarapan,” katanya. Lina dan Ima pun bergegas membereskan peralatannya.“Silakan duluan, Nyonya. Kamarnya biar kami yang bereskan,” ucap Ima. Walaupun merasa tak enak hati, tetapi Kinan tak punya pilihan lain, Aldebaran sudah menunggunya di bawah.Saat pintu terbuka Javier sempat terperangah melihat Kinan yang semakin cantik. Sebagai lelaki normal dia kagum dengan wanita ini.“Silakan,” ujar Javier yang mendadak bersikap begitu sopan.“I-iya,” jawab Kinan terlihat gugup.Dia berjalan pelan menuruni tangga lebar yang melingkar. Di bawah sana Aldebaran yang mendengar bunyi heels pendek dari sepatu yang dikenakan Kinan sontak menoleh ke arah tangga.Matanya terperangah untuk sesaat, sebelum akhirnya dia membuang muka karena Javier melihat padanya.Sangat aneh. Aldebaran sering berurusan dengan wanita berbaju seksi. Dia bahkan sering menikmati wanita tan

  • AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2   Bab 73

    Aldebaran menatap tak berkedip pada wanita yang jatuh terlelap karena saking capenya. Kinan bercerita tentang hidupnya sambil menangis tadi. Entah kenapa Aldebaran ingin sekali memeluk dan memberikan bahunya untuk bersandar saat Kinan menangis, tetapi dia tak bisa melakukannya. Wanita itu masih sah menjadi istri orang.Saking lelahnya, Kinan meracau lalu kepalanya terkulai di pinggiran sofa.“Kupikir kisah hidupku yang paling buruk,” gumam Aldebaran sambil menatap dengan rasa kasihan pada Kinan. Dia menunggu hingga Kinan benar-benar terlelap, lalu memindahkannya ke atas kasur miliknya. Setelah yakin jika Kinan tidur dalam keadaan nyaman, dia lalu keluar dan menuju ruang kerjanya untuk tidur di sana.Aldebaran seakan susah untuk memejamkan matanya. Dia masih teringat saat Kinan menceritakan kisahnya dengan sang suami.“Kamu wanita tegar dan berprinsip. Berani meninggalkan suami seperti itu demi sebuah harga diri,” gumamnya, lalu terbayang wajah Kinan yang polos, namun pemberani. Ide-id

  • AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2   Bab 72

    Kinan masih fokus memijit kaki Ahmet, sementara Aldebaran mengajaknya untuk cepat-cepat. Dia sudah tidak sabar ingin menginterogasi wanita yang menjadi istri gadungannya ini.“Udah mendingan, kan, Dad?” tanya Aldebaran.Ahmet mendelikan matanya. “Aku lagi enak dipijitin. Ganggu saja kamu ini!” Dia hendak melemparkan lagi sebuah bantal pada anaknya, tetapi Kinan menahannya.“Ssst, jangan ribut.” Kinan menyilangkan telunjuknya di bibir.“Tuh denger! Sana pergi kau!” usir Ahmet mengacungkan tinjunya pada Aldebaran.“Hei, dia itu istriku. Seharusnya aku yang lebih berhak, bukan kau Pak Tua!” sergah Aldebaran.“Kau bisa sepuasnya sama istrimu nanti. Aku hanya sebentar saja. Aku ingin mengobrol dengannya.” Ahmet mengangkat bogemnya.“Aku kasih waktu lima menit lagi. setelah itu aku ajak Kinan pergi tidur. Ini sudah malam. Apa kau tidak mengerti bagaimana rasanya pengantin baru?” kata Aldebaran sambil melirik jam yang melingkar di tangannya.“Ya sudahlah. Pergilah kalian. Kakiku sudah jauh l

  • AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2   Bab 71

    Sementara itu Kinan dan Ahmet yang mendengar keributan di luar langsung terbangun. Ahmet terperangah saat melihat ada Kinan di kamarnya.“Ngapain kamu di sini?” tanyanya marah.“Emmh, itu … Kek, aku mau bawakan makan malam, tapi Kakek udah tidur. Jadi aku tunggu di sini,” jawab Kinan sambil menunjuk ke sofa yang tadi didudukinya.“Kakek! Sudah kubilang jangan panggil aku kakek.” Ahmet berteriak dengan keras dan membuat Aldebaran mendengarnya. Dia gegas ke sana untuk melihat.Betapa bahagia rasanya saat melihat ada Kinan di sana yang tadi dia kira kabur.“Kenapa kamu di sini, Sayang?” tanya Aldebaran menghampiri Kinan dan berpura-pura bersikap romantis. Kinan tampak risih saat tangan Aldebaran menyentuh pinggangnya.“Mmh, itu, Tuan. Saya … mau ambilkan makan malam buat Kakek,” jawab Kinan polos. Aldebaran mengedipkan sebelah matanya berulang kali, memberi kode pada Kinan agar tidak menyebutnya tuan.Lelaki itu mendekatkan wajahnya pada Kinan dan berbisik, “Panggil aku sayang jika di de

  • AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2   Bab 70

    Aldebaran terbahak mendengar pertanyaan Kinan.“Kau pikir aku akan melakukannya? Yang benar saja. Aku tidak akan pernah mau terikat dalam pernikahan.”Mendengar kalimat dari mulut Aldebaran, Kinan pun merasa lega.“Baguslah. Aku juga tidak mau,” balas Kinan sambil membuang muka. Aldebaran melotot. Belum pernah ada yang berani seperti itu padanya. Biasanya wanita akan tunduk dan merengek agar didekati, yang ini malah sebaliknya.“Kamu!” desisnya. Namun, Kinan malah nyengir kuda. Aldebaran mendengkus pelan.“Cepat pose yang baik, aku akan mengambil gambarmu,” titah Aldebaran sambil menunjuk ke arah tembok untuk memberi kode pada Kinan untuk berdiri di sana.“Ok,” sahut Kinan gegas berdiri di depan tembok berwarna putih.Cekrek.Aldebaran kemudian melihat hasil fotonya. Dia mendesis kesal, karena ternyata Kinan malah menggosok matanya.“Kamu ini, foto aja susah. Tahan dulu sebentar,” ucap Aldebaran sedikit emosi.“Maaf, tadi mataku kelilipan,” jawab Kinan yang masih mengucek matanya. “S

  • AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2   Bab 69

    “Pakailah salah satu. Buang saja baju yang kau pakai,” katanya seperti yang kesal. Kinan mendengkus dan kembali ke kamar pas untuk berganti pakaian.Keluar dari kamar pas kali ini sudah dengan baju yang baru dan membuat Aldebaran terpaku sesaat. Namun, dia gegas membuang muka.“Ayo, masih ada tempat lain yang harus kau kunjungi,” katanya sambil berjalan, lalu diikuti oleh Javier.Kinan melongo karena dua lelaki itu malah melenggang tanpa ke kasir dulu. Dia gegas menyusul Javier dan menarik tangan lelaki itu.“Ada apa?” tanya Javier yang kaget saat tangannya ditarik.“Kenapa nggak bayar? Kalian penjahat yang lagi merampok?” tanya Kinan sambil berbisik. Javier langsung terbahak dan membuat Aldebaran berhenti dan menoleh ke belakangnya. Javier langsung berhenti tertawa dan menunduk hormat.“Butik itu punya Tuan Aldebaran,” bisik Javier dan kembali membuat Kinan melongo.“Ayo cepat!” teriak Aldebaran yang kemballi berhenti karena Javier dan Kinan malah mengobrol dan berjalan lambat.“Ini

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status