Home / Rumah Tangga / ANAKNYA MIRIP SUAMIKU / Part 6 Cari Informasi Tes DNA

Share

Part 6 Cari Informasi Tes DNA

last update Last Updated: 2022-07-13 22:01:37

Anaknya mirip suamiku

(6)

 

Sore ini aku sudah siap-siap pulang. Setelah toko di kunci, aku berdiri di teras menunggu Nana. Rintikan hujan menyambut senja. Aku terpaku memikirkan tentang Ayu, kegelisahan dan menerka-nerka. Betulkah dia anak suamiku.

 

Tit tit tit ....

 

"Ma! Mama!"

 

Lamunanku tersentak mendengar suara klakson dan panggilan Nana dari mobil. Kupalingkan wajah, dia melambaikan tangan ke luar kaca jendela mobil. Aku bergegas lari kecil menuju pintu mobil, lalu masuk.

 

"Mama mikirin apa?" tanya Nana setelah aku duduk di sampingnya.

 

"Tidak ada, ayo pulang," jawabku. Ini masalahku dengan papanya, tidak mungkin anakku ikut campur. Lagian aku belum punya bukti. Jika aku salah bicara, itu sama artinya aku menjelek-jelekan papanya.

 

Nana menyetir mobil meninggalkan toko. Hujan gerimis hanya membasahi jalan. Aku terus kepikiran tentang firasat tapi tidak terbukti.

 

Tes DNA. Aku kurang mengerti masalah itu. Selama ini aku hanya nonton sinetron kalau membuktikan anak kandung siapa hanya dengan tes DNA. Apa prosedur dan kemananya saja aku tidak tahu. Selama ini yang kutahu hanya f******k dan i*******m untuk promosi baju. Atau ... kucoba tanya Nana saja, mana tahu dia pernah dengar, lagian anak muda sekarang banyak yang cerdas-cerdas.

 

"Na."

 

"Ya Ma," jawab Nana menatapku sekilas, lalu fokus lagi menyetir.

 

"Tes DNA itu gimana caranya ya?" 

 

Mendadak Nana merem mobil. Untung jalan sepi hingga tidak mengganggu kendaraan lain yang lewat.

 

"Ada apa, Na?" tanyaku sambil melihat Nana, dia terlihat terkejut.

 

"Oh, maaf Ma. Ayo kita pulang."

 

Nana menyetir lagi. Aku diam tidak membahasnya, sebaiknya di rumah saja agar Nana kosentrasi menyetir. Tapi kenapa putriku terkejut dengan pertanyaanku.

 

Di rumah.

 

"Pagar sudah tutup, Na?" tanyaku sambil membuat secangkir kopi.

 

"Sudah, Ma," jawab Nana sambil meletakkan kunci mobil di meja samping televisi. 

 

Aku membawa secangkir kopi duduk di sofa. Mas Denis belum pulang, pasti dia masih sibuk membantu Jhoni. Lagi-lagi pikiranku teringat wajah Ayu. Astagfirullahalazimm, kenapa hatiku seresah ini ya Allah, jika benar mereka berselingkuh di belakangku ....

 

"Ma, Mama." 

 

Aku terkejut Nana menepuk pelan lenganku. 

 

"Ada apa Na?" tanyaku, lalu meneguk kopi.  

 

"Mama untuk apa nanya masalah tes DNA?" Nana menatapku dalam. Sesaat kami terdiam saling bertatapan. Aku ragu untuk bicara jujur atau tidak. Bagaimana pun juga mas Denis papa anakku.

 

"Ma, kenapa diam?" 

 

"Tidak jadi, tidak usah dibahas." Aku bangkit ingin beranjak ke kamar.

 

"Apakah ini masalah Ayu anak Tante Nayla, Ma?"

 

Sur! Rasanya jantungku mau keluar. Nana bisa membaca pikiranku. Langkahku terhenti dan membalikkan badan.

 

"Kamu, kamu dari mana tau maksud pikiran Mama?"

 

Nana bangkit dan mendekat.

 

"Ayu sangat mirip Papa 'kan, Ma?"

 

Lututku lemas. Dadaku sesak, biasanya aku bicara sendiri menerka-nerka, tapi setelah Nana berpikiran sama denganku, entah kenapa perasaanku mulai gelisah. Mendadak mataku berembun. Susah menahannya.

 

"Duduk sini Ma," ajak Nana menarik tanganku duduk lagi di sofa.

 

"Aku sudah besar dan sangat mengerti, Ma. Aku bisa rasakan apa yang Mama rasakan. Aku akan membantu Mama mengungkap semua ini."

 

"Seandainya itu benar, a-apa yang akan kita lakukan, Na?" Suaraku parau berucap. Akhirnya butiran bening ikut menetes di pipiku.

 

"Kita jauhi mereka, mereka bukan keluarga kita lagi," jawab Nana tegas.

 

Aku terdiam. Berusaha mengumpulkan kekuatan agar jangan menangis lagi. Tapi percuma.

 

"Selama ini Mama kerja cari uang dan sering membantu mereka, jika seperti ini balasan mereka, kita balas mereka!" sambung Nana lantang. Aku tahu anakku sangat marah jika ini terbukti. Sama sepertiku.

 

 "Tapi, Nak. Papamu ...." Tak sanggup kuungkapkan. Nana anak kandungku dan mas Denis. Apakah pantas menjelekkan mas Denis.

 

"Ma, bukan hanya Papa, siapapun lelaki yang melakukan ini tetap salah."

 

"Mungkinkah Nayla setega ini pada Mama, Na? Bahkan Mama sudah menganggapnya seperti adik kandung." Aku menyeka air mata berusaha kuat dalam hati yang rapuh.

 

"Bisa jadi, dan mungkin ini karena uang."

 

"Tapi kenapa Jhoni seperti ...."

 

"Sudahlah, Ma. Sekarang biarkan aku menyelidikinya. Tadi aku juga dengar Papa, Tante Ratih dan Om Jhoni bicara di teras belakang rumah nenek. Mereka berbicara seperti menyimpan rahasia dari Mama. Papa meminta Mama jangan sampai tau sesuatu, tapi entah apa."

 

"Maksudmu? Mereka punya punya rahasia di belakang Mama?" Aku terkekut mendengar penjelasan Nana.

 

"Iya Ma, tadi waktu aku ke kamar mandi ...."

 

Air mataku tumpah lagi mendengar cerita Nana. Rahasia? Apa yang mas Denis rahasiakan dariku? Dan tanggung jawab apa yang dipikul suamiku tentang kehamilan Nayla? Ya Allah, apakah sesakit ini rasanya ditusuk dari belakang. Dari cerita Nana, mereka sekongkol mengelabuiku. Awas kalian, selama ini aku yang bekerja mencari uang, lah mas Denis cuma numpang mengelola usaha yang dimodali ibuku. Bisa dikatakan semua yang kupunya bukan dari keringat mas Denis. Jika ini balasan mas Denis, aku harus bertindak, tidak akan kubiarkan jika pengkhianatan ini benar adanya.

 

"Jangan menangis, Ma. Mereka tidak layak untuk ditangisi."

 

"Haruskah kita melakukan tes DNA?"

 

"Sebentar, aku lihat dulu." 

 

Nana sibuk menyentuh layar ponselnya. Dari ketikan yang terlihat, dia mencari tahu tentang prosedur tes DNA. Kenapa aku tidak kepikiran mencarinya di geogle. Aku terhanyut dengan keresahan hati jika benar mas Denis yang tampak baik, ternyata berselingkuh dan punya anak dari wanita lain. Betapa hancurnya hatiku, ini baru sebatas praduga.

 

"Setelah kulihat di geogle, tes DNA sekitar satu sampai dua Minggu, terus biayanya 8 sampai belasan juta gitu, Ma. Caranya lebih gampang menggunakan rambut," jelas Nana sambil melihat layar ponsel.

 

"Di mana, Na?"

 

"Di rumah sakit, Ma," jawab Nana.

 

"Sebaiknya kita tanya dulu ke rumah sakit, setelah itu baru kita ambil diam-diam rambut Ayu dan Papamu."

 

Kami terdiam sejenak. Ada suara mobil masuk karena terdengar suara pagar dibuka.

 

"Itu Papa, Ma. Kita tidak usah bahas masalah itu dulu," ucap Nana lalu sibuk dengan ponsel.

 

Kunyalakan televisi seperti sedang menonton.

 

"Assalamu'alaikum," ucap mas Denis dari pintu.

 

"W*'alaikumsalam, mau minum kopi, Mas?"

 

"Tidak usah, aku sudah minum bersama Jhoni," ucap suamiku sambil meletakkan kunci mobil di meja.

 

"Na, tadi kata Ratih, kamu diminta ke rumah nenek, dia mulai usaha jualan kue besok." Suamiku duduk di samping Nana.

 

"Oke Pa," jawab Nana.

 

"Oh ya, El. Kamu ada uang lima ratus ribu? Aku pakai dulu, ya."

 

"Untuk apa Mas?" tanyaku.

 

"Bantu berobat Nayla. Uang Jhoni habis buka toko mainan, kasihan mereka, Nayla butuh vitamin untuk kandungannya," jawab mas Denis.

 

Aku dan Nana langsung beradu pandang sesaat. Mata kami saling berbicara setelah mendengar jawaban suamiku.

 

Bersambung ....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ANAKNYA MIRIP SUAMIKU   Part 44 Tamat

    Anaknya mirip suamikuPart 44 (Tamat)"Mbak El, ini laporan penjualan kain hari ini, Alhamdulillah tiga kali lipat dari bulan kemaren." Ratih menyodorkan buku penjualan dan buku orderan di mejaku."Coba kucek dulu, Rat." Kubuka kedua buku itu lalu membacanya.Lalu, Ratih duduk di kursi depan mejaku."Alhamdulillah, belum sebulan kamu di toko kain, pendapatan kita meningkat, Rat." Senang sekali aku melihat nominal angka yang tertera."Alhamdulillah, Mbak. Semua berkat rejeki dari Allah, aku hanya bekerja, Mbak." Ratih tersenyum.Ratih jujur dalam bekerja. Bahkan dalam kesibukkan ibadah salatnya tidak lupa, ia juga mengingatkanku di saat kesibukan jangan tinggalkan salat. "Assalamu'alaikum, Bunda."Kami tersentak mendengar seseorang mengucapkan salam. Kami lihat ke pintu, Vina melangkah mendekat. Aku dan Ratih menyambutnya dengan senyum sambil menjawab salamnya."Gimana kabar Bunda Elya dan Bunda Ratih?""Alhamdulillah baik, Nak," jawabku."Alhamdulillah, kami semua sehat," jawab Ratih

  • ANAKNYA MIRIP SUAMIKU   Part 43 Akibat Nafsu

    Anaknya mirip suamikuPart 43 (akibat dari mengemukakan nafsu)Pov DenisAstaga, gadis ini putriku? Cantik dan sukses. Sejenak aku malu, ia sudah lama mencariku, bahkan bertemu pun di kondisiku seperti ini. Nuri, kenangan bersamamu tak akan terlupakan, saat itu kita dimabuk cinta dan gelora jiwa muda tak terkendali. Kutinggalkan kamu tanpa kutahu kehamilanmu. Hebat, tanpaku kamu bisa membuat anak kita sukses. Senyumnyu sejenak melintas diingatanku."Ayah kenapa menangis?" Vina duduk kursi samping tempat tidur aku berbaring."Entah lah, tiba-tiba aku rindu Nuri. Aku merasa bersalah," jawabku menyeka air mata."Ibuku selalu cerita betapa Ayah lelaki yang romantis, meskipun aku sudah punya Ayah pengganti yang juga menjagaku dan Ibu. Aku tetap ingin bertemu Ayah, kucari ke kampung dan bahkan ke rumah Bunda Elya.""E-Elya?" Mendadak mulutku tergagap menyebut nama Elya. Bayangan putriku-Nana juga melintas. Aku punya banyak anak gadis. Astaga, kenapa aku jadi cengeng?Diam. Aku malu, untuk m

  • ANAKNYA MIRIP SUAMIKU   Part 42 Pov Susi(18+)

    Anaknya mirip suamikuPart 42 (Part khusus 18 tahun keatas!)____________________________________________Pov Susi"Su-susi, ka-kamu mau ngapain?" Suara mas Denis tergagap. Ia menatapku memegang pisau. Aku perlahan mendekatinya."Mas ..., aku melakukan semua ini demi kamu dan Mbak Reni. Aku tau kamu suka tubuhku, hubungan diam-diam itu kita jalani bertahun-tahun. Aku pasrah asalkan kamu bertanggung jawab dengan biaya ibuku di kampung. Tapi ...." Kutatap pisau di tanganku, lalu aku tersenyum sinis sambil melihat burung mas Denis. "Ta-tapi apa, Sus?" Burungnya mendadak loyo. Mau terbang nggak punya sayap, sukanya mencari sarang. Bahkan ikut bertengger dengan mbak Reni. Menjijikan!"Kenapa takut, Mas?"Kulihat mas Denis perlahan ingin mengambil celananya yang berserakan di lantai."Ja-jangan Sus, ini asetku," jawab mas Denis tetap tergagap. Aku suka melihatnya takut. "Jangan bergerak!" teriakku. Rasanya ingin segera kupotong. Seenak hati main cinta menjijikkan bersama kakakku. Dikiran

  • ANAKNYA MIRIP SUAMIKU   Part 41 Jaga Sikap, Nay!

    Anaknya mirip suamikuPart 41 (Jaga sikap, Nay!)Pov Nayla"Kamu apaan sih, Mas? Aku tu bicara ama Ratih, kok kamu menariku? Ia adikku! Jadi kalau ia coba-coba menceramahiku biar kugampar," cerocosku kesal. Aku ini lebih tua dari Ratih, tapi seenak perut menceramahiku dan tak tahu sopan santun. Kesal!"Bukan gitu, Nay. Aku tidak suka melihatmu ikut mencaci Mbak Elya." Lagi-lagi bela perempuan tua itu. Deperti dia saja yang beri makan."Kok belain dia? Istrimu aku atau dia!" Suaraku lantang. Tak peduli orang-orang memperhatikan kami, toh jalan ini bukan milik mereka."Lah kamu lah istriku, Nay. Masak itu aja masih nanya."Kuhentikan langkah. "Makanya! Dengar aku dong, lagian apa untungnya sih, belain wanita tua itu?""Nay, lihat nih." Mas Jhoni mengeluarkan uang dari sakunya."Uang?" Mataku langsung segar melihat warna merah uang kertas pecahan seratus ribu. Rasanya bahagia ingin loncat tinggi. Tapi kutahan demi harga diri.Uang itu langsung kuambil. "Kita bisa makan enak hari ini, Mas

  • ANAKNYA MIRIP SUAMIKU   Part 40 Kesenangan yang Menghancurkan

    Anaknya mirip suamikuPart 40 (kesenangan yang menghancurkan)Khusus 18 !!Part ini terinspirasi dari kisah nyata dalam sebuah kasus yang ditangani seorang teman. Sebelumnya juga ada part "Dilaporkan KDRT?" itu juga bentuk kasus lainnya. Selamat membaca😊----Pov DenisMau apa aku sendirian di sini. Bosan, yang ada cuma wanita penyakitan yang bucin. Tak bisa melepaskan hasrat. Kalau bukan karena butuh uang dan tempat tinggal, ogah tinggal bersama Reni."Mas! Mas! tolong aku."Terdengar Reni memanggil dari kamar. Huuuh! Mau apa lagi dia. Tidak tau aku lagi merokok dan minum kopi. Baru juga santai pulang mengantarinya berobat. Merepotkan saja!Aku bangkit dan melangkah ke kamar. Di ambang pintu kamar kulihat Reni terbaring di tempat tidur, wajahnya pucat dan bertambah kurus. "Apa Ren?" tanyaku sambil menghisap rokok."Tolong ambilin aku minum, Mas." Reni menujuk ke meja kecil yang terletak di sudut kamar. Ada teko air dan gelas.Terpaksa deh, kalau bukan karena satu atap, malas sekal

  • ANAKNYA MIRIP SUAMIKU   Part 39 Tak Sengaja Bertemu

    Anaknya mirip suamikuPart 39 (Tak sengaja bertemu) "Maafkan aku, Bunda, aku bukan mencari keributan atau menuntut sesuatu. Aku hanya ingin bertemu Ayah kandungku, sebelum ibu meninggal hanya foto ini bukti wajah Ayahku."Aku tahu maksud Vina. Dari lahir tak pernah bertemu mas Denis, bahkan keberadaanya tidak diketahui. Entah masa muda apa yang dilakukan mas Denis dan ibu Vina hingga hamil saja tidak diketahui mas Denis."Tak masalah bagiku, lagian kami sedang proses cerai. Oh ya, Vina tinggal di mana?"Rasa penasaran membuatku bertanya. Vina terlihat gadis berpendidikan, cara pakaian dan berucap pun sangat sopan."Kebetulan ini hari ke tigaku di kota ini. Aku pindah tugas di salah satu rumah sakit. Aku ngontrak di jalan Juanda nomor 5, Bunda.""Sepertinya Nak Vina seorang dokter?" Aku menerkanya, takut juga salah makanya bertanya."Betul Bunda, aku dokter bedah." Vina tersenyum menanggapinya."Hebat, ibumu sangat hebat membesarkanmu bisa jadi dokter."Percakapan ini terasa hangat. V

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status