"Ini Kak, pesanannya. Semuanya jadi 100 ribu."
"Terimakasih, Mbak." Aku memberikan 2 lembar uang 50 ribuan untuk membayar pesananku.
"Terimakasih kembali, Kak." Ujar pelayan cafe itu sambil tersenyum.
Aku keluar dari cafe dengan membawa bungkusan berisi es krim kesukaan Ares. Aku memutuskan kembali ke apartemen, namun aku tak sengaja melihat Ares tertidur di bangku luar cafe tempatku membeli es krim tadi. Ternyata Ares masih menungguku, aku bahkan tidak percaya bahwa dia menungguku. Aku pun membangunkannya untuk mengajaknya pulang ke apartemen.
"Ares, bangun. Pulang yuk." Lirihku membangunkan Ares.
Ares mulai terusik dari tidurnya, dia membuka mata perlahan dan menatapku.
"May?" Panggilnya dengan suara khas orang bangun tidur.
"Aku di sini, pulang yuk." Ajakku dan dia mengangguk.
Aku menggandeng tangannya, karena dia belum sepenuhnya sadar. Ares memang begini adanya, malaikat memang tidak merasakan apapun mungkin itu yang membuat Ares seperti ini. Aku seperti menggandeng bayi besar, Ares selalu saja seperti anak kecil, dan itu membuatku bahagia. Ares datang di saat yang tepat, dia yang menemaniku setelah kepergian Kak Tan.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk kami sampai di apartemen dan aku menyuruh Ares beristirahat selagi aku menyiapkan makan malam.
"Ares, kamu lanjutin tidurmu. Aku akan menyiapkan makan malam untuk kita."
"Nanti kalau sudah selesai panggil aku ya."
"Iya, nanti aku panggil."
Ares berjalan ke arah sofa depan TV dan aku pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Makan malam kali ini, aku memasak menu spesial. Aku memasak makanan kesukaan Ares dan Kak Tan. Aku sedang merindukan Kak Tan, jadi aku memasak makanan kesukaannya. Aku juga memasak untuk ucapan terimakasih dariku untuk Ares.
Setelah semuanya siap, aku beranjak untuk membangunkan Ares. Ares masih tidur nyenyak di sofa yang sama, dia tidak terusik dengan kebisingan yang aku buat di dapur tadi. Aku mengamati wajah tidurnya. Tampan, Ares sangat tampan. Ares juga lucu. Tampan dan lucu diwaktu yang bersamaan. Aku beruntung bertemu malaikat baik sepertinya. Sebelum aku berpikiran jauh, aku membangunkan Ares untuk makan malam.
"Ares." Aku menepuk pelan pipinya.
"Makan malam sudah siap." Sambungku.
"5 menit, aku masih mengantuk." Tawarnya.
"Tidak ada, cepat bangun." Aku mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Iya-iya ini bangun."
Ares mulai duduk untuk mengumpulkan nyawanya dan aku berjalan lebih dulu menuju ruang makan. Tak lama, Ares mengikutiku ke ruang makan.
"Makan malam apa hari ini?" Tanya Ares.
"Lihatlah sendiri." Pintaku.
Ares mengucek matanya untuk memastikan apa yang dilihatnya benar. Ares tidak menduga bahwa aku akan membelikan es krim dan memasak makanan kesukaannya.
"MAY!" Teriak Ares dan sukses membuatku terkejut.
"Iya? Tidak usah berteriak, aku sudah dengar."
"Kamu membeli es krim sebanyak ini?" Tanya Ares tidak percaya.
"Iya, itu untukmu. Kalau kamu tidak mau, ya sudah untukku saja." Aku mengambil kembali es krim itu dan akan kuletakkan kembali ke dalam kulkas.
"Tidak, jangan. Aku akan memakannya."
Aku tersenyum melihat tingkah Ares yang mudah sekali berubah-ubah. Kami segera melanjutkan makan malam, diselingi dengan ocehan tidak penting dari Ares, dan pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulutnya.
"Kamu beli ini semua pakai apa?" Tanya Ares.
"Pakai uang lah masa daun." Candaku dan Ares memasang ekspresi datar.
"Iya tahu, uang darimana?"
"Kebetulan aku dapat bonus dari tempat aku kerja. Makanya aku beli semua ini untukmu."
"Kenapa tidak kamu tabung, May? Aku bisa cari kerja besok untuk beli semua yang aku inginkan."
"Sudahlah, aku membelikan ini sebagai tanda terimakasihku untukmu."
"Baiklah, terimakasih May."
"Gitu dong, dari tadi. Ini habiskan makanan kesukaanmu." Pintaku dan dia hanya diam memandangi salah satu makanan di meja itu, makanan kesukaan kakakku.
"May?"
Ares menatapku dengan tatapan sendu, aku tahu apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Aku balas menatapnya dengan tersenyum.
"Aku sengaja memasak makanan kesukaannya, Aku sedang merindukannya." Ucapku dan Ares mengangguk paham.
Kami pun melanjutkan makan malam kami, setelah itu kami menonton TV sambil mengobrol seperti biasa.
"May?"
"Hm?"
"May, misalnya aku bisa kembali ke surga beberapa hari lagi bagaimana?"
Aku terkejut mendengar pertanyaan Ares, bukannya aku tidak mau dia kembali ke tempat asalnya. Tapi, aku belum siap untuk kehilangannya.
"Kembalilah, itu kan tempat asalmu." Aku menyembunyikan kesedihanku.
"Kau bagaimana?"
"Aku?"
"Iya, jika Aku pergi kamu akan sendirian di sini. Kamu mau ikut denganku?" Pertanyaan konyol keluar dari mulut Ares.
"Kamu gila? Ya tidaklah, aku ikut kamu berarti aku harus mati terlebih dahulu. Aku manusia, Ares."
"Iya juga ya, aku tidak menyadarinya." Ares terkekeh.
"Ares?"
"Iya, May?"
"Kamu jangan lupa denganku ya."
"Malaikat tidak akan pernah lupa, May. Mungkin saja kamu yang akan melupakanku."
"Itu tidak juga. Aku tidak akan melupakanmu."
Kami tersenyum bersama mendengar setiap janjiku dan Ares untuk tidak saling melupakan.
Karena malam semakin larut, Aku dan Ares memutuskan untuk tidur.
Aku memasuki kamarku, namun aku terkejut setelah melihat sosok yang ada di depanku. Aku diam tidak bergeming.
"Apa kau merindukanku?"
.
.
.
To Be Continue...
"Peter, sepertinya aku memiliki perasaan itu. Aku akan kembali."Michael keluar dari kamar Peter. Tanpa sepengetahuan Michael, Peter merasakan seseorang keluar dari kamarnya.Michael memutuskan untuk pergi dari rumah Peter, dia tidak tega melihat Peter kesakitan saat detik-detik terakhir hidupnya. Saat ini, Michael memilih untuk duduk di taman yang tidak jauh dari rumah Peter."Tuhan, maafkan aku," gumamnya."Aku tidak memenuhi perintah-Mu, aku tidak mengerti ada apa dengan diriku saat ini. Tapi, aku akan berusaha untuk memenuhi perintah-Mu." Michael terus memohon ampun kepada Tuhannya.Tidak terasa hari mulai sore dan Michael masih nyaman duduk di taman itu. Michael melihat sekeliling, dia melihat orang-orang bersenang-senang di sana. Ada yang sedang bermain bersama anak-anaknya, sepasang kekasih yang sedang bermesraan, dan anak-anak kecil yang hanya duduk sembari makan es krim. Sampai mata Michael menemukan sosok yang dilihatnya beberapa jam yang lalu. Peter, dia duduk di kursi roda
Ares menatap sendu ke sebuah layar di depannya. Sepertinya dia sudah terlambat untuk mencegah perbuatan Mike."Ares?" panggil Michael."Sudah saatnya kita pergi," lanjutnya."Baiklah," balas Ares.Ares berjalan mengikuti Michael. Hari ini mereka akan membuat pengampunan. Ares merasa dia sudah tidak pantas menjadi seorang malaikat dengan semua yang telah dia lakukan di bumi. Semua perasaan yang menyelimuti hatinya akhir-akhir ini."Apakah aku masih patut untuk diampuni?" monolog Ares."Tentu saja, Ares. Kau malaikat yang bisa melakukan apapun, tidak seperti aku yang hanya mengurusi kematian seseorang," ujar Michael."Tapi, kau dapat membuat mereka seperti kembali hidup. Sedangkan aku, aku hanya mengetahui sifat-sifat manusia dan apa yang dikerjakan mereka.""Janganlah berpikir seperti itu, Ares. Derajatmu lebih tinggi dariku, ayahmu keturunan dewa. Kau harus ingat itu, kau pasti akan diampuni. Lagian kau juga tidak melanggar aturan yang lebih berat. Kau hanya menggunakan perasaanmu di
May's POVMalam ini, aku berencana untuk pergi dengan Mike. Benar dengan Mike, kalian tentu tidak salah dengar. Mungkin kalian heran mengapa aku masih dekat dengan Mike, aku sudah mengetahui semuanya. Mengetahui apa yang dimaksud Ares sebelum pergi. Jujur saja aku sulit untuk percaya dengan itu, tapi entah kenapa aku tidak bisa jauh dengan Mike lagi. Apa mungkin aku masih mencintai Mike? Jujur aku juga tidak tahu.Sambil menunggu Mike menjemputku, aku menemui Kak Tan terlebih dahulu. Kakakku mungkin masih marah, aku tahu itu."Kak Tan?" panggilku."Hm?" jawabnya dengan memasang ekspresi datar."Aku akan pergi dengan Mike," pamitku.Setelah mengatakannya, aku tidak mendapat jawaban apapun dari Kak Tan. Kak Tan semarah itu padaku. Aku berjalan menuju pintu keluar apartemen dengan perlahan, aku memutuskan untuk menunggu Mike di lobby apartemen saja."May, jika kau masih seperti ini. Kau tidak akan melihat kakak dan Ares lagi," ujarnya tiba-tiba.Aku memilih untuk tidak mendengarkannya, a
Ares dan Michael sedang duduk di tepi danau, mereka sedikit terkejut dengan apa yang dilihatnya tadi."Aku masih sulit untuk percaya," kata Michael."Aku pun begitu, sepertinya kita harus menyelesaikan ini sebelum kembali," ujar Ares."Aku setuju, tapi lebih baik kau memberi tahu Tan tentang ini semua," saran Michael."Tentu saja." Ares menyetujuinya.Kali ini, Ares melihat ke arah May yang masih mengobrol dengan Mike. Ada perasaan aneh yang memenuhi hatinya. Ares menyadari itu, Ares sadar bahwa dia punya perasaan itu untuk May. Tapi, Ares juga khawatir dengan May yang selalu berada didekat Mike. Ares tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada May, seperti yang dialami Sin dulu."Kau tidak perlu khawatir, Ares." Michael mengusap lembut bahu Ares."Semua pasti akan baik-baik saja," tambahnya."Aku tahu," lirih Ares."Lebih baik kita menemui Tan sekarang, sebelum semuanya menjadi lebih rumit," ajak Michael dan Ares mengangguk.Ares dan Michael kembali ke apartemen May untuk bertemu Tan
"May, apa yang kau pikirkan? Kau tega membuka jati diri Ares yang sebenarnya," ujar Tan, dia tidak mengerti apa yang ada dipikiran May."Aku tidak tahu, bahkan aku tidak merasa mengatakan siapa jati diri Ares yang sesungguhnya," kata May.May benar, dia seperti kehilangan ingatannya. Dia tidak ingat apapun yang dia katakan pada Mike."Kau tidak ingat? Bahkan kau mengatakan bahwa kau hanya kasihan dengan Ares dan menampung dia di sini," jelas Tan."Aku mengatakan itu?" tanya May bingung."Ada apa denganmu, May? Kau tidak ingat semuanya atau kau hanya pura-pura tidak ingat apa yang kau katakan tadi?" Tan tidak mengerti apa yang salah dengan adiknya itu."Aku juga tidak mengerti apa yang terjadi denganku, Kak. Aku tidak ingat apa-apa, aku hanya ingat kalau aku membukakan pintu untuk Mike, setelah itu aku tidak ingat apa-apa," jelas May, dia tampak bingung.
"Apa kau merindukanku?"Kalimat itu terus berputar di kepala May. Saat ini, dia sudah bersama Ares dan Tan lagi."May, apa ada sesuatu? Kau sedari tadi diam saja, jangan membuat kakak khawatir," tanya Tan khawatir."Aku tadi tidak sengaja bertemu dengan seseorang," jawab May lirih."Siapa? Apa dia orang jahat?" tanya Ares ikut khawatir."Tidak, aku bertemu Mike," jawab May."Mike? Mantan kamu?" tanya Tan memastikan."Iya, Kak. Aku tidak sengaja bertemu dengannya di jalan," jawab May."Mantan? May pernah mencintainya?" Ares bingung."Iya, May sangat mencintainya," jawab Tan."Lalu, kenapa mereka berpisah?" tanya Ares."Mike dijodohkan, dia juga tidak memperjuangkan hubungannya dengan May," jawab Tan sedikit kesal."Oh begitu, apa kau ma
"Memangnya kau mencintai siapa, Ares?" tanya May."Sudahlah, May. Biarkan Ares menenangkan hati dan pikirannya dahulu. Jika, dia sudah siap, dia pasti akan menceritakan semuanya ke kita," sahut Tan."Iya, aku pasti akan menceritakannya dan akan mengungkapkannya," kata Ares mengiyakan."Benar juga, ya sudahlah. Sekarang, kita lanjutkan membaca diary Sin." May mengikuti kata Tan dan Ares."Sampai dimana kita tadi? Ares membuat kita melupakan semuanya," canda Tan."Ya aku minta maaf, aku sangat penasaran tadi. Kalau tidak salah, kita sudah membaca sampai memiliki perasaan yang sama, dan aku pikir mereka saling mencintai," ujar Ares."Oke, aku akan melanjutkannya," sahut May."Hari-hariku menyenangkan."- 28 Maret 2021"Sin bahagia bersama Sam," celetuk May."Mereka tidak sepenuhnya bahagia, ada
Ares's POVSepertinya cinta memang datang padaku, tapi apa malaikat boleh merasakan jatuh cinta? Sepertinya tidak, malaikat tidak memiliki perasaan itu.Aku masih duduk di sini bersama May dan juga Tan, kami masih membaca buku diary Sin. Banyak hal-hal aneh terjadi setelah Sin mengenal Sam. Apa mungkin cinta membutakan segalanya?Aku tahu Sam, Sam bukan orang yang seperti Sin pikirkan. Aku memang tidak memberitahu May dan Tan tentang siapa Sam. Tapi, walaupun Sam memang orang yang mungkin kurang baik. Sam begitu karena dia takut, dia memiliki masa lalu yang buruk. Sam hanya ingin dicintai, tapi tidak untuk mencintai."Bagaimana rasanya mencintai dan dicintai seseorang?" tanyaku pada May dan Tan.Aku menatap lurus ke depan, aku tidak mengerti tentang semua itu. Aku hidup tanpa perasaan, aku tidak tahu cinta seperti apa. Bahkan, aku tidak mengerti apa-apa."Bahagia, sakit, dan tentu saja sedih," jawab Tan."Kenapa begitu?" tanyaku.
Setelah mengambil buku diary dan kotak-kotak yang entah isinya apa, Tan pun keluar dari kamar Sin dan menghampiri May juga Ares di ruang tengah."Bagaimana apa kau mendapat sesuatu?" tanya Ares."Buku diary dan beberapa kotak, mungkin bisa membantu," jawab Tan."Baiklah, mari kita lihat," ajak Ares."Bagaimana kalau kita mulai dari buku diary Sin? Biar aku yang membacanya," usul May dan mereka mengangguk tanda setuju.May mulai membuka buku diary berwarna biru langit itu. Di dalamnya ada gambar-gambar unik dan lucu, juga stiker bergambar kucing. Sin sangat menyukai kucing. May mulai membaca setiap halamannya."Aku sangat bahagia memiliki saudara yang menyayangiku, aku beruntung memiliki Kak Tan dan May."- 20 Februari 2021Tan dan May berusaha untuk menahan air matanya, mereka selalu ingat betapa bahagianya Sin saat bersama mereka be