Share

MAY (2)

"Ini Kak, pesanannya. Semuanya jadi 100 ribu."

"Terimakasih, Mbak." Aku memberikan 2 lembar uang 50 ribuan untuk membayar pesananku.

"Terimakasih kembali, Kak." Ujar pelayan cafe itu sambil tersenyum.

Aku keluar dari cafe dengan membawa bungkusan berisi es krim kesukaan Ares. Aku memutuskan kembali ke apartemen, namun aku tak sengaja melihat Ares tertidur di bangku luar cafe tempatku membeli es krim tadi. Ternyata Ares masih menungguku, aku bahkan tidak percaya bahwa dia menungguku. Aku pun membangunkannya untuk mengajaknya pulang ke apartemen.

"Ares, bangun. Pulang yuk." Lirihku membangunkan Ares.

Ares mulai terusik dari tidurnya, dia membuka mata perlahan dan menatapku.

"May?" Panggilnya dengan suara khas orang bangun tidur.

"Aku di sini, pulang yuk." Ajakku dan dia mengangguk.

Aku menggandeng tangannya, karena dia belum sepenuhnya sadar. Ares memang begini adanya, malaikat memang tidak merasakan apapun mungkin itu yang membuat Ares seperti ini. Aku seperti menggandeng bayi besar, Ares selalu saja seperti anak kecil, dan itu membuatku bahagia. Ares datang di saat yang tepat, dia yang menemaniku setelah kepergian Kak Tan.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk kami sampai di apartemen dan aku menyuruh Ares beristirahat selagi aku menyiapkan makan malam.

"Ares, kamu lanjutin tidurmu. Aku akan menyiapkan makan malam untuk kita."

"Nanti kalau sudah selesai panggil aku ya."

"Iya, nanti aku panggil."

Ares berjalan ke arah sofa depan TV dan aku pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Makan malam kali ini, aku memasak menu spesial. Aku memasak makanan kesukaan Ares dan Kak Tan. Aku sedang merindukan Kak Tan, jadi aku memasak makanan kesukaannya. Aku juga memasak untuk ucapan terimakasih dariku untuk Ares.

Setelah semuanya siap, aku beranjak untuk membangunkan Ares. Ares masih tidur nyenyak di sofa yang sama, dia tidak terusik dengan kebisingan yang aku buat di dapur tadi. Aku mengamati wajah tidurnya. Tampan, Ares sangat tampan. Ares juga lucu. Tampan dan lucu diwaktu yang bersamaan. Aku beruntung bertemu malaikat baik sepertinya. Sebelum aku berpikiran jauh, aku membangunkan Ares untuk makan malam.

"Ares." Aku menepuk pelan pipinya.

"Makan malam sudah siap." Sambungku.

"5 menit, aku masih mengantuk." Tawarnya.

"Tidak ada, cepat bangun." Aku mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Iya-iya ini bangun."

Ares mulai duduk untuk mengumpulkan nyawanya dan aku berjalan lebih dulu menuju ruang makan. Tak lama, Ares mengikutiku ke ruang makan.

"Makan malam apa hari ini?" Tanya Ares.

"Lihatlah sendiri." Pintaku.

Ares mengucek matanya untuk memastikan apa yang dilihatnya benar. Ares tidak menduga bahwa aku akan membelikan es krim dan memasak makanan kesukaannya.

"MAY!" Teriak Ares dan sukses membuatku terkejut.

"Iya? Tidak usah berteriak, aku sudah dengar."

"Kamu membeli es krim sebanyak ini?" Tanya Ares tidak percaya.

"Iya, itu untukmu. Kalau kamu tidak mau, ya sudah untukku saja." Aku mengambil kembali es krim itu dan akan kuletakkan kembali ke dalam kulkas.

"Tidak, jangan. Aku akan memakannya."

Aku tersenyum melihat tingkah Ares yang mudah sekali berubah-ubah. Kami segera melanjutkan makan malam, diselingi dengan ocehan tidak penting dari Ares, dan pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulutnya.

"Kamu beli ini semua pakai apa?" Tanya Ares.

"Pakai uang lah masa daun." Candaku dan Ares memasang ekspresi datar.

"Iya tahu, uang darimana?"

"Kebetulan aku dapat bonus dari tempat aku kerja. Makanya aku beli semua ini untukmu."

"Kenapa tidak kamu tabung, May? Aku bisa cari kerja besok untuk beli semua yang aku inginkan."

"Sudahlah, aku membelikan ini sebagai tanda terimakasihku untukmu."

"Baiklah, terimakasih May."

"Gitu dong, dari tadi. Ini habiskan makanan kesukaanmu." Pintaku dan dia hanya diam memandangi salah satu makanan di meja itu, makanan kesukaan kakakku.

"May?"

Ares menatapku dengan tatapan sendu, aku tahu apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Aku balas menatapnya dengan tersenyum.

"Aku sengaja memasak makanan kesukaannya, Aku sedang merindukannya." Ucapku dan Ares mengangguk paham.

Kami pun melanjutkan makan malam kami, setelah itu kami menonton TV sambil mengobrol seperti biasa.

"May?"

"Hm?"

"May, misalnya aku bisa kembali ke surga beberapa hari lagi bagaimana?"

Aku terkejut mendengar pertanyaan Ares, bukannya aku tidak mau dia kembali ke tempat asalnya. Tapi, aku belum siap untuk kehilangannya.

"Kembalilah, itu kan tempat asalmu." Aku menyembunyikan kesedihanku.

"Kau bagaimana?"

"Aku?"

"Iya, jika Aku pergi kamu akan sendirian di sini. Kamu mau ikut denganku?" Pertanyaan konyol keluar dari mulut Ares.

"Kamu gila? Ya tidaklah, aku ikut kamu berarti aku harus mati terlebih dahulu. Aku manusia, Ares."

"Iya juga ya, aku tidak menyadarinya." Ares terkekeh.

"Ares?"

"Iya, May?"

"Kamu jangan lupa denganku ya."

"Malaikat tidak akan pernah lupa, May. Mungkin saja kamu yang akan melupakanku."

"Itu tidak juga. Aku tidak akan melupakanmu."

Kami tersenyum bersama mendengar setiap janjiku dan Ares untuk tidak saling melupakan.

Karena malam semakin larut, Aku dan Ares memutuskan untuk tidur.

Aku memasuki kamarku, namun aku terkejut setelah melihat sosok yang ada di depanku. Aku diam tidak bergeming.

"Apa kau merindukanku?"

.

.

.

To Be Continue...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status