Hidup di dunia yang menyedihkan ini memang sulit, bahkan sangat sulit. Aku bahkan merasakannya sendiri, aku hidup sendiri tanpa ada yang menemani. Aku baru saja kehilangan orang yang selalu menyayangiku, Kakakku. Kakakku meninggal karena kecelakaan beberapa waktu lalu. Tan, itu nama kakakku. Mungkin semua orang mengira dia bukan kakakku, karena umur kami hanya terpaut 1 tahun. Banyak yang berpikir dia kekasihku, bahkan satu-satunya temanku berpikir seperti itu.
"May!" Panggil seseorang sedikit berteriak.
"Apa?" Jawabku.
"Aku ingin jalan-jalan." Ucapnya.
"Pergilah, aku akan tetap di sini." Ujarku.
"May, ayolah. Aku ingin bersamamu." Ajaknya sedikit memohon.
"Baiklah." Pada akhirnya aku tidak bisa menolaknya.
Kami akhirnya pergi jalan-jalan seperti yang diinginkan temanku. Temanku, mungkin banyak orang berpikir dia gila, karena dia tidak tahu apa-apa. Tapi, ternyata dia adalah sosok yang bahkan tak terpikirkan olehku. Namanya Ares, dia selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Ares, dia mengaku sebagai seorang malaikat yang datang dari surga. Awalnya aku berpikir dia gila, tapi semakin hari semakin aku mempercayainya. Bagaimana tidak? Setiap aku dalam keadaan genting dia selalu datang secara tiba-tiba, dia juga selalu menggunakan kekuatannya ketika aku membutuhkan. Banyak orang yang tidak tahu akan hal itu, kecuali aku.
"May, apakah kau merindukan kekasihmu?" Tanya Ares tiba-tiba.
"Dia bukan kekasihku, Ares. Dia Kakakku." Ucapku tegas.
"Baiklah, dia kakakmu. Apa kau merindukannya?" Tanya Ares lagi.
"Aku sangat merindukan Kak Tan." Jawabku sambil menunduk.
"Bagaimana kalau kita pergi ke makamnya?" Ajak Ares.
"Aku tidak mau, lain kali saja." Aku menolaknya.
"Katanya kau merindukannya? Aku sudah mengajakmu pergi ke makamnya." Ares cemberut. Dia memang orang yang sangat ekspresif.
"Aku sudah mengatakan padamu, aku ingin kamu mendatangkan dia untukku. Tapi, kamu menolaknya." Aku ikut cemberut.
"Aku tidak menolaknya, aku tidak bisa. Aku bukan malaikat maut dan aku juga bukan Tuhan. Aku hanya malaikat yang mencatat amal manusia dan tugasku menjaga manusia mengikuti perintah Tuhan." Jelas Ares.
"Lalu, kenapa kau tidak kembali ke surga saja?" Tanyaku pada Ares.
"Aku sudah pernah mengatakan padamu, aku tidak bisa. Entahlah apa yang membuatku tidak bisa kembali ke surga." Jawab Ares. "Aku ingin sekali kembali ke sana dan mendapat gelar yang lebih tinggi, tapi mungkin tidak bisa. Aku sudah melanggar begitu banyak aturan surga." Lanjutnya.
Aku mendekat padanya dan memeluknya erat. Kami sekarang duduk di sebuah taman dekat dengan apartemenku. Aku mengelus pundaknya berusaha menenangkannya, seperti yang dia sering lakukan padaku.
"Ares?" Panggilku.
"Iya, May?" Sahut Ares.
"Terimakasih." Kataku.
"Untuk?"
"Karena kau datang di saat yang tepat." Ucapku sambil tersenyum kearahnya.
"Tidak masalah, aku sangat senang bertemu orang baik sepertimu." Ares mengusak rambutku.
Kami menghabiskan sore hari dengan bersantai di taman. Ares memang malaikat yang baik, tapi dia tidak boleh berlama-lama di bumi. Ares harus kembali ke surga. Bumi bukan tempatnya. Aku selalu berusaha untuk membantunya kembali ke surga, tapi semua itu sia-sia. Dia tetap tidak bisa kembali ke surga. Mungkin jika Kak Tan di sini, pasti dia bisa membantu Ares kembali ke tempat asalnya.
"May, pulang yuk." Ajak Ares.
"Ayo, tapi kita beli sesuatu dulu." Ujarku sambil tersenyum.
"Beli apa?" Ares tampak kebingungan.
"Sesuatu yang kamu pasti suka." Kataku.
"Apa?"
"Udah, ikut aja yuk."
Aku berjalan di depan Ares dan Ares mengekoriku. Aku mengajaknya ke sebuah cafe favoritnya. Cafe yang banyak menyediakan dessert. Ares sangat suka dengan makanan manis. Ares paling suka dengan es krim vanila, aku selalu membelikan es krim setelah aku pulang kerja.
"May? Kita ke sini?" Tanya Ares, matanya berbinar-binar menatap kue dan es krim.
"Iya, kamu pasti suka kan?" Aku tersenyum ke arahnya.
"Suka banget, aku boleh beli?" Izin Ares.
"Boleh, beli apapun yang kamu mau."
Setelah aku mengizinkannya untuk membeli sesuatu yang dia ingin, tapi Ares hanya diam dan menunduk.
"Ares, kamu kenapa? Katamu tadi, kamu mau beli?" Tanyaku bingung.
"May?"
"Iya? Ada apa?"
"Apakah kita punya uang untuk membeli ini?" Tanya Ares.
"Aku punya, ini." Aku memberikan beberapa lembar uang 50 ribuan kepada Ares.
"Itu uangmu untuk membeli bahan-bahan makanan." Ujarnya.
"Tidak apa-apa, ini."
"Tidak, aku tidak mau. Lebih baik kita pulang saja." Tolaknya, lalu dia melenggang pergi meninggalkanku sendirian.
Aku tahu Ares menginginkan es krim kesukaannya, tapi dia terus memikirkan kebutuhanku daripada yang dia inginkan. Tanpa sepengetahuannya, aku membelikan es krim yang dia suka. Aku berencana memberikannya saat makan malam nanti.
"Permisi."
"Iya, ada yang bisa saya bantu?"
"Mbak, saya mau pesan es krim vanila sama stroberi. Masing-masing 2 ya. Dibawa pulang."
"Baik, Kak. Tunggu sebentar."
Aku menunggu pesananku, mungkin sekarang Ares sudah sampai apartemen. Tidak lama kemudian, pesananku siap.
.
.
.
To Be Continue...
"Ini Kak, pesanannya. Semuanya jadi 100 ribu.""Terimakasih, Mbak." Aku memberikan 2 lembar uang 50 ribuan untuk membayar pesananku."Terimakasih kembali, Kak." Ujar pelayan cafe itu sambil tersenyum.Aku keluar dari cafe dengan membawa bungkusan berisi es krim kesukaan Ares. Aku memutuskan kembali ke apartemen, namun aku tak sengaja melihat Ares tertidur di bangku luar cafe tempatku membeli es krim tadi. Ternyata Ares masih menungguku, aku bahkan tidak percaya bahwa dia menungguku. Aku pun membangunkannya untuk mengajaknya pulang ke apartemen."Ares, bangun. Pulang yuk." Lirihku membangunkan Ares.Ares mulai terusik dari tidurnya, dia membuka mata perlahan dan menatapku."May?" Panggilnya dengan suara khas orang bangun tidur."Aku di sini, pulang yuk." Ajakku dan dia mengangguk.Aku menggandeng tangannya, karena dia
Aku tidak sengaja berada di bumi, tempat tinggal manusia. Aku hidup menjadi seperti manusia yang tidak tahu apa-apa tentang kehidupan di bumi, bahkan hal terkecil pun. Di sini aku bisa merasakan senang, sedih, dan marah. Mungkin tanpaku sadari aku juga merasakan cinta. Aku di bumi sudah lebih 1 bulan, mungkin sekarang tepat 2 bulan, dan itu tidak boleh terjadi. Tubuhku akan semakin lemah, bahkan aku bisa menjadi manusia seutuhnya jika aku lama di bumi. Ya, aku bukan manusia. Aku adalah malaikat, mungkin banyak orang tidak percaya dengan itu. Tapi, tidak untuk gadis yang tak sengaja aku temui. Dengan mudahnya gadis itu percaya bahwa aku adalah seorang malaikat. May nama gadis itu, aku beruntung bertemu dengannya, dan menjalani hidup bersamanya. Namaku Ares, aku tidak tahu kenapa aku bisa di bumi. Tapi, sepertinya itu semua takdir untukku.2 bulan lalu..."Bumi?" Gumamku."Kenapa aku di sini? Bagaimana bisa?" Pertanyaan de
"Sore Mbak May." Seseorang menyapa May ramah."Sore Pak Jo." May membalasnya."Mukanya kenapa mbak? Kok lebam gitu?""Oh ini, biasa Pak. Orang jahat gangguin saya.""Lain kali hati-hati Mbak. Ini siapa? Pacar?""Bukan, ini teman saya. Namanya Ares.""Teman dari mana? Kok saya baru lihat, temannya Mas Tan?""Bukan temannya Kak Tan.""Saya Ares, saya dari sur-" Aku belum selesai berbicara, May sudah memotongnya."Dari Surabaya, Pak. Kalau begitu saya permisi, Pak."May menggandengku meninggalkan Pak Jo yang kebingungan. Aku terus mengikuti kemanapun May pergi. Sampai di sebuah pintu aneh, kami berhenti sebentar. Aku terkejut, sangat terkejut melihat pintu itu terbuka sendiri."MAY!" Teriakku yang membuat May terkejut."Apa? Tidak usah be
"Ares?" Panggil May."Iya?" Jawabku, aku masih sibuk mengunyah roti."Tadi, kau sedang memikirkan apa?" Tanyanya."Memikirkan diriku. Aku tidak pernah merasakan seperti ini, aku sempat terpikirkan kalau aku sudah menjadi manusia. Tapi, itu tidak terjadi. Aku masih memiliki kekuatan yang hanya dimiliki malaikat, walaupun sayapku entah kemana. Mungkin ini takdir untukku. Takdir untuk menjaga manusia lebih dekat. Aku juga tidak tahu kenapa aku tiba-tiba di bumi, seingatku aku masih menjalankan tugasku di surga, dan tiba-tiba aku di bumi. Aku juga tidak tahu jalan kembali ke surga. Aku harap ada malaikat yang menolongku nanti." Jelasku panjang lebar.Aku sudah menghabiskan suapan roti terakhir."Lalu, kenapa kau percaya aku adalah malaikat? Bahkan semua orang menganggapku orang gila.""Takdir." Jawabnya singkat."May, aku serius.""Aku juga se
Tidak lama kemudian, May datang dengan membawa dua mangkuk berisi sop ayam."Ini makanlah. Aku mau mengambil nasi dulu." Ujarnya."Aku akan menunggumu, kita makan bersama.""Baiklah kalau itu maumu."May kembali ke dapur untuk mengambil nasi dan aku menunggunya di ruang makan."Ini nasinya. Ayo makan." Ajaknya."Ayooo, aku sudah lapar." Ujarku terkekeh.Aku mulai menyuapkan sesendok sop ayam ke dalam mulutku dan rasanya luar biasa lezat. Aku sangat menyukainya."May, ini lezat sekali. Aku suka." Ucapku girang."Kalau kau suka, habiskan." May tersenyum ke arahku."Pasti."Aku menyantap sop ayam itu dengan lahap sampai habis tak tersisa. Setelah selesai makan sop ayam, aku melihat May kembali ke dapur lagi dan membawa sesuatu dari kulkas.
Kecelakaan yang tak di sengaja menimpaku beberapa saat lalu, aku tidak menyangka akan mengalami kecelakaan dan harus meninggalkan adik kesayanganku sendirian. Tapi, tidak lama setelah aku pergi. Aku senang dan merasa aman, setelah seseorang datang menemani May. Aku Tan, kakak May. Aku senang ketika Ares tak sengaja bertemu May. Dia malaikat yang baik, baik sekali. Aku tidak menduga, sekarang aku berwujud seperti ini. Michael, malaikat maut itu membantuku kembali bertemu May. Ternyata, setelah aku kembali aku membuat May dan Ares sangat terkejut."Apa kau merindukanku?" Tanyaku pada May begitu May masuk kamarnya. Michael sengaja membawaku ke kamar May.May sangat terkejut begitu melihatku, dia tidak bergeming dan tidak menjawab pertanyaanku."May?" Panggilku, aku mengibas-ngibaskan tanganku di depan mukanya."Apa kau baik-baik saja?""Pasti kau merindukanku, kan?"
Tan duduk di ruang tengah, termenung sendirian. Dia memikirkan banyak hal yang belum diselesaikannya. Kecelakaan itu memang terjadi tak sengaja, namun sebelum itu Tan sedang menyelidiki sesuatu yang menurutnya penting. Penyebab hilangnya dan kematian Sin, sepupunya. Ternyata, setelah Tan menyelidiki lebih dalam, Sin tidak kecelakaan atau bunuh diri. Sin meninggal sebulan sebelum Tan dan polisi mengatakan dia kecelakaan sendiri atau lebih tepatnya bunuh diri. Polisi memang mengatakan itu, tetapi Tan merasakan ada kejanggalan dalam kematian Sin, karena Sin sempat hilang saat itu. May tidak tahu jika selama ini Tan menyelidiki semuanya."Mungkin sekarang May harus tahu semuanya," lirih Tan. "Aku sudah terlalu lama menyembunyikan semua ini dan ini kesempatanku untuk memberitahunya," sambungnya."Sekarang aku harus apa? Apakah hantu juga tidur? Aku bingung sekali."Tan bingung harus melakukan apa saat ini, tiba-tiba tercetus ide untuk mencari sesuatu yang selama ini
Tan's POVPagi pun tiba, seperti yang sudah aku bicarakan dengan Ares semalam, saat ini aku, May, dan juga Ares duduk di ruang tengah untuk membicarakan tentang Sin."Jadi, apa yang ingin kakak bicarakan padaku?" tanya May."Ini tentang Sin.""Sin? Ada apa dengannya?""Sin meninggal bukan karena bunuh diri, May," sahut Ares."Maksudnya? Aku tidak mengerti.""Benar, Sin meninggal bukan karena bunuh diri. Dia dibunuh, May. Sin dibunuh," jelasku."APA?" May terkejut. "Siapa yang tega membunuh Sin," ujar May dan dia menangis."Apa kau mengenal Sam?" tanya Ares sambil menenangkan May."Sam? Aku sama sekali tidak mengenalnya.""Apa Sin tidak pernah bercerita tentang orang itu?" tanyaku."Tidak, dia tidak menceritakan apapun kepadaku. Hanya t