Share

ANGEL, GHOST, and ME
ANGEL, GHOST, and ME
Author: isnamay

MAY

Hidup di dunia yang menyedihkan ini memang sulit, bahkan sangat sulit. Aku bahkan merasakannya sendiri, aku hidup sendiri tanpa ada yang menemani. Aku baru saja kehilangan orang yang selalu menyayangiku, Kakakku. Kakakku meninggal karena kecelakaan beberapa waktu lalu. Tan, itu nama kakakku. Mungkin semua orang mengira dia bukan kakakku, karena umur kami hanya terpaut 1 tahun. Banyak yang berpikir dia kekasihku, bahkan satu-satunya temanku berpikir seperti itu.

"May!" Panggil seseorang sedikit berteriak.

"Apa?" Jawabku.

"Aku ingin jalan-jalan." Ucapnya.

"Pergilah, aku akan tetap di sini." Ujarku.

"May, ayolah. Aku ingin bersamamu." Ajaknya sedikit memohon.

"Baiklah." Pada akhirnya aku tidak bisa menolaknya.

Kami akhirnya pergi jalan-jalan seperti yang diinginkan temanku. Temanku, mungkin banyak orang berpikir dia gila, karena dia tidak tahu apa-apa. Tapi, ternyata dia adalah sosok yang bahkan tak terpikirkan olehku. Namanya Ares, dia selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Ares, dia mengaku sebagai seorang malaikat yang datang dari surga. Awalnya aku berpikir dia gila, tapi semakin hari semakin aku mempercayainya. Bagaimana tidak? Setiap aku dalam keadaan genting dia selalu datang secara tiba-tiba, dia juga selalu menggunakan kekuatannya ketika aku membutuhkan. Banyak orang yang tidak tahu akan hal itu, kecuali aku.

"May, apakah kau merindukan kekasihmu?" Tanya Ares tiba-tiba.

"Dia bukan kekasihku, Ares. Dia Kakakku." Ucapku tegas.

"Baiklah, dia kakakmu. Apa kau merindukannya?" Tanya Ares lagi.

"Aku sangat merindukan Kak Tan." Jawabku sambil menunduk.

"Bagaimana kalau kita pergi ke makamnya?" Ajak Ares.

"Aku tidak mau, lain kali saja." Aku menolaknya.

"Katanya kau merindukannya? Aku sudah mengajakmu pergi ke makamnya." Ares cemberut. Dia memang orang yang sangat ekspresif.

"Aku sudah mengatakan padamu, aku ingin kamu mendatangkan dia untukku. Tapi, kamu menolaknya." Aku ikut cemberut.

"Aku tidak menolaknya, aku tidak bisa. Aku bukan malaikat maut dan aku juga bukan Tuhan. Aku hanya malaikat yang mencatat amal manusia dan tugasku menjaga manusia mengikuti perintah Tuhan." Jelas Ares.

"Lalu, kenapa kau tidak kembali ke surga saja?" Tanyaku pada Ares.

"Aku sudah pernah mengatakan padamu, aku tidak bisa. Entahlah apa yang membuatku tidak bisa kembali ke surga." Jawab Ares. "Aku ingin sekali kembali ke sana dan mendapat gelar yang lebih tinggi, tapi mungkin tidak bisa. Aku sudah melanggar begitu banyak aturan surga." Lanjutnya.

Aku mendekat padanya dan memeluknya erat. Kami sekarang duduk di sebuah taman dekat dengan apartemenku. Aku mengelus pundaknya berusaha menenangkannya, seperti yang dia sering lakukan padaku.

"Ares?" Panggilku.

"Iya, May?" Sahut Ares.

"Terimakasih." Kataku.

"Untuk?"

"Karena kau datang di saat yang tepat." Ucapku sambil tersenyum kearahnya.

"Tidak masalah, aku sangat senang bertemu orang baik sepertimu." Ares mengusak rambutku.

Kami menghabiskan sore hari dengan bersantai di taman. Ares memang malaikat yang baik, tapi dia tidak boleh berlama-lama di bumi. Ares harus kembali ke surga. Bumi bukan tempatnya. Aku selalu berusaha untuk membantunya kembali ke surga, tapi semua itu sia-sia. Dia tetap tidak bisa kembali ke surga. Mungkin jika Kak Tan di sini, pasti dia bisa membantu Ares kembali ke tempat asalnya.

"May, pulang yuk." Ajak Ares.

"Ayo, tapi kita beli sesuatu dulu." Ujarku sambil tersenyum.

"Beli apa?" Ares tampak kebingungan.

"Sesuatu yang kamu pasti suka." Kataku.

"Apa?"

"Udah, ikut aja yuk."

Aku berjalan di depan Ares dan Ares mengekoriku. Aku mengajaknya ke sebuah cafe favoritnya. Cafe yang banyak menyediakan dessert. Ares sangat suka dengan makanan manis. Ares paling suka dengan es krim vanila, aku selalu membelikan es krim setelah aku pulang kerja.

"May? Kita ke sini?" Tanya Ares, matanya berbinar-binar menatap kue dan es krim.

"Iya, kamu pasti suka kan?" Aku tersenyum ke arahnya.

"Suka banget, aku boleh beli?" Izin Ares.

"Boleh, beli apapun yang kamu mau."

Setelah aku mengizinkannya untuk membeli sesuatu yang dia ingin, tapi Ares hanya diam dan menunduk.

"Ares, kamu kenapa? Katamu tadi, kamu mau beli?" Tanyaku bingung.

"May?"

"Iya? Ada apa?"

"Apakah kita punya uang untuk membeli ini?" Tanya Ares.

"Aku punya, ini." Aku memberikan beberapa lembar uang 50 ribuan kepada Ares.

"Itu uangmu untuk membeli bahan-bahan makanan." Ujarnya.

"Tidak apa-apa, ini."

"Tidak, aku tidak mau. Lebih baik kita pulang saja." Tolaknya, lalu dia melenggang pergi meninggalkanku sendirian.

Aku tahu Ares menginginkan es krim kesukaannya, tapi dia terus memikirkan kebutuhanku daripada yang dia inginkan. Tanpa sepengetahuannya, aku membelikan es krim yang dia suka. Aku berencana memberikannya saat makan malam nanti.

"Permisi."

"Iya, ada yang bisa saya bantu?"

"Mbak, saya mau pesan es krim vanila sama stroberi. Masing-masing 2 ya. Dibawa pulang."

"Baik, Kak. Tunggu sebentar."

Aku menunggu pesananku, mungkin sekarang Ares sudah sampai apartemen. Tidak lama kemudian, pesananku siap.

.

.

.

To Be Continue...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status