Aku tidak sengaja berada di bumi, tempat tinggal manusia. Aku hidup menjadi seperti manusia yang tidak tahu apa-apa tentang kehidupan di bumi, bahkan hal terkecil pun. Di sini aku bisa merasakan senang, sedih, dan marah. Mungkin tanpaku sadari aku juga merasakan cinta. Aku di bumi sudah lebih 1 bulan, mungkin sekarang tepat 2 bulan, dan itu tidak boleh terjadi. Tubuhku akan semakin lemah, bahkan aku bisa menjadi manusia seutuhnya jika aku lama di bumi. Ya, aku bukan manusia. Aku adalah malaikat, mungkin banyak orang tidak percaya dengan itu. Tapi, tidak untuk gadis yang tak sengaja aku temui. Dengan mudahnya gadis itu percaya bahwa aku adalah seorang malaikat. May nama gadis itu, aku beruntung bertemu dengannya, dan menjalani hidup bersamanya. Namaku Ares, aku tidak tahu kenapa aku bisa di bumi. Tapi, sepertinya itu semua takdir untukku.
2 bulan lalu...
"Bumi?" Gumamku.
"Kenapa aku di sini? Bagaimana bisa?" Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benakku.
Aku bingung harus pergi kemana, aku terus berjalan sampai aku tidak sengaja bertemu seseorang di jalan. Aku memutuskan untuk bertanya dengannya.
"Permisi."
"Iya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya orang itu.
"Sekarang ini saya berada di mana ya?" Tanyaku.
"Jakarta, Mas. Masnya nyasar ya? Mas dari mana?"
"Saya dari surga." Jawabku jujur, karena malaikat tidak diperbolehkan untuk berbohong.
"Mas bercanda ya?"
"Saya tidak bercanda, saya jujur. Malaikat tidak boleh bohong."
"Tadi dari surga, sekarang malaikat. Mas gila?"
"Saya tidak gila." Tegasku.
Orang itu pergi meninggalkanku sendirian tidak tahu arah. Aku berjalan menyusuri jalan sebuah gang yang sepi. Namun, aku tidak sengaja mendengar teriakkan seseorang meminta tolong.
TOLONG! TOLONG! TOLONG AKU! SIAPAPUN TOLONG AKU!
Aku mencari asal suara itu dan aku melihat seorang gadis yang sedang dipuluki oleh 2 orang lelaki dengan badan yang besar.
"KALIAN!" Teriakku.
"Wah sepertinya ada yang ingin menjadi pahlawan." Ujar salah satu lelaki berbadan besar itu.
"Kalian tidak boleh melukai perempuan."
"Siapa kamu? Tuhan?" Satu dari dua lelaki itu ikut bersuara.
"Aku memang bukan Tuhan, aku malaikat. Tugasku melindungi manusia dari keburukan."
Dua orang lelaki itu tertawa setelah mendengar ucapanku. Aku bingung harus bagaimana, aku tidak mungkin melawan. Aku malaikat tidak seperti iblis yang selalu melawan.
"Jika kau malaikat, lawanlah kami." Tantang dua orang lelaki berbadan besar itu.
"Malaikat tidak akan pernah melawan dan berbuat jahat."
"Dasar pembohong!" Teriaknya dan memukul wajahku.
Hidungku berdarah dan aku merasakan sakit yang tidak pernah ku rasakan. Apakah aku sudah menjadi manusia? Tidak, aku masih seorang malaikat. Aku masih memiliki kekuatanku.
2 orang itu terus memukul seluruh tubuhku sampai aku tidak berdaya lagi. Aku tidak ingin melawannya, aku bukan mereka. Berkelahi sangat dilarang untuk malaikat.
Setelah puas memukuliku, 2 orang lelaki bertubuh besar itu pergi meninggalkanku dan gadis itu. Sekujur tubuhku terasa sakit, aku tidak pernah merasakan sesakit ini sebelumnya, bahkan aku tidak pernah merasakan sakit.
Gadis itu menghampiriku, dia menatapku dengan tatapan sendu dan bersalah. Kami saling menatap satu sama lain, aku merasa tidak asing dengan wajah ini. Aku pernah melihatnya, setiap hari aku melihatnya. Aku mengetahui asal-usul gadis di depanku.
"May? Apakah kau baik-baik saja?" Tanyaku yang tentu saja membuatnya terkejut.
"Bagaimana kau tahu namaku?!" Dia mundur menjauh dariku, dia seperti ketakutan.
"Aku adalah seorang malaikat, namaku Ares. Aku selalu melihatmu setiap hari hitungan waktu di surga. Aku mengenalmu sejak kamu lahir, 18 tahun yang lalu. Kakakmu meninggal beberapa hari yang lalu. Namamu Maya dan Kakakmu Tana. Kalian biasa dipanggil May dan Tan. Banyak yang mengira bahwa kalian sepasang kekasih, karena umur kalian tidak jauh. Aku juga mengira kalian sepasang kekasih. Aku mengetahui semua tentangmu, jadi jangan takut denganku." Jelasku.
Aku melihat ekspresi terkejut May ketika aku menjelaskan semua yang aku ketahui tentangnya. Dia terlihat berjalan mendekatiku dengan wajah yang masih sedikit takut. Dia menyentuh wajahku dan menatapku. Aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku, tapi aku tidak tahu apa itu.
"Apakah ini sakit?"
"Sakit sekali. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya." Ucapku jujur.
"Aku akan mengobatimu, sebagai tanda terimakasih karena telah menolongku."
"Obat?"
"Iya, untuk seseorang yang terluka. Ayo ikut denganku." Ajaknya.
Aku mengikutinya, dia mengajakku ke sebuah gedung tinggi yang bahkan aku tidak tahu tempat apa itu.
"May? Tempat apa ini?" Tanyaku.
"Apartemen." Jawabnya santai.
"Apartemen? Aku baru mendengarnya."
"Tempat tinggal manusia."
"Rumah?"
"Sejenisnya, tapi banyak orang yang tinggal di sini."
"Aku mengerti, di surga tidak ada tempat ini. Adanya istana lebih besar dari ini."
"Kamu tinggal di istana?"
"Istana tempat orang-orang baik, terkadang aku pergi ke sana. Aku tinggal bersama malaikat-malaikat yang lain di tempat yang berbeda."
"Apakah kau bertemu kakakku?"
"Tan belum waktunya tinggal di surga. Dia harus merasakan alam sebelum akhirat."
"Oh, ya sudah ayo masuk."
May berjalan masuk ke gedung bernama apartemen itu dan aku mengikuti di belakangnya.
.
.
.
To Be Continue...
"Sore Mbak May." Seseorang menyapa May ramah."Sore Pak Jo." May membalasnya."Mukanya kenapa mbak? Kok lebam gitu?""Oh ini, biasa Pak. Orang jahat gangguin saya.""Lain kali hati-hati Mbak. Ini siapa? Pacar?""Bukan, ini teman saya. Namanya Ares.""Teman dari mana? Kok saya baru lihat, temannya Mas Tan?""Bukan temannya Kak Tan.""Saya Ares, saya dari sur-" Aku belum selesai berbicara, May sudah memotongnya."Dari Surabaya, Pak. Kalau begitu saya permisi, Pak."May menggandengku meninggalkan Pak Jo yang kebingungan. Aku terus mengikuti kemanapun May pergi. Sampai di sebuah pintu aneh, kami berhenti sebentar. Aku terkejut, sangat terkejut melihat pintu itu terbuka sendiri."MAY!" Teriakku yang membuat May terkejut."Apa? Tidak usah be
"Ares?" Panggil May."Iya?" Jawabku, aku masih sibuk mengunyah roti."Tadi, kau sedang memikirkan apa?" Tanyanya."Memikirkan diriku. Aku tidak pernah merasakan seperti ini, aku sempat terpikirkan kalau aku sudah menjadi manusia. Tapi, itu tidak terjadi. Aku masih memiliki kekuatan yang hanya dimiliki malaikat, walaupun sayapku entah kemana. Mungkin ini takdir untukku. Takdir untuk menjaga manusia lebih dekat. Aku juga tidak tahu kenapa aku tiba-tiba di bumi, seingatku aku masih menjalankan tugasku di surga, dan tiba-tiba aku di bumi. Aku juga tidak tahu jalan kembali ke surga. Aku harap ada malaikat yang menolongku nanti." Jelasku panjang lebar.Aku sudah menghabiskan suapan roti terakhir."Lalu, kenapa kau percaya aku adalah malaikat? Bahkan semua orang menganggapku orang gila.""Takdir." Jawabnya singkat."May, aku serius.""Aku juga se
Tidak lama kemudian, May datang dengan membawa dua mangkuk berisi sop ayam."Ini makanlah. Aku mau mengambil nasi dulu." Ujarnya."Aku akan menunggumu, kita makan bersama.""Baiklah kalau itu maumu."May kembali ke dapur untuk mengambil nasi dan aku menunggunya di ruang makan."Ini nasinya. Ayo makan." Ajaknya."Ayooo, aku sudah lapar." Ujarku terkekeh.Aku mulai menyuapkan sesendok sop ayam ke dalam mulutku dan rasanya luar biasa lezat. Aku sangat menyukainya."May, ini lezat sekali. Aku suka." Ucapku girang."Kalau kau suka, habiskan." May tersenyum ke arahku."Pasti."Aku menyantap sop ayam itu dengan lahap sampai habis tak tersisa. Setelah selesai makan sop ayam, aku melihat May kembali ke dapur lagi dan membawa sesuatu dari kulkas.
Kecelakaan yang tak di sengaja menimpaku beberapa saat lalu, aku tidak menyangka akan mengalami kecelakaan dan harus meninggalkan adik kesayanganku sendirian. Tapi, tidak lama setelah aku pergi. Aku senang dan merasa aman, setelah seseorang datang menemani May. Aku Tan, kakak May. Aku senang ketika Ares tak sengaja bertemu May. Dia malaikat yang baik, baik sekali. Aku tidak menduga, sekarang aku berwujud seperti ini. Michael, malaikat maut itu membantuku kembali bertemu May. Ternyata, setelah aku kembali aku membuat May dan Ares sangat terkejut."Apa kau merindukanku?" Tanyaku pada May begitu May masuk kamarnya. Michael sengaja membawaku ke kamar May.May sangat terkejut begitu melihatku, dia tidak bergeming dan tidak menjawab pertanyaanku."May?" Panggilku, aku mengibas-ngibaskan tanganku di depan mukanya."Apa kau baik-baik saja?""Pasti kau merindukanku, kan?"
Tan duduk di ruang tengah, termenung sendirian. Dia memikirkan banyak hal yang belum diselesaikannya. Kecelakaan itu memang terjadi tak sengaja, namun sebelum itu Tan sedang menyelidiki sesuatu yang menurutnya penting. Penyebab hilangnya dan kematian Sin, sepupunya. Ternyata, setelah Tan menyelidiki lebih dalam, Sin tidak kecelakaan atau bunuh diri. Sin meninggal sebulan sebelum Tan dan polisi mengatakan dia kecelakaan sendiri atau lebih tepatnya bunuh diri. Polisi memang mengatakan itu, tetapi Tan merasakan ada kejanggalan dalam kematian Sin, karena Sin sempat hilang saat itu. May tidak tahu jika selama ini Tan menyelidiki semuanya."Mungkin sekarang May harus tahu semuanya," lirih Tan. "Aku sudah terlalu lama menyembunyikan semua ini dan ini kesempatanku untuk memberitahunya," sambungnya."Sekarang aku harus apa? Apakah hantu juga tidur? Aku bingung sekali."Tan bingung harus melakukan apa saat ini, tiba-tiba tercetus ide untuk mencari sesuatu yang selama ini
Tan's POVPagi pun tiba, seperti yang sudah aku bicarakan dengan Ares semalam, saat ini aku, May, dan juga Ares duduk di ruang tengah untuk membicarakan tentang Sin."Jadi, apa yang ingin kakak bicarakan padaku?" tanya May."Ini tentang Sin.""Sin? Ada apa dengannya?""Sin meninggal bukan karena bunuh diri, May," sahut Ares."Maksudnya? Aku tidak mengerti.""Benar, Sin meninggal bukan karena bunuh diri. Dia dibunuh, May. Sin dibunuh," jelasku."APA?" May terkejut. "Siapa yang tega membunuh Sin," ujar May dan dia menangis."Apa kau mengenal Sam?" tanya Ares sambil menenangkan May."Sam? Aku sama sekali tidak mengenalnya.""Apa Sin tidak pernah bercerita tentang orang itu?" tanyaku."Tidak, dia tidak menceritakan apapun kepadaku. Hanya t
Setelah mengambil buku diary dan kotak-kotak yang entah isinya apa, Tan pun keluar dari kamar Sin dan menghampiri May juga Ares di ruang tengah."Bagaimana apa kau mendapat sesuatu?" tanya Ares."Buku diary dan beberapa kotak, mungkin bisa membantu," jawab Tan."Baiklah, mari kita lihat," ajak Ares."Bagaimana kalau kita mulai dari buku diary Sin? Biar aku yang membacanya," usul May dan mereka mengangguk tanda setuju.May mulai membuka buku diary berwarna biru langit itu. Di dalamnya ada gambar-gambar unik dan lucu, juga stiker bergambar kucing. Sin sangat menyukai kucing. May mulai membaca setiap halamannya."Aku sangat bahagia memiliki saudara yang menyayangiku, aku beruntung memiliki Kak Tan dan May."- 20 Februari 2021Tan dan May berusaha untuk menahan air matanya, mereka selalu ingat betapa bahagianya Sin saat bersama mereka be
Ares's POVSepertinya cinta memang datang padaku, tapi apa malaikat boleh merasakan jatuh cinta? Sepertinya tidak, malaikat tidak memiliki perasaan itu.Aku masih duduk di sini bersama May dan juga Tan, kami masih membaca buku diary Sin. Banyak hal-hal aneh terjadi setelah Sin mengenal Sam. Apa mungkin cinta membutakan segalanya?Aku tahu Sam, Sam bukan orang yang seperti Sin pikirkan. Aku memang tidak memberitahu May dan Tan tentang siapa Sam. Tapi, walaupun Sam memang orang yang mungkin kurang baik. Sam begitu karena dia takut, dia memiliki masa lalu yang buruk. Sam hanya ingin dicintai, tapi tidak untuk mencintai."Bagaimana rasanya mencintai dan dicintai seseorang?" tanyaku pada May dan Tan.Aku menatap lurus ke depan, aku tidak mengerti tentang semua itu. Aku hidup tanpa perasaan, aku tidak tahu cinta seperti apa. Bahkan, aku tidak mengerti apa-apa."Bahagia, sakit, dan tentu saja sedih," jawab Tan."Kenapa begitu?" tanyaku.