“Memang bawaan seorang ibu rumah tangga ini enggak bisa ditahan-tahan, selalu mau ikut sibuk di dapur,” ujar tante Sarah. Dia mengenakan celana kain dan kaos panjang, sangat simpel.Eca tertawa kecil, dia mengamati penampilan tante Sarah dari ujung kaki ke ujung kepala. Walau tantenya itu sempat menyebutkan dirinya sebagai ibu rumah tangga, namun dia segera mengerti kalau tante sarah bukan hanya ibu rumah tangga biasa.“Adra masih ada pertemuan? Ah dia ini sangat sibuk padahal usianya masih sangat muda,” ujar tante Sarah. “Tolong beritahu Adra, jangan sampai terlalu sibuk bekerja sampai lupa menjaga kesehatan. Terlebih dia juga harus diet gula dan garam. Dia harus ingat kalau dia beresiko menurunkan penyakit dari ayahnya.”Eca mengangguk. Dia segera paham kalau para tantenya ini sangat menyayangi kakak laki-laki mereka, mereka juga menyayangi Adra.“Rachel sama Milen, enggak ikut datang?” tanya Eca. Dia baru saja mengingat nama sepupunya yang merupakan anak dari masing-masing tantenya
Adra memasuki ruang rapat yang dingin itu. Langkahnya penuh percaya diri, dia menyalami semua orang dengan senyumnya.“Bos mud kita sudah tiba. Apa kabar pak Komisaris?” ucap seorang pria yang rambutnya sudah putih merata. Beliau Afdhal, seorang kepala cabang perusahaan baja ringan yang akan menjadi salah satu vendor untuk penambahan bangunan kantor PT. Bama Chorcoal.Adra tersenyum lebar. “Panggil Adra saja, Pak. Saya baik,” ucapnya. “Saya minta maaf terlambat karena ternyata pesawat kami delay tiga puluh menit,” imbuhnya.Pria lainnya, ada dua anak buah pak Afdhal. Ada pak Radhen, pria tua yang merupakan teman pak Lindra Budhitama yang merupakan CEO dari perusahaan semen bersama satu rekannya.Percakapan yang sangat hangat. Adra meminta pak Jaya untuk sambil menyimak untuk back up memori karena Adra bisa saja lupa inti dari pertemuan penting itu. Diapun sambil mencatat beberapa poin, dia benar-benar tidak boleh melupakan satu halpun walau sepele.Tidak hanya berfokus pada rencana pe
Adra dan Eca telah mendarat di Bandara kota Lidei. Mereka dijemput oleh Dino yang sedang tidak ada kesibukan. Sahabat Adra yang masih belum memiliki pasangan itu, selalu bersedia jika sahabatnya memerlukan bantuan. Namun dia sangat jarang untuk meminta tolong.Pernah suatu hari Dino meminta tolong sangat mendadak, yaitu saat ada ular masuk ke rumahnya disaat keadaan sepi, kedua orang tuanya sedang berada di kampung nenek.Adra dan Radit menghubungi tim pemadam kebakaran untuk memberikan bantuan. Saking paniknya Dino, dia hanya mengabari kedua temannya itu tanpa meminta tolong siapapun karena dia disibukkan dengan memikirkan cara untuk mengusir ular python tersebut.Masih menjadinkisah konyol jika kembali dikenang. Radit berkali-kali mengutuki temannya itu karena dia ketakutan luar biasa padahal ularnya masih berukuran kecil.Dino hanya diam, dia selalu merajuk jika ada yang kembali membahas hal itu.Adra dan Eca tiba di rumah, namun Dino langsung pergi karena di telpon calon klien un
Selesai dari pertemuan, Adra bergegas kembali ke hotel lebih dulu. Dia telah berpamitan kepada semua rekannya karena dia ada urusan yang membautnya harus kembali ke kota Lidai terlebih dulu.Dia juga sudah memberitahu Lila tentang ini, jadi dia memintanya untuk tetap bersama dengan rekan yang lain.Adra kembali ke hotel dengan menaiki taksi online. Di sepanjang perjalanan, dia sambil menghitung dan memperkirakan waktu yang akan dia tempuh untuk semua tujuannya.Hotel, makan siang, lalu bandara. Walau dia mengambil penerbangan terakhir, namun waktu berjalan lebih cepat dari yang ia perkirakan. Beruntung Eca sudah membantunya untuk membereskan barang-barangnya di koper.Adra meminta supir untuk menunggu sebentar, ia menuju kamar dan menjemput istrinya, lebih tepatnya ia menjemput barang-barangnya.Eca terkejut saat suaminya mengetuk pintu hotel. Dia memperhitungkan jam pulang Adra masih sekitar satu jam lagi, namun ternyata lebih lebih cepat.“Kamu merapikan semuanya?” tanya Adra, ia me
Adra masih berusaha untuk memejamkan matanya. Dia sudah kembali bangun untuk meminum obat penenang, namun isi kepalanya masih berisik, membautnya kesulitan untuk terlelap.Dia mencoba untuk membuka ponselnya, namun matanya sudah lelah. Dia bahkan melakukan olahraga, dia push up lebih dari lima puluh kali. Itu ia lakukan agar tubuhnya merasa lelah lalu mengantuk. Namun rupanya olahraga tidak membantunya sama sekali.Adra mengutuki dirinya sendiri. Sudah hampir pukul empat pagi, namun dia belum bisa tertidur. Sempat terlelap beberapa menit, namun ia kembali terbangun karena ada keresahan dalam hatinya yang ia sendiri bahkan tidak tahu itu apa.Eca yang sudah tertidur sebelumnya, terbangun karena dia mendengar suara dari Adra yang beberapa kali berubah posisi tidur. Eca membuka matanya perlahan. Ia segera berbalik dan melihat keadaan suaminya.“Adra ... apa kamu baik-baik saja?” ucapnya lirih. Suaranya masih serak karena kantuknya.Adra me
Adra melihat Eca kesulitan melepas resleting baju di bagian pinggang. Ia sigap berdiri dan membantu sang istri.“Sial. Apa aku terlalu banyak makan? Ini baik-baik saja saat tadi memakainya,” ujar Eca kesal.“Sini.” Adra agak menarik tubuh istrinya agar mendekat. “Kalau kamu sambil emosi, maka akan semakin sulit,” imbuhnya lagi.Eca diam, dia membiarkan suaminya melepaskan resleting itu. Ia lalu pergi mandi, membiarkan suaminya kembali sibuk dengan urusannya sendiri.Tapi rupanya sang suami tidak lagi sibuk atau bahkan pergi tidur lebih dulu, Adra justru berdiri lama di dekat jendela seraya memandangi cahaya lampu perkotaan yang indah. Ia membuat kopi panas, menyeruputnya sesekali menikmati aromanya yang wangi.Adra memperhatikan Eca berganti pakaian dari pantulan di kaca. Setelah istrinya selesai berganti pakaian, dia lalu duduk di sofa dan meminta istrinya untuk mendekat.“Kamu mau denger cerita nggak?” ujar Adra.Eca melihat jam, sudah lewat tengah malam. Dia tidak merasa itu adalah