Eca dan Adra bertemu dengan Marwan bersama Bella di lobby saat pasangan itu sedang menunggu mobil mereka datang. Saling bersapa sebentar, lalu Adra dan Eca pergi lebih dulu karena mobil mereka tiba lebih dulu.
“Enjoy your time,” ucap Bella seraya melambaikan tangannya pada Eca, senyumnya lebar sekali dan terlihat sangat ramah.
Adra menggandeng istrinya, seolah tidak ingin Eca berinteraksi lebih lama dengan Bella.
“Apa kamu sudah mendapatkan infonya?” tanya Bella pada Marwan yang masih sibuk dengan ponsel. “Kenapa dia memutuskan menikah secara tiba-tiba dengan perempuan itu?” imbuh Bella.
“Karena mereka cocok, mungkin. Mereka menjalin hubungan dalam waktu yang cukup singkat, aku mengakui keberanian Adra dalam mengambil keputusan.”
“Apakah itu keputusan yang tepat? Bukankah itu hanya pelampiasan karena lamarannya ditolak oleh kekasihnya?” celoteh Bella membuat Marwan menatapnya
Adra sudah berjanji untuk bergabung dengan rekan yang lain saat makan malam. Lila sudah menghubunginya lewat pesan singkat untuk konfirmasi kehadiran dan akan melakukan pemesanan makanan dan tempatnya.Adra yang masih dalam perjalanan menuju hotel bersama Eca, masih merasakan canggung karena percakapan di pantai. Dia belum membicarakan dengan Eca mengenai rencana makan malam, namun dia telah mengkonfirmasi kedatangannya bersama dengan istrinya.Adra meminum minuman jahe kemasan untuk menghangatkan tubuhnya yang setengah basah. Ia dan Eca kembali saling diam, namun kali ini Eca terlihat sibuk dengan ponselnya. Adra sempat mengintip sedikit dan menduga kalau istrinya itu sedang mengurus kerjaan.“Apakah cuti masih harus bekerja?” tanya Adra.“Enggak. Tapi ini kebetulan calon klien kami sedang berada di kota Jeju, jadi ada rencana untuk bertemu dan membahas project yang sudah kami bahas sebelumnya via telpon.” Eca menjawab sambil membalas pesan.“Kalian akan bertemu malam ini?”“Belum ad
“Arrkkk!” teriak Eca seketika saat Adra menyiramkan air padanya.Spontan Adra tertawa melihat ekspresi Eca yang sangat alami itu.“Adra! Basah ini!” Eca berbalik dan mendengkus kesal. “Aku lagi enggak boleh basah ya, kamu mau pantainya jadi tercemar karena aku sedang haid?” kalimat Eca membuat Adra berhenti tertawa.“Ehh?” Adra bingung. “Tapi basah sedikit saja kan?” ucapnya lagi, dia memandangi tubuh Eca yang hanya kena cipratan air.Eca mulai merengut. Namun diluar dugaan Adra, istrinya itu justru membalasnya dengan air yang lebih banyak. Eca bahkan menendang ombak yang menyapa kakinya hingga membasahi sebagian wajah Adra.Adra yang tidak siap, hanya berdiri pasrah dengan tubuhnya yang basah dan asin.“Neesa ...,” ujar Adra geram.Eca yang takut dengan kemarahannya, langsung berlari menghindari amukan Adra yang kesal karena rambutnya lepek.Berlarian dan saling kejar dengan pembalasan satu sama lain. Eca tetap berhati-hati agar dirinya tidak tercebur karena itu akan menjadi masalah
Hah aku malu kalau harus menunjukkan identitas diri seperti tadi.” Adra menggerutu. Eca hanya tertawa ringan, dia tidak mempedulikan Adra yang beberapa kali masih menghela napas panjang karena agak kesal dan malu. "Apakah kita akan langsung pulang?" tanya Eca. Kali ini Eca berjalan mengekor Adra yang telah lebih dulu keluar dari rumah makan. "Aku enggak ada tujuan lagi," jawab Adra singkat. Dia lalu menoleh pada Eca, perempuan itu masih menoleh kanan dan kiri memandangi seluruh gedung yang menjulang indah. "Kamu mau keliling kota dulu?" tanya Adra. "Enggak," sahut Eca. "Eh kalau ke pantai jauh nggak?" imbuhnya. "Sekitar tiga puluh menit, mungkin." "Oh begitu." "Mau ke pantai?" Adra menghentikan langkahnya, sengaja menunggu Eca hingga menyusul disampingnya. "Boleh?" mata Eca berbinar. Adra berdecak seketika, dia membenci tingkah Eca yang ini. Adra tidak lagi bicara, dia hanya segera masuk ke mobil dan memberitahu kepada supir untuk membawa mereka ke pantai. Eca diam, namu
Eca dan Adra bertemu dengan Marwan bersama Bella di lobby saat pasangan itu sedang menunggu mobil mereka datang. Saling bersapa sebentar, lalu Adra dan Eca pergi lebih dulu karena mobil mereka tiba lebih dulu.“Enjoy your time,” ucap Bella seraya melambaikan tangannya pada Eca, senyumnya lebar sekali dan terlihat sangat ramah.Adra menggandeng istrinya, seolah tidak ingin Eca berinteraksi lebih lama dengan Bella.“Apa kamu sudah mendapatkan infonya?” tanya Bella pada Marwan yang masih sibuk dengan ponsel. “Kenapa dia memutuskan menikah secara tiba-tiba dengan perempuan itu?” imbuh Bella.“Karena mereka cocok, mungkin. Mereka menjalin hubungan dalam waktu yang cukup singkat, aku mengakui keberanian Adra dalam mengambil keputusan.”“Apakah itu keputusan yang tepat? Bukankah itu hanya pelampiasan karena lamarannya ditolak oleh kekasihnya?” celoteh Bella membuat Marwan menatapnya
-Flash back-Saat itu Eca baru diterima kerja di Disbin Meubel dengan gaji yang cukup besar karena pengalaman di pekerjaan sebelumnya sudah sangat mencukupi kualifikasi.Eca berhenti atau lebih tepatnya dipecat dari tempat kerja lamanya karena adanya kesalahpahaman yang membuatnya tertuduh menggelapkan dana perusahaan. Beruntungnya tidak ada cukup bukti yang menguatkan tuduhan itu, Eca saat itu dibantu oleh kekasihnya, yang kini sudah menjadi mantan, mereka membayar pengacara untuk membantunya memenangkan masalah ini di pengadilan.Keluar cukup banyak uang, Eca juga harus menjual kendaraan dan perhiasan yang ia miliki. Felix memberinya dukungan penuh, memberinya pelukan dan menjadikan dirinya sebagai rumah untuk tempat Eca pulang.Saat itu, keadaan kafe kecil mereka sudah cukup di kenal. Ia dan Felix akan merealisasikan mimpi mereka untuk membangun ulang kafe menjadi lebih besar dengan konsep baru dan pemasaran yang lebih luas lagi. Me
Di tempat pertemuan, Adra datang disaat pertemuan hampir dimulai. Dia segera menyalami semua rekan yang telah dulu tiba, dan juga tuan rumah, ia meminta maaf atas keterlambatannya.Spontan saja, ia menjadi pusat perhatian karena pak Marwan menggodanya. Pak Marwan bilang, sebagai pengantin baru memang sudah sangat wajar kalau sering bangun kesiangan karena malam sering begadang.Topik itu tentu saja cukup menarik untuk dibahas sebagai penyegaran sebelum mereka membahas ke inti dari pertemuan itu.Adra hanya merespon dengan tawa ringan, merasa canggung, ia juga menyenggol lengan pak Marwan yang telah membuatnya malu.“Kamu pasti menyesal kan baru menikah sekarang?” goda pak Marwan lagi.“Tidak untuk prengat prengut yang kulihat setiap hari,” bisik Adra. Tentu saja itu membuat Marwan semakin tertawa.“Nikmati saja, perempuan memang unik. Dan jangan berharap itu akan hilang, yang ada kamulah yang akan terbiasa,” ucap Marwan seraya menepuk pelan bahu rekannya itu.Saat sedang menyimak penj