Share

5. Setuju

Miran langsung tersenyum bahagia, "Wah... Bagus dong, kalau ternyata kalian emang lagi pendekatan! Jadi artinya gak akan ada yang menolak perjodohan ini kan?" Ucapnya dengan wajah senang.

Mila menggelengkan kepalanya, "Saya gak setuju tante. Saya gak mau dijodohin sama kak Arshaka." Tolaknya.

Mama dan papanya Mila langsung menoleh ke arah anaknya dengan wajah kebingungan dan bertanya-tanya apa yang terjadi tiba-tiba hingga Mila menolak?

"Mil.. bicara dulu sama mama yuk." Ajak mamanya.

Mila dan mamanya kemudian berdiri dan menjauh dari meja mereka. Keduanya berdiri di sudut ruangan, menjauh dari semua orang dan pengunjung yang ada disana.

"Kenapa kamu gak mau dijodohin sama dia, Mil?" Tanya mamanya.

Mila menghela nafasnya, "Dia cowok gak bener mah. Urakan, berandalan, suka ngerokok, suka bolos sekolah, suka berantem dan suka gonta ganti perempuan. Mama gak lihat bekas luka lebam di wajahnya?" Tanya Mila.

Mustika terdiam sejenak dan mengingat-ingat, "Iya, mama ingat ada luka lebam di wajahnya."

"Tapi katanya kalian lagi pdkt. Kenapa kamu mau pdkt sama dia kalau sudah tau dia anak berandalan, Mil?" Tanya mamanya bingung.

Mila menghela nafasnya panjang dengan wajah yang menahan kesal, "Mama percaya sama perkataannya dia? Mila sama sekali gak pernah pdkt-an sama kak Arshaka. Bahkan Mila sendiri baru sekali ketemu dan ngobrol langsung sama dia." Jelasnya.

Mustika menunduk dengan wajah yang merasa bersalah, "Maaf mama bukan ngga percaya sama kamu sayang. Mama tadinya bingung aja tapi mama lebih percaya sama penjelasan kamu."

"Jadi mama tanya sekali lagi, kamu benar-benar ngga mau menikah sama dia, Mil?" Tanya mamanya.

Mila melirik ke arah meja dan bertukar tatap dengan Arshaka yang juga sedang menatap dirinya disana. Setelah itu, ia beralih menatap papanya sendiri yang terlihat sangat berusaha membuat orang tua Arshaka nyaman, bahkan sampai menuangkan teh ke gelas papanya Arshaka dengan senang hati.

Ia balik menatap mamanya lagi, "Ma... Apa memang cuma ini caranya?" Tanyanya.

"Hmmm?"

Mila menunduk dengan kedua matanya yang berkaca-kaca, nafasnya terasa sedikit sesak karena menahan tangisannya sendiri.

"Cara untuk kembaliin semuanya seperti semula. Keseluruhan hutang dan perusahaan papa." Jelasnya.

Mustika menghela nafasnya, "Sejauh ini, hanya ada beberapa kolega papa yang mau membantu dan jumlahnya bahkan tidak sampai setengah dari yang harus papa bayar. 90 persen orang yang bekerja sama papa kamu, semuanya berbalik badan disituasi sekarang, Mil. Gak ada satu orang pun yang mau berurusan sama papa." Jelasnya.

"Mama gak bisa bilang ini cara satu-satunya tapi untuk saat ini, hanya ini solusi terbaik yang kita punya." Lanjutnya.

Mustika memeluk Mila dengan erat dan mengelus punggungnya berulang kali, "Maafin mama dan papa ya sayang. Kamu boleh menolak perjodohan ini kalau memang kamu enggak mau. Mama gak akan maksa kamu sama sekali." Ucapnya yang membuat Mila langsung menatap mamanya dengan wajah sedihnya.

"Udah jangan sedih, jangan nangis. Malu dilihat sama keluarga mereka." Kata Mustika sambil menghapus jejak air mata di wajah Mila.

"Kita balik kesana, yuk?" Ajaknya dan diangguki oleh Mila.

Mila dan mamanya kembali lagi ke meja, duduk bersama dengan yang lainnya dan mulai menikmati sajian makan malam mereka selama beberapa saat.

Saat sudah selesai makan, barulah pembicaraan mereka lanjutkan kembali. Sukma meletakkan sendok dan garpunya diatas piring sebagai tanda makan malamnya sudah selesai, begitupula dengan yang lainnya.

Sedangkan Mila hanya makan sedikit saja, terlihat dari makanan di piringnya yang masih tersisa bahkan ada yang belum tersentuh sama sekali. Hal itu tak luput dari penglihatan Arshaka yang terus memperhatikan gerak-gerik Mila sejak tadi.

"Jadi bagaimana? Kapan acara pernikahan keduanya bisa dilaksanakan?" Tanya

"Papa beneran mau nikahin aku? Aku masih sekolah loh pah?" Tanya Arshaka pada papanya.

Tapi Sukma hanya bersikap tenang, seperti merasa bahwa itu hal yang mudah untuk diatasi dan nggak akan ada masalah sama sekali.

"Tidak masalah, lagipula kamu juga sebentar lagi lulus. Kamu bisa langsung kuliah sekaligus kerja di perusahaan papa. Apa yang kamu khawatirkan?" Tanya papanya.

"Iyakan pak?" Tanya Sukma pada Yusuf.

Yusuf tertawa pelan, "Iya betul itu Arshaka. Kamu gak perlu khawatir apapun, gak akan ada masalah."

"Gimana mau ada masalah, itu kan sekolah milik papa." Gumam Arshaka pelan.

Jadi hal yang membuat Arshaka santai dan tetap tenang walaupun membuat masalah setiap harinya adalah karena sekolah itu milik keluarganya sendiri

Guru cuma berani buat kasih hukuman kecil ke Arshaka sebagai formalitas saja. Tapi mana ada guru yang berani untuk menghukum berat Arshaka apapun yang dilakukannya. Gaji di sekolah mereka besar, tunjangannya bagus dan sekolahnya sangat menghargai guru-guru.

Jadi ada alasan walaupun mereka harus merasakan menghadapi Arshaka selama tiga tahun, tapi mereka semua tetap diam dan tutup mata.

"Okey, Arshaka gak masalah sama sekali kalau harus menikah. Tapi dia?" Tanyanya sambil menunjuk Mila dengan dagunya.

Miran langsung mengambil alih dengan menggenggam tangan Mila erat dan senyuman manisnya yang memabukkan.

"Mila.. kamu setujukan untuk menikah dengan Arshaka?" Tanyanya.

Mila terdiam sejenak, sejak tadi ia masih terus memikirkan hal ini. Memikirkan apakah ia harus menerima semuanya atau tidak, memikirkan keputusan yang tepat untuk kedepannya.

"Milaa.." panggil Miran lagi.

Yusuf dan juga Mustika sudah deg-degan dengan dua perasaan yang berbeda. Yusuf yang takut kalau anaknya akan menolak perjodohan ini sedangkan Mustika takut kalau Mila mengambil keputusan bukan karena keinginannya sendiri.

"Mila..." Ucapnya pelan.

Ia mendongak dengan ekspresi yang sulit untuk digambarkan.

"Mila setuju dan menerima perjodohan ini. Silahkan dipersiapkan secepatnya, om dan tante." Jawabnya pelan.

Senyuman merekah langsung terbit diwajah Sukma dan juga istrinya, begitupula dengan Yusuf yang tersenyum tipis menyiratkan kelegaan dan kebahagiaan dihatinya.

Hanya Mustika yang tetap memasang wajah datar namun tangannya terulur untuk menggenggam tangan Mila yang ada dibawah meja.

"Alhamdulillah. Kalau begitu gak ada yang perlu dikhawatirin lagi, pernikahannya bisa langsung kita laksanakan setelah ini." Ucap Sukma.

Yusuf tersenyum senang, "Lalu kapan mereka akan menikah? Kalau menurut saya sebagai papanya Mila, pernikahan ini lebih bagus kalau bisa dilaksanakan secepat mungkin." Tanyanya.

Semua orang tampak berpikir untuk mencari tanggal yang tepat untuk menikahkan keduanya kecuali Mila dan Arshaka yang hanya duduk diam tanpa tertarik sama sekali dengan perbincangan disekelilingnya.

"Bagaimana kalau dua bulan lagi?" Tanya Miran.

Sukma langsung menggelengkan kepalanya dengan wajah cemberut yang mengisyaratkan dengan jelas ketidaksetujuannya.

"Jangan dua bulan, terlalu lama." Ucapnya.

Mila menghela nafasnya pelan, 'Padahal dua bulan udah bagus. Untuk apa gue nikah secepat ini? Emangnya hutang papa baru lunas kalau pesta pernikahannya sudah dilaksanakan?' batinnya bertanya-tanya.

"Bagaimana kalau dua minggu lagi saja?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status