Share

4. Pertemuan Keluarga

"Nanti malam kita akan makan malam bersama dengan keluarga mereka, keluarga Hardinata." Ucap Yusuf ketika anaknya turun dari tangga.

Mila yang baru saja menapakkan kakinya di tangga terakhir langsung menoleh dengan wajah datarnya, wajah yang menyiratkan ketidaksukaan dan ketidakinginan.

Tanpa mengatakan apapun, Mila langsung melenggang pergi melewati kedua orang tuanya yang hendak sarapan.

Ia berjalan dengan langkah yang ia hentak-hentakkan kuat menuju ke depan. Di depan gerbang rumahnya, sudah ada gojek yang menunggu dirinya. Gojek yang ia pesan saat masih di dalam kamar.

"Milaa.." panggil mamanya dari dalam rumah.

Mila menoleh namun ia hanya diam saja menunggu mamanya yang setengah berlari menghampirinya. Membawakan sebuah bekal makanan ditangannya.

"Mama tau kamu pasti gak mau sarapan bareng mama dan papa pagi ini. Jadi mama siapin bekal untuk kamu, dimakan ya sayang." Ucap mamanya.

Mila hanya diam dan menerima totebag berisikan bekal dari mamanya. Tidak mengucapkan apapun, benar-benar diam saja.

"Mil, mama tau kamu marah sama mama dan papa. Tapi mama minta kamu untuk pikirkan lagi posisi kita nak." Ucap mamanya.

Mila menghela nafasnya berat, "Jangan minta Mila untuk ngertiin kondisi mama dan papa." Ucapnya.

Setelah mengatakan itu, Mila langsung melenggang pergi meninggalkan mamanya yang masih berada di depan rumah dengan pandangan murung.

******

Malam itu tiba, dan sesuai kesepakatan bersama antara kedua keluarga yang disampaikan oleh papa Mila pagi harinya, mereka bertiga kini sudah berada di salah satu restoran. Ketiganya tiba lebih awal, dan kini menanti kedatangan keluarga Hadinata beserta anak mereka di ruang makan yang telah disediakan.

Sejak awal, Mila hanya duduk diam di antara kedua orang tuanya, wajahnya tampak bengong, dan matanya menatap lurus ke arah orang-orang yang berjalan melintas di hadapannya. Sambil memainkan sedikit sisi kerah bajunya, Mila mencoba untuk menarik napas dalam-dalam, merasa sedikit cemas menanti pertemuan ini. Namun, di luar penampilannya yang tenang, hatinya sebenarnya berdebar keras. "Laki-laki seperti apa yang bakal dinikahkan denganku?" gumam Mila dalam hati.

Malam ini Mila mengenakan sebuah dress pendek selutut berwarna hitam yang kontras dengan kulit putihnya. Dia menggerai rambutnya sendiri yang panjangnya hanya sedada. Wajahnya pun hanya di rias tipis bahkan hampir tidak terlihat kalau Mila mengenakan riasan di wajah cantiknya.

'Kalau bukan karna dipaksa mama, gue gak bakalan mau dandan cantik ke acara pertemuan keluarga ini.' Batin Mila.

Mila melirik ke arah mamanya, "Jangan bilang dia udah tua dan nggak laku-laku makanya mau dijodohin sama Mila?" Tanyanya dengan suara berbisik.

Mustika langsung menggelengkan kepalanya, mana mungkin.. ia juga sudah melihat anak yang akan dijodohkan dengan Mila sebelum pertemuan ini.

"Enggak, Mil. Mama udah lihat, anaknya ganteng dan baik. Dia juga satu sekolah sama kamu." Ungkap mamanya.

Mila menoleh dengan wajah kaget, kedua matanya membelalak dan mengerjap beberapa kali. Satu sekolah dengannya, artinya sadar atau tidak sadar pasti Mila kenal dengan laki-laki yang akan dijodohkan dengan dirinya kan? Atau minimalnya, ia pasti pernah mendengar nama laki-laki itu sekali saja.

"Satu sekolah? Masih sekolah kayak Mila? Terus kenapa dijodohin? Kenapa mau dinikahin kalau dia juga masih sekolah?" Tanya Mila bingung.

"Mama sama papa juga gak tau, Mil. Tapi mama yakin dia bakal cocok sama kamu." Ucap mamanya.

Mila menghela nafasnya panjang yang disadari oleh kedua orang tuanya. Cukup lama mereka menunggu disana, sekitar 30 menit hingga akhirnya sosok yang ditungggu-tunggu kelihatan juga.

Sukma Hadinata dan juga istrinya Miran Hadinata datang dengan senyuman merekahnya menghampiri ketiganya. Sontak mama dan papanya Mila langsung berdiri dengan senyuman yang tak kalah lebarnya.

"Bangun, Mil." Pinta mamanya.

Mila bangkit dari duduknya dan berdiri disamping mamanya walaupun dengan langkah yang ogah-ogahan.

"Maaf ya pak, saya sama istri saya gak mengira jalanan akan macet sekali sampai telat datang kesini." Ucap Sukma.

Sukma menjabat tangan papa Mila sedangkan iMiran berjabatan tangan dengan mamanya Mila.

"Haha.. gak masalah sama sekali pak lagipula saya dan keluarga saya juga belum lama tiba disini." Ucap Yusuf.

"Pffftttt... Padahal udah 30 menit lebih duduk disini gak jelas." Gumam Mila pelan.

"Wah ibu Miran kan? Ternyata aslinya ibu cantik sekali ya." Puji Mustika saat melihat Miran untuk pertama kalinya.

Miran tersenyum dengan wajah yang tersipu malu karena mendengar penuturan dari calon besannya barusan.

"Ah tidak.. ibu lebih cantik lagi." Balas Miran.

Miran melirik ke arab Mila yang berdiri disamping mamanya dengan wajah datarnya, ia mendekat ke aran Mila dan menarik tangannya pelan untuk ia genggam.

"Kamu yang namanya Mila kan? Cantik sekali ya." Tanya Miran.

Mila tersenyum tipis dan langsung menarik tangannya sendiri, "Makasih tante." Ucapnya.

Mereka semua akhirnya duduk kembali dengan suasana yang jadi lebih hidup karena ada teman untuk bertukar cerita dan berbicara sekarang. Namun ada yang kurang menurut Mila.

"Katanya pertemuan keluarga, kalo cuma orang tua aja yang hadir, ngapain Mila ikut kesini?" Tanya Mila pada mamanya.

Mamanya langsung menoleh dan memyadari kalau yang duduk dihadapan mereka saat ini hanya ada Sukma dan juga istrinya, Miran. Ntah dimana anak yang katanya akan dinikahkan dengan Mila.

"Maaf pak, bu. Tapi apa anak ibu tidak ikut hadir diacara malam ini?" Tanya Mustika.

Miran langsung menggelengkan kepalanya, "Oh enggak kok! Dia tadi datang sama kami karena kalau dia pergi sendiri saya takutnya malah gak datang." Jawabnya.

Jawaban dari Miran tadi ngebuat satu alis Mila naik dan keningnya mengkerut dalam, jadi artinya bukan cuma dia aja yang gak mau dijodohin disini?

'Kalo dia mau dijodohin sama gue, gak mungkin mamanya takut dia gak datang kan?' batin Mila berpikir sendiri.

Mila mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis seakan menemukan secercah harapan untuk hidupnya sendiri.

'Kalo dia gak mau dijodohin juga, gue tinggal ajak dja buat tolak perjodohan ini dan perjodohan ini bakal dibatalin kan? ternyata gampang banget ya!' batinnya tertawa bahagia.

"Tadi sewaktu mau masuk kesini, dia izin dulu buat ke kamar mandi. Mungkin sebentar lagi dia datang." Jawab Miran.

Miran celingukan ke belakang, mencari kehadiran anaknya. Hingga akhirnya ia bisa melihat siluet tubuh anaknya yang tengah berjalan ke arah mereka dengan gaya santainya.

"Nah itu dia!"

Mila langsung mendongak dan menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Miran. Ia mengerutkan keningnya dalam dan mengerjapkan kedua matanya berulang kali untuk memastikan apa yang sedang ia lihat di depan sana.

'Wait.. ini gue salah liat bukan sih? dari gayanya yang urakan dan jalannya yang sok banget.. kenapa gue ngeliatnya mirip sama kak Ar-'

"KAK ARSHAKA?" Pekiknya kaget.

Mila langsung menutup mulutnya sendiri dengan wajah yang terkejut bukan main. Bahkan kedua orang tua mereka pun ikut menatap ke arah Mila dengan wajah penuh tanya.

Berbeda dengan Arshaka yang hanya berdiri diam sambil menatap Mila dengan tatapan dalam dan sebuah smirk yang muncul dibibirnya.

"Hai. Kita ketemu lagi." Sapa Arshaka.

Dengan santainya, Arshaka duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya yang artinya sekarang dia duduk berhadapan dengan Mila.

"Kalian udah kenal ya?" Tanya Mustika pada Arshaka.

Arshaka tersenyum, "Lebih dari sekedar kenal, tante."

"Hah? Kalian akrab, Ar?" Tanya mamanya yang juga kaget.

"Kalau orang yang lagi pdkt itu termasuk akrab nggak sih, ma?" Tanyanya yang langsung mendapatkan pelototan dari Mila.

'Sialan, siapa yang lagi pdkt sama kakak kelas urakan kayak dia?' batin Mila.

'Ternyata tanpa susah payah, gue udah bisa dapetin lo semudah ini.' batin Arshaka tersenyum miring.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status