Share

ARYA TERTANGKAP

Tidak lama kemudian muncullah pada air yang jernih wajah berbeda selain dirinya.

Benar, wajah itu tidak lain adalah rupa kakek yang muncul dalam mimpi Arya.

Karena ini merupakan hal yang terjadi pertama kali, Arya terperanjat kaget sampai jatuh ke belakang.

"Apa aku sedang berhalusinasi?" gumamnya dalam hati.

Sejak dia mengalami pertemuan dengan lelaki tua dalam mimpi, Arya merasa banyak terjadi keanehan.

Salah satunya adalah selalu mendengar suara yang bahkan wujudnya tidak ada.

Ditambah lagi, sekarang Arya melihat wajah lain yang terdapat pada dirinya.

"Dasar bocah!" 

Suara aneh itu muncul kembali, memecah lamunan Arya tentang serangkaian keanehan yang dia alami.

"Siapapun kau, pergilah!" gertak Arya merasa terganggu dengan kedatangan suara tersebut.

"HAHAHAHAHA."

Bukannya pergi, suara tersebut malah mengejek Arya dengan menertawakannya.

"Baiklah apa yang kau inginkan?" Arya memberanikan diri untuk menawarkan kesepakatan.

"Setelah aku penuhi, kau harus berjanji tidak akan menggangguku lagi," lanjutnya.

Lantas suara itu hilang, membuat Arya semakin kebingungan karenanya.

Andai Arya tahu, suara itu berasal dari energi seorang petapa yang terus memperhatikannya.

Mungkin dia tidak akan takut setengah mati, atau bahkan mau menjadikannya sebagai guru.

Akan tetapi, ini sudah menjadi bagian daripada jalan kehidupan yang sudah dibentangkan Jagad Dewa Batara.

Harus menderita sejak lahir, diasuh para binatang, sampai diperhatikan energi petapa yang telah lama mati.

"Akhirnya dia pergi," gerutu Arya sedikit kesal.

Kemudian Arya beranjak pergi dari pinggiran sungai. Perutnya yang lapar membuat dia harus mencari warung nasi.

"Mau kemana kau, gelandangan!" sergah seorang lelaki berkalung taring serigala. Melihat kepada ciri-cirinya, lelaki itu adalah Gandola si brandal setempat.

"Ma-maaf, sa-saya hanya mau lewat," jawab Arya terbata.

"Kalau begitu, berikan aku uangmu! Baru setelah itu kau bisa lewat!" ucap lelaki itu setengah membentak.

Sepertinya orang tersebut juga merupakan salah satu brandal, yang tentunya memiliki kemampuan bela diri.

"Aduh, ada-ada saja," gerutu Arya dalam hati.

"Mengapa nasibku selalu sial," imbuh dia.

Tiba-tiba lelaki brandal tersebut menarik pakaian Arya seraya membentak.

"Apa kau tuli? Atau sengaja berpura-pura tidak mendengarku?"

"Aku mendengarnya, tapi aku tidak memiliki apa yang Tuan mau," sanggah Arya.

"Sialan, kalau begitu terimalah pelajaran dariku ini!" Gandola mengarahkan kepalan tangannya ke arah perut Arya.

"HEUUUUU," lenguh Arya, mendapat pukulan keras.

Di saat perutnya tengah lapar, mendapat hantaman sepertu itu jelas membuat Arya terkapar.

Bukannya tidak berani melawan, hanya saja dia tahu gerombolan brandal tak mungkin dapat dikalahkan seorang diri.

"Bangun, lawan mereka!" 

Kembali suara aneh itu terdengar di telinga Arya, meminta dia untuk memberikan sebuah perlawanan.

"Kau mengejekku?" sergah Gandola melihat Arya yang celingukan ke kiri dan kanan.

"Apa dia tidak mendengarnya?" tanya Arya dalam hati.

"Bedebah!" umpat Gandola yang sudah habis batas kesabarannya.

Lantas dia melangkah mendekati Arya yang masih terbaring di tanah, bermaksud menambah penderitaan mangsa di hadapannya.

Dengan cepat Arya berdiri, sembari berbisik," bantu dulu saya, nanti kita bicara."

Arya kembali menawarkan sebuah kesepakatan, dengan syarat suara misterius itu bisa membantunya.

"Dengan senang hati," balas suara tersebut.

Mata para berandal melotot, melihat tubuh Arya bergetar seolah kerasukan setan.

"Ketua, apa dia kesurupan?" tanya salah seorang anak buah Gandola.

"Dasar bodoh! dia sedang mencoba menakuti kita!" timpal Gandola.

Kemudian Gandola menyuruh beberapa anak buahnya untuk menangkap Arya.

"Tangkap dia!" 

"Baik, Bos."

Serempak sekitar 5 orang mendekati tubuh Arya yang masih bergetar. Mereka bermaksud memeganginya sesuai perintah Gandola.

"Jangan lupa, ikat dia!" ujar Gandola memerintah pengikutnya.

Tanpa basa-basi, mereka berlima langsung memegangi pemuda sesuai dengan permintaan Gandola.

Satu diantaranya, mulai mengikat kaki dan tangan pemuda itu dengan sangat erat.

"Ketua, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" celetuk Pakel salah satu anggota brandal di bawah pimpinan Gandola.

"Hahaha, kita akan jual dia di pasar."

Kepuasan atas apa yang sudah dia lakukan, jelas terpancar di wajahnya.

Bagaimana tidak, anak muda berwajah tampan, sebentar lagi akan membuat dirinya kaya raya.

"Siapa yang akan kalian jual?" 

Semua terperangah membelalakan mata, tidak mengira pemuda yang sudah tidak berdaya masih bisa berbicara.

"Tentu saja, kau!" balas Gandola seraya menodongkan pedang miliknya tepat di pipi Arya.

"Sekalipun kau menolak, kau tidak bisa lolos dari kami," tambahnya.

Gandola masih terkekeh dengan ambisinya untuk menjadi kaya mendadak dalam waktu singkat.

Namun dirinya tidak menyadari, bahwa Arya mulai berhasil melepaskan ikatan di tangannya walau hanya sedikit demi sedikit.

"Hehehe," 

"Apa yang kau tertawakan manusia rendahan?" tanya Gandola.

Tanpa memberi kepastian, Arya justru kembali tertawa kecil seolah merencanakan sesuatu.

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status