Beranda / Urban / AWAN - THE NEXT SANJAYA / 5. RENCANA LICIK IBU TIRI

Share

5. RENCANA LICIK IBU TIRI

Penulis: sutan sati
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-25 19:42:28

Silvi masih uring-uringan di dalam kamarnya.

Setelah melampiaskan kekesalannya terhadap Awan, nyatanya itu tidak mengurangi emosinya sama sekali. Ia masih belum puas untuk menghukum Awan dan kalau bisa, ia berharap dapat mengusir Awan dari rumah ini.

Semua kebencian Silvi terhadap Awan, bermula dari penolakan Awan terhadap dirinya. 

Penolakan Awan sempat membuat rencana pernikahannya dengan Cipta Mahendra jadi tertunda. Semenjak itu, Silvi selalu memendam kebencian pada Awan. 

Ditambah, kenyataan bahwa Awan sebenarnya bukanlah anak biologis dari Cipta Mahendra, membuat Silvi semakin ingin untuk menyingkirkan Awan dan membuatnya bisa menguasai semua kekayaan Cipta Mahendra. 

Sekarang, setelah berhasil mengendalikan suaminya. Silvi bisa lebih leluasa menindas Awan. Hanya saja, sikap Awan yang tidak pernah membalas ataupun mengeluh, bukannya membuat Silvi senang, justru membuatnya malah semakin membenci Awan.

Saat Silvi sedang memikirkan cara lain untuk menyiksa Awan, Cipta Mahendra pulang dengan wajah kusut. Suaminya pulang lebih cepat dari biasanya. Namun, ketika melihat raut lelah suaminya, Silvi segera tahu jika sang suami sedang banyak masalah di perusahaannya.

Seminggu lagi adalah batas tenggat proyeknya. Sementara aliran dana perusahaan lagi tersendat dan membuat proyek yang sedang digarap oleh perusahaan Cipta terancam mangkrak. Jika itu sampai terjadi, perusahaannya bukan hanya akan rugi, tapi juga akan dipaksa untuk membayar kerugian klien mereka.

Jika sudah begitu, kerugiannya bukan lagi masalah modal semata. Tapi, juga akan berdampak pada citra perusahaannya.

Cipta Mahendra sudah berupaya mengajukan pinjaman ke beberapa Bank untuk mendapatkan kucuran dana. Hanya saja, beberapa pinjaman perusahaan yang sempat macet membuat pihak Bank tidak mau meminjamkan uang pada perusahaannya.

Melihat ekspresi suram sang suami, Silvi dengan cepat merubah penampilan dan raut wajahnya. Dengan sedikit rayuan dan tingkah manja-manja nakal yang selama ini menjadi senjata andalannya untuk menaklukan sang suami, membuat Cipta bisa melupakan masalahnya untuk sementara waktu. Tanpa diminta, Cipta sudah menceritakan sendiri semua masalahnya. 

Mendengar keluhan suaminya, Silvi seketika mendapatkan ide.

"Kenapa mas harus pusing memikirkannya. Aku punya solusi untuk masalah yang sedang mas hadapi."

"Pertanyaannya, mas mau tidak melakukannya?" Ujar Silvi dengan senyum yang dipenuhi oleh maksud tersembunyi.

"Maksudmu apa, sayang? Cepat katakan padaku! Aku sudah pusing memikirkan masalah ini seminggu ini. Proyeknya hampir jatuh tempo, jika sampai mangkrak, perusahaan akan mengalami kerugian yang sangat besar." Ucap Cipta Mahendra tidak berdaya.

Melihat respon suaminya, Silvi tahu jika rencananya pasti akan berhasil kali ini.

"Mas, bukankah kamu hanya kekurangan uang sepuluh milyar untuk suntikan dana proyek?"

"Ya, apa kamu tahu darimana aku bisa mendapatkannya?" Tanya Cipta berharap.

Cipat berpikir, jika istrinya memiliki banyak relasi dan siapa tahu, ia bisa memanfaatkan relasi istrinya itu sebagai penyuntik modal sementaranya.

Silvi tersenyum licik dan berkata, "Jual saja rumah ini, mas!"

Mendengar usulan istrinya, kening Cipta berkerut tajam. Ada sedikit keengganan dalam dirinya dan Silvi sangat paham apa alasan yang membuat suaminya enggan untuk menjual rumah yang sedang mereka tempati sekarang.

"Mas, rumah ini bernilai empat puluh milyar lebih. Kamu bisa menutup kekurangan modal untuk proyekmu. Sementara sisanya, kita bisa menggunakannya untuk membeli rumah lain yang sama mewahnya dengan rumah ini. Ya, meski rumahnya sedikit lebih jauh dari pusat kota."

Sekilas, rencana Silvi terkesan sangat masuk akal dan bijak. Bagaimanapun, mereka tidak akan kehilangan rumah dan hanya memindahkannya ke lokasi yang agak jauh dari pusat kota, namun dengan nilai yang sama. Hanya saja, rumah yang mereka tempati sekarang atas nama mendiang istrinya Cipta. 

Dengan sedikit rayuan maut, Silvi berhasil membuat pendirian Cipta goyah.

"Tapi..."

"Kamu pasti memikirkan Awan, 'kan?"

Sebelum Cipta sempat melanjutkan ucapannya, Silvi seakan sudah bisa menebak isi pikiran suaminya itu. Rumah ini dibeli Cipta atas nama mendiang istrinya. Otomatis, Awan adalah ahli warisnya dan memiliki hak atas rumah ini. Karena Silvi ingin menyingkirkan Awan dan menguasai sepenuhnya harta suaminya, ia berpikir untuk memulainya dari rumah ini. Dengan begitu, ia pasti bisa mengusir Awan dari kehidupan mereka.

"Tenang saja, aku akan meyakinkan Awan agar bersedia menjual rumah ini."

"Dia pasti tidak akan menolaknya. Bagaimanapun, dia berhutang budi padamu, mas. Jadi, dia harusnya tau diri dan membalas semua kebaikanmu."

Silvi begitu pandai mempengaruhi dan meyakinkan suaminya. Sehingga, bukan hanya suaminya terbujuk dengan rayuannya, Silvi juga berhasil meyakinkan Cipta jika tindakan yang mereka lakukan adalah pilihan yang benar. 

"Apa Awan mau melepas rumah ini begitu saja? Bagaimanapun, rumah ini menyimpan banyak kenangannya bersama mendiang ibunya. Anak itu begitu menyayangi ibunya."

"Mas jangan khawatirkan hal itu. Kita akan mengajak Awan tinggal di rumah baru kita nanti. Itupun kalau dia mau!" Ujar Silvi dengan santainya.

Tapi, itu hanya sekedar ucapan pemanis belaka. Jika pilihan seperti itu ada, Silvi pasti tidak akan membiarkan Awan tinggal bersama mereka. Karena tujuannya adalah mengusir Awan dalam kehidupan mereka dan menguasai seluruh harta Cipta Mahendra.

Jadi, alasan menjual rumah ini sebenarnya untuk mengusir Awan dari kehidupan mereka. Dengan begitu, tidak akan ada lagi penghalang darei rencana jangka panjang Silvi ke depannya.

"Baiklah, semuanya aku serahkan padamu!" Ujar Cipta menyetujui rencana istrinya.

"Hehehe, tunggu di sini dan percayakan padaku!" Balas Silvi dengan senyum penuh kemenangan.

Di sisi lain, Awan masih sibuk mengepel lantai rumah dan tidak mengetahui apa yang sedang direncanakan oleh ibu tirinya.

DI dekatnya, beberapa pembantu tampak prihatin melihat majikan muda mereka harus mengepel lantai seperti ini. Mereka ingin membantu Awan, tapi ditolak oleh Awan sendiri.

Awan tidak ingin kejadian bulan sebelumnya terulang. Di mana saat itu, pembantu yang coba membantu Awan sampai dimarahi habis-habisan oleh ibu tirinya. Tidak hanya itu, gaji bulanan mereka juga dipotong secara sepihak oleh ibu tirinya.

Awan menghargai perhatian mereka. Hanya saja, ia tidak ingin mereka kena hukuman yang sama atau mungkin yang lebih berat dari ibu tirinya.

Saat Awan sedang fokus membersihkan lantai, Silvi tiba-tiba datang menghampirinya.

Sejenak, Awan mengira jika Silvi akan memarahinya kembali atau mungkin akan menambah pekerjaannya.

"Awan, kamu tidak usah mengerjakan pekerjaan ini. Serahkan saja pada pembantu!"

"Kamu pasti capek, 'kan? Seharian belajar. Apa kamu sudah makan? Nanti biar mama suruh bi Narti buat masakin makanan kesukaan kamu." Ucap Silvi dengan lembut, layaknya seorang ibu. Sangat jauh dari kesan ibu tiri kejam yang melekat dalam diri Silvi selama ini.

Awan yang sudah menyiapkan mental untuk kena marah, jadi bengong.

Apa dia masih ibu tirinya? Pikir Awan saking bingungnya.

Tidak hanya Awan, para pembantu yang berada tidak jauh dari Awan juga dibuat bingung dengan perubahan sikap Silvi yang begitu tiba-tiba.

Mereka sempat mengira, jika yang biocara barusan bukan Silvi, tapi orang lain.

"Eh?"

Awan bahkan tidak tahu harus berkata apa.

Lebih lanjut, Silvi bahkan menarik tangan Awan lembut. 

"Sini, ikut ibu sebentar. Ada yang mau ibu bicarakan dengan kamu."

Melihat sikap Silvi yang berubah lembut, Awan seharusnya merasa senang. Tapi, tidak!

Kenyataannya, Awan justru merasakan perasaan tidak enak. Ia menebak, perubahan sikap ibu tirinya itu pasti ada maksud terselubung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Cinta Terlarang
dasar manusia licik,,kasian awan
goodnovel comment avatar
puipui575
akhirnya update disini juga. semangat terus bang.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   202. BOS GILA

    "Jadi, aku bosnya? Pemilik saham mayoritas dan nama perusahaan baru kita PT ADN, pasti inisial nama kita juga, 'kan?" Tanya Awan sambil menggoda Nadya yang sedang sibuk mendandaninya.Karena ini adalah rapat perdana yang melibatkan kekasihnya, Nadya ingin kekasihnya itu tampil dengan optimal. Namun, saat itu penampilan Awan justru tidak mencerminkan seorang eksekutif sama sekali. Karena itu, Nadya langsung Awan ke salah satu ruangan yang sudah dipersiapkan Nadya sejak lama.Itu adalah ruangan presiden direktur yang telah disiapkan Nadya untuk Awan.Selain ruang ekslusif dengan dekorasi dan interior modern, di dalamnya juga terdapat kamar khusus untuk beristirahat. Nadya bahkan juga sudah menyiapkan cukup banyak pakaian pria dan semuanya terlihat pas dengan tubuh Awan.Sepertinya, Nadya sudah hapal dengan baik ukuran tubuh Awan. Karena semua ukuran pakaian yang ada di dalam lemari memiliki ukuran yang sama.Sambil tersenyum merapikan dasi dan

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   201. PAHLAWAN KESIANGAN

    "Nad, eh, maksudku Bu Nadya, anda tidak apa-apa, 'kan?” Tanya seorang pria usia tiga puluhan mengenakan setelan rapi bak seorang eksekutif menerobos masuk tidak lama setelah kepergian Dian dan yang lainnya. Dibelakangnya disusul oleh beberapa eksekutif perusahaan.Sama seperti pria yang pertama masuk, mereka semua mengkhawatirkan keselamatan Nadya akibat penyerangan sebelumnya.Ternyata, selain petugas keamanan dilumpuhkan, para eksekutif perusahaan dan karyawan yang berada di lantai atas, disekap dalam ruangan masing-masing dan tidak diperbolehkan keluar oleh belasan anggota geng.Beberapa menit yang lalu, tidak lama setelah Awan melumpuhkan para penyerang, petugas keamanan perusahaan berhasil mengendalikan situasi. Orang-orang ini baru berhasil keluar dan langsung menuju ke ruangan Nadya mengira jika para penjahat tersebut menargetkan Nadya.Namun, di antara semua orang, pria yang masuk pertama kali terlihat mencolok karena perhatiannya yang seperti sengaja ditunjukkan secara terang

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   200. MASALAH YANG DIHADAPI PERUSAHAAN

    "Adikku, kamu beruntung sekali dapat lencana dari jenderal besar Saka. Dengan kencana itu kamu bisa balapan di tengah kota tanpa perlu khawatir ada polisi yang berani menangkapmu." Ujar Sigit sambil tertawa."Nyiut!""Aw-aw, sakit istriku!"Tidak sampai sedetik Sigit tertawa, pinggangnya langsung terasa perih akibat cubikan sang istri yang menatapnya melotot, "Kamu itu mengajari adikmu yang tidak baik. Apa kamu tidak lihat! Di sini juga ada putri kita, bagaimana kalau dia juga mencobanya saat sudah bisa mengendumibil nanti?""Hahaha, maaf-maaf, aku hanya bercanda sayang!" Ujar Sigit meringis sambil mengelus lembut tangan istrinya agar dilepaskan.Awan dan yang lainnya ikut tertawa melihat bagaimana 'pertengkaran' romantis sepasang suami-istri tersebut.Sigit dan keluarganya masih tinggal bersama Dian Saka yang meminta ijin keluarganya untuk tinggal lebih lama di sana.Selain candaan tersebut, ternyata tujuan Sigit lainnya yaitu untuk membahas kesulitan perusahaan Awan.Setelah berbinc

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   199. KEJUTAN TIDAK TERDUGA

    "Ehm, ehmn!" Tuan besar Saka berdehem dua kalian dan sekaligus menyadarkan semua orang dari kondisi canggung yang sedang terjadi.Terutama, cucu perempuannya yang bertindak sangat nekad dengan memeluk Awan di hadapan semua orang.Meskipun Awan adalah pemuda yang sangat menjanjikan dengan segudang bakat yang sulit dicari duanya. Namun, bukan berarti cucunya dapat memeluknya begitu saja. Apalagi, ia memeluknya di depan semua orang dan terutama karena pemuda itu sendiri sudah memiliki kekasih yang saat ini berdiri tepat di samping mereka.'Situasi macam apa ini? Bahkan cucuku yang biasanya sangat tenang, sekarang justru mengambil inisiatif duluan untuk memeluk seorang pria asing?'Sebagai kakek yang melihat cucunya tumbuh sejak kecil, tuan besar Saka cukup mengenali bagaimana kepribadian cucunya tersebut. Sebagai bunga yang tumbuh dalam keluarga militer, Dian memiliki kepribadian yang keras dan disiplin. Alasan itu juga yang membuat lelaki manapun sulit untuk mendekatinya. Pernah ada se

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   198. JAY DIHUKUM

    Jay meringkuk ketakutan dan tidak berdaya saat ayahnya sendiri menamparnya berulangkali. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya, ayahnya menghajarnya seperti sekarang ini. Namun hari ini, ayahnya memukulnya seperti orang kesetanan dan itu semua disebabkan oleh satu orang, Awan.Meski begitu, Jay yang sedang kesakitan tidak sempat memikirkan bagaimana membalas Awan untuk sekarang. Karena ia harus meredakan amarah ayahnya terlebih dahulu.Tamparan ayahnya baru berhenti saat kakeknya memerintahkan ayahnya untuk berhenti. Itupun wajah Jay sudah membengkak dan darah keluar cukup banyak dari mulut dan hidungnya.Saat itu, Jay berpikir jika penderitaannya sudah berakhir. Tapi yang terjadi, itu justru awal dari penderitaan Jay yang sebenarnya.Saat tuan besar Harsya berkata, "Mulai hari ini, kamu akan dikirim ke Uganda selama lima tahun ke depan untuk merenungkan semua kesalahanmu. Selain itu, uang sakumu akan dipangkas sembilan puluh persen dan jika kamu masih belum berubah dan masih berkeing

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   197. KETEGASAN NADYA DAN JAY YANG PATAH HATI

    "Kamu tidak salah kan, Jok? Apa semua ini benar dilakukan oleh bos Awan seorang diri?" Tanya ketua tim keamanan perusahaan terperangah pada Joko, petugas keamanan yang sebelumnya diselamatkan Awan.Bagaimana tidak? Saat ini ada belasan tim keamanan bersenjatakan lengkap dan tujuan mereka tentu saja untuk siap tempur menghadapi semua penyerang yang telah melumpuhkan mereka sebelumnya. Namun, jangankan bertarung, mereka justru hanya menemukan puluhan anggota geng yang sudah terbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka.Namun, yang lebih terkejut justru adalah Joko dan seorang rekannya.Karena baru seperempat jam berlalu sejak Awan pergi dari pos jaga setelah menyelamatkan mereka dan ia sudah berhasil melumpuhkan semua penjahat yang menyerang perusahaan mereka. Joko dan kawan-kawannya bahkan tidak memiliki kesempatan untuk unjuk gigi.'Apa ini yang dimaksud bos waktu itu?' Bathin Joko antara percaya tidak percaya.Joko teringat ucapan Awan terakhir, "...kalian ku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status