Hamum memeluk Rara penuh dengan kegirangan dan kebahagiaan. pasalnya, hari ini dia sudah pakai toga tanda kelulusan. "Bunda, Kakak senang banget, Bun. Alhamdulillah, Kakak sudah lulus.""Iya, Kak. Bunda turut senang, selamat ya untuk anak, Bunda. Alhamdulillah, Bunda bangga sekali sama, Kakak karena Kakak sudah lulus melewati ujian ini." Tutur Rara seraya kembali memeluk hamum.Wajah Hanum yang tadinya bahagia, Sesaat kemudia berubah sendu. Hamum melihat ke kiri dan ke kanan, dan mengedar pandangan kesemua arah. Hanum beraharap akan ada kejutan di hari yang spesial ini. tapi nyatanya tidak. Rara juga tengah menunggu orang yang sama yang dicari Hanum. "Mas, kamu bilang mau datang, mana? Andai kamu melihat, Hanum tenngah menunggumu di sini." Rara membatin.melihat orang-orang berfoto bersama dengan ayah, membuat hati Hanum berkedut nyeri. "Pa, andai Papa datang? andai Papa ada di sini. "meskipun, Hamum belum secara langsung menghubungi Ridwan, tetap hati Hamum sudah memaafkan, Ridwan
Kalau memang masih ada rasa, kenapa tidak kembali lagi, Bun? biar kita menjadi keluarga yang utuh kembali." cicit Hamum lagi. deg! dada Rara berdebar hebat, hatiny mulai tidak karuan."Kak, tidak semudah itu untuk sebuah kata kembali, Kak.""Tapi seandainya, Papa meminta apa, Bunda akan menolak?""Kak, Kakak kenapa? kenapa dari tadi menanyakan masalah pernikahan melulu.""Jujur saja dari, Kakak, Bun. Kakak ingin Bunda bersatu kembali sama, Papa. kita jadi satu keluarga utuh lagi. Kakak sayang bangat sama kalian berdua, Bun.""Kakak ngaco kalo ngomong. Sudah lah, Kak. Bunda mau mandi dulu.""Tapi bunda masih ada rasakan sama, Papa." Rara hanya menoleh sesaat lalu kembali masuk ke dalam. sambil mandi Rara terus kepikiran dengan ucapa Hanum anaknya. Rara sendiri menanyakan itu pada pantulan bayangannya di kaca kamar mandi. "Apa benar aku masih mencintai, Mas Ridwan? apa benar selama ini aku seperti mati rassa pada lawan jenisku? tapi kenapa? kenapa disaat dekat dengannya seperti
Ke esokan harinya, Rara dan Hanum pergi ketempat Ridwan berada. "Kak, Kakak mau nyekar ke makam, Oma Dulu apa ke rumah Papa, Dulu?""Kita nyekar dulu, Bun. habis itu baru ke rumah, Papa.""Baik, Kak." Rara melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang agar segera sampai di sana. "Eh, tapi, Bun. nggak usah nyekar dulu, Bun. kita kerumah, Papa dulu. Baru nanti habis itu kita nyekar ke makam, Oma." Rara menuruti semua apa maunya Hamum saja. yang terpenting bagi Rara saat ini Hamum jauh lebih bahagia dan sudah bisa legowo dengan keadaan apapun. Mobil yang membawa mereka sudah masuk ke gang rumah kontrakan Ridwan. Dari jauh tanpak orang-orang ramai di depan kontrakan itu. tak berselang lama dengan arah berlawan Muncul lah mobil Dimana tunangam Vina. di susul juga dengan kedatangan mobil Anton. "Itu kenapa rame-rame begitu, Kak ya? itu ada mobil Om anton sama Mobil Om Dimas juga." "Ada acara kali, Bun.""Kak. tapi itu ada bendera kuning juga di depan kontrakan, Kak,""Ayok kita turun,
Video acara tujuh bulanan di rumah mertua di WA story ipar. (1) "Selamat tujuh bulanan Iparku. Semoga, sehat-sehat sampai lahiran, ya!" begitu lah bunyian status yang tertulis di video story WA Vina. video yang hanya 15 detik itu menunjukkan sebuah rangkaian acara tujuh bulanan yang diselenggarakan di rumah mertuanya Rara. Di story slide kedua, masih tentang hal yang sama dan membuat Rara semakin penasaran. "Alhamdulillah semua acara berjalan lancar dan khidmat, udah nggak sabar nunggu ponakan cowok launching dua bulan lagi." Caption di foto story WA Vina, dan foto itu terlihat seorang perempuan sedang memegang perut buncitnya dengan gaya tangan dibentuk love, memakai kebaya berwarna dusty pink. Namun ada yang membuat Rara bertanya-tanya tentang foto itu. Di Foto itu bukan hanya tangan si perempuannya yang memegang perut itu, ada tangan laki-laki juga yang saling berdampingan, dan ditangan itu terlihat cincin di jari manisnya yang sama persis dengan cincin yang Rara pakai, mungki
Rara dan Ridwan menikah saat mereka dulu sama-sama kerja menjadi karyawan di sebuah perusahaan swasta. Mereka sama-sama diposisikan di bagian staf kala itu.Satu tahun masa perkenalan Rara dan Ridwan, Ridwan meminta Rara untuk menjadi istrinya. Cinta yang memang tumbuh seiring berjalannya waktu perkenalan mereka membuat Rara tak bisa untuk menolak. Ridwan pria yang baik, santun, penyayang, penuh dengan kelembutan dan juga tampan. Yang lebih membuat Rara jatuh hati, Ridwan pria yang sholeh, Ridwan adalah sosok pria yang bertanggung jawab, dan sangat menyayangi keluarganya. Terutama Ibunya. Setelah resmi menikah, Rara memilih resign atas permintaan Ridwan. Ridwan meminta Rara hanya fokus di rumah mengurus rumah tangganya bersama Ridwan. Satu tahun usia pernikahan mereka, Ridwan pun di PHK. Perusahaan tempat Ridwan bekerja mengalami kekurangan suntikkan dana. Salah satu cara agar perusahaan itu tetap berjalan, adalah dengan mengurangi karyawan. Ridwan salah satu karyawan dari jumla
Hari ini Rara ingin berkunjung ke rumah mertuanya, sekaligus ingin berkunjung ke butik. Kebetulan juga ini hari sabtu jadi Rara ingin sekalian weekend bersama Ridwan dan juga Hanun. Hampir enam bulan Rara tak berkunjung ke rumah mertuanya dan juga ke butik. Karena kesibukan di rumah yang kebetulan juga kantornya berdekatan dengan rumah membuat Rara tak punya banyak waktu untuk bersilaturahmi ke rumah mertua. Namun, meskipun Rara jarang punya waktu berkunjung, tapi Rara tidak pernah lupa kewajiban sebagai anak mantu untuk selalu mengirim uang jatah bulanan untuk Mama mertuanya. Bagaimanapun juga, Ridwan juga fokus ke usaha yang dibangun Rara dari nol. Penghasilan mereka semua bersih dari usaha clothing yang diberi brand Hamun Collection saat ini. Untuk butik yang memang berada di kawasan dekat dengan tempat tinggal Mama mertua, selama ini juga di bawah pengawasan suaminya. Sementara Rara hanya menerima laporan setiap bulannya. Begitulah cara kerja mereka, agar usaha itu tetap berja
"Kakak udah siap?" tanya Rara pada gadis remajanya yang sekarang sedang berada di daun pintu kamar. "Sudah Bun, ini tinggal berangkat." Jawab Hanum sambil memutar-mutarkan tubuhnya. Rara hanya hanya tersenyum melihat tingkah anak gadisnya. Anak gadis tetapi rasa teman. "Bunda juga sudah siap kok, yuk!" ajak Rara. Mereka berdua pergi menuju ke mobil dan melajukan perjalanan ke rumah Omanya Hanum. Di tengah perjalanan mereka terlibat obrolan-obrolan ringan antara Bunda dan anak. Rara menanyakan bagaimana di sekolahan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Hingga perjalanan mereka terasa begitu asyik. "Kita mampir dulu beli kado ya Kak, buat Tante Dwi sama Om Dito." Ujar Rara saat mereka sampai di depan toko perlengkapan bayi. "Kado apa Bun? Kok toko perlengkapan bayi? emangnya Tante Dwi dan Om Dito kenapa, Bun? Kok kita beli kado segala." Tanya Hanum penasaran. Rara yang hendak turun dari mobil akhirnya urung, Rara menoleh ke Hanum dan memberitahukan semuanya. "Tante Dwi lagi hami
Rara,Vina, Rista Mama mertua sudah berkumpul di ruang keluarga. Sementara Hanum minta untuk ke kamar Vina terlebih dahulu yang berada di depan ruang tamu. Meskipun bingung Hanum tetap mengikuti perintah Bundanya. Hanum tau ada hal yang belum boleh didengar tentang obrolan di luar sana. Meskipun hanun merasa Bundanya menutupi sesuatu, tetapi Hanum mencoba menepis semuanya jika itu baik-baik saja. Tidak ada yang harus Hanum khawatirkan. Hanum sudah tumbuh remaja, Hanum sedang berada di fase puber pertamanya saat ini. Hanum sering menceritakan pada Bundanya bahwa dia sudah mulai punya ketertarikan dengan lawan jenisnya. Sebagai orang tua yang welcome untuk anak semata wayang, bagaimana Rara memberitahu untuk mengontrol pergaulan anaknya agar tidak salah berteman dan bergaul. Ada batasan-batasan yang harus dijaga sebagian perempuan. Apalagi di masa puber pertama. Rara dan Ridwan selalu membuka diri menjadi tempat ternyaman anaknya untuk bercerita. Apapun yang sedang dialami dan dir