Share

bab 2

Author: Mustika Ainel
last update Last Updated: 2022-06-20 02:46:31

Rara dan Ridwan menikah saat mereka dulu sama-sama kerja menjadi karyawan di sebuah perusahaan swasta. 

Mereka sama-sama diposisikan di bagian staf kala itu.

Satu tahun masa perkenalan Rara dan Ridwan, Ridwan meminta Rara untuk menjadi istrinya. Cinta yang memang tumbuh seiring berjalannya waktu perkenalan mereka membuat Rara tak bisa untuk menolak. Ridwan pria yang baik, santun, penyayang, penuh dengan kelembutan dan juga tampan. 

Yang lebih membuat Rara jatuh hati, Ridwan pria yang sholeh, Ridwan adalah sosok pria yang bertanggung jawab, dan sangat menyayangi keluarganya. Terutama Ibunya. 

Setelah resmi menikah, Rara memilih resign atas permintaan Ridwan. Ridwan meminta Rara hanya fokus di rumah mengurus rumah tangganya bersama Ridwan. 

Satu tahun  usia pernikahan mereka, Ridwan pun di PHK. Perusahaan tempat Ridwan bekerja mengalami kekurangan suntikkan dana. Salah satu cara agar perusahaan itu  tetap berjalan, adalah dengan mengurangi karyawan. Ridwan salah satu karyawan dari jumlah beberapa orang yang di rumahkan. 

Rara tetap dengan lapang dada menerima kenyataan itu, meskipun Rara harus memutar otak untuk ikut andil menafkahi rumah tangganya. Bagaimana tidak, seminggu sebelum Ridwan di PHK, Rara baru memberi kabar bahagia bahwa di rahimnya ada janin yg sedang tumbuh, penantian selama satu tahun membuat dia sangat bahagia begitu juga dengan Ridwan. 

Rumah kontrakan yang mereka huni hampir jatuh tempo, sementara uang tabungan selama ini sudah hampir menipis. Ridwan sudah mencoba mencari pekerjaan, namun tidak ada satupun yang diterima. Menjadi tukang ojek adalah jalan satu-satunya, asalkan pulang bisa bawa uang untuk Rara yang sedang hamil. 

"Mas, aku mau usaha boleh tidak?" pinta Rara pada Ridwan.

Rara membuka percakapan dengan Ridwan malam itu, dimana mereka sedang istirahat hendak tidur. 

Usia kandungan yang semakin hari semakin bertambah membuat Rara tidak bisa tinggal diam untuk tidak ikut andil dalam memikirkan biaya persalinan nantinya. 

"Mau usaha apa, Bunda? Kitakan nggak punya modal, Nda. Maaf ya, Mas masih belum dapat kerjaan hingga saat ini." 

"Nggak papa, Mas. Nggak usah pikirkan itu. Nama nya belum ada rejekinya. Kalau mas izinkan, aku mau jual cincin kawin kita Mas buat beli mesin jahit, aku mau buka usaha baju buatanku sendiri, Mas."

"Memangnya Bunda bisa jahit?" tanya Ridwan lagi. 

"Insya Allah bisa, Mas, sedikit-sedikit. Dulu belajar sama Mama sama Nenek, jadi bisalah." Rara menjawab penuh keyakinan. 

*** ***

Setelah cincin kawin itu itu dijual, Rara membeli mesin jahit satu, dan juga bahan-bahan untuk dasar pembuatan baju 

Pembuatan baju pertama Rara di pasarkan dari mulut ke mulut. Dari tetangga satu dan lainnya. Sampai merambat ke banyak masyarakat. Hingga dari menjahit Rara bisa  menabung untuk biaya persalinan buah hati nya. 

Asam pahit manisnya kehidupan mereka jalani di lima tahun pertama. Semua mereka lakoni untuk bertahan hidup. 

Tidak masalah bagi Rara, asalkan masih sama-sama saling menyayangi dan saling mengerti. Hidup tidak selalu tentang enaknya saja, pasti akan ada tidak enaknya juga. Yang terpenting, apapun itu harus selalu menjaga komunikasi dengan baik. 

Kelahiran Hanum membawa banyak perubahan dalam hidup Rara dan Ridwan. Hanum seperti malaikat penolong dalam hidup Rara dan Ridwan. Rezeki mereka semakin bertambah dengan hadirnya Hanum ke dunia. 

Hanum benar-benar anugerah yang dititipkan Tuhan pada Rara dan Ridwan yang tak ternilai harganya. 

Rezeki mereka terus mengalir dari arah yang tak pernah diduga-duga semenjak kehadiran Hanum, meskipun ujian demi ujian selalu ada dalam lima tahun pertama. 

Rara yang memang penyuka  fashion dan selalu modis kalau memadukan staylisnya, sehingga hasil rancangan jahitannya selalu banyak diminati oleh pelanggan Rara. Tidak hanya membuat pakaian untuk setelan sehari-hari, Rara juga menerima pembuatan baju dalam jumlah banyak, salah satunya, seragam untuk nikahan, seragam keluarga untuk hari-hari tertentu, kantoran, Ibu-Ibu PKK dll. 

Tahun ke tahun peminat dan pelanggan Rara bertambah, dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Design nya bagus, jahitan yang rapi membuat semua orang jatuh cinta pada rancangan Rara. 

Tahun kelima Rara mengrekrut 3 orang karyawan bagian jahit, semetara designernya masih dipegang oleh Rara sendiri, karena Rara selalu  mengikuti tren anak muda dan juga ibu-Ibu yang fashionable yang selalu update perkembangan. 

Tahun ke tahun nama Rara semakin besar di kota tempat mereka tinggal, 

Bahkan nama Rara juga sampai di beberapa kota di sekitarnya. 

Tahun ke 10, Rara mengeluarkan brand  sendiri yang di berikan nama 'Hanum collection'

Karena Rara merasa dengan hadirnya Hanum kehidupan rumah tangganya berubah 180%.

Dimulai dari rezeki, pelanggan dan kelancaran setiap urusan yang ingin Rara wujudkan. 

Rara punya rumah khusus  memproduksi sekaligus kantor produk-produk clothingnya. Rumah yang cukup besar sudah Rara dirikan hasil dari menjahitnya bertahun-tahun. 

Satu butik sudah Rara punya khusus menjual brand Hanum collection, dan juga Rara menjual brand import dari luar. 

Hanum tumbuh menjadi anak yang sangat manis, mempunyai fisik yang bagus, cantik dan tinggi. Sehingga Hanum sendiri yang menjadi model dari setiap brand dan model baru keluar. 

Setiap launching produk baru, pasti akan membuat orang jatuh hati, terlebih Hanum selalu cantik dalam memakai apapun berbentuk fashionnya. Meskipun Hanum baru tumbuh remaja, tapi dia mempunyai postur tubuh yang bagus, dan ideal. 

Rara pun begitu, berpenghasilan yang sudah cukup besar membuat Rara masih sangat muda dengan perawatan yang mahal pastinya. Namun sayang, Rara divonis tidak bisa lagi memiliki keturunan setelah lahirnya Hanum. Tepatnya, setelah Hanum berusia tiga tahun. 

Rahim Rara di angkat 3 tahun setelah melahirkan Hanum, karena adanya kanker di rahim Rara membuat  Rara tidak bisa lagi memiliki keturunan. 

Rara sempat frustasi kala itu, namun Ridwan dengan sabar menyemangati Rara. Rara sangat takut Ridwan kecewa jika nanti tak bisa lagi memberinya keturunan. 

Namun tidak bagi Ridwan, kehadiran Hanum sudah menjadi segala-galanya. Ridwan selalu mengatakan bahwa Rara dan Hanum adalah harta yang paling berharga dari apapun. 

"Kamu gak usah mikirnya yang aneh-aneh Bunda. Mas bersyukur kamu masih bisa diselamatkan, tidak penting bagi Mas anak laki-laki ataupun perempuan semua sama. Yang penting sekarang kita sudah punya Hanum. Itu udah cukup buat Mas." Ujar Ridwan kalau itu. 

Meskipun saat hadirnya Hanum Ridwan sempat mengutarakan ingin anak sepasang, ingin punya anak laki-laki biar nanti bisa bantuin Ridwan mengurus bisnis clothing yang sedang digeluti mereka saat ini. 

Tapi Ridwan harus berlapang dada demi keselamatan istrinya. Biarlah rahim Rara diangkat, yang penting Rara sehat dan selamat. 

Di tahun kesepuluh, mereka benar-benar berada di puncak kesuksesan. Bisnis yang ditekuni benar-benar membuahkan hasil. Dari banyaknya karyawan yang sudah Rara rekrut untuk menjadi team di bisnis clothingnya.

Bagian jahit Rara punya sepuluh tenaga kerja, bagian packing Rara punya sepuluh tenaga kerja, bagian antar paket ada lima orang laki-laki. Rara juga mengrekrut designer khusus untuk rancangan model-model sebanyak dua orang. Admin sebanyak empat orang. 

Dan karyawan butik dua orang. 

Hingga, saat ini sudah berjalan selama lima belas tahun bisnis yang Rara tekuni, semakin kesini bisnis ini semakin berkembang karena kegigihan Rara yang ingin sukses di atas kakinya sendiri tanpa bantuan orang lain. 

Seiring berkembangnya teknologi, sosial media menjadi tempat salah satu promosi brand-brand Rara tepatnya di lima tahun terakhir ini, semenjak resmi dikeluarkan beand Hanum Collection. Rara punya banyak pelanggan  hingga hampir seluruh kota. 

Agen-agen besar dan reseller Hanum collection pun menyebar di tiap daerah. 

Saat ini adminnya Eca sedang hamil besar, jadi sekarang Rara lah yang menghandle kerjaan nya sementara. Karena beberapa hari yang lalu eca izin untuk membuat acara tujuh bulanan. 

Eca yang sudah bekerja selama lima tahun sebagai admin di Hanum collection membuat Rara memberi banyak waktu untuknya mempersiapkan acara tujuh bulanan ya. 

Baiknya suami eca, masih mengijinkan Eca bekerja dalam keadaan hamil besar. 

Terlihat dari seringnya dia bekerja di antar jemput oleh suaminya. 

Kadang di saat banyaknya pembeli hingga lembur larut malam, suami Eca juga tidak keberatan mengijinkan Eca menginap di rumah Rara. 

Karena memang kantor sekaligus tempat produksi yang didirikan Rara bersebelahan dengan rumah yang Rara huni. 

Sehingga karyawan jika lembur dan terlalu larut diizinkan menginap di rumahnya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Retno Widahningsih
jangan" eca nie yg jadi madunya
goodnovel comment avatar
Sri Ningsih
jngn2 eca sang istri ke 2...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Akhir kisah

    Ke esokan harinya, Rara dan Hanum pergi ketempat Ridwan berada. "Kak, Kakak mau nyekar ke makam, Oma Dulu apa ke rumah Papa, Dulu?""Kita nyekar dulu, Bun. habis itu baru ke rumah, Papa.""Baik, Kak." Rara melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang agar segera sampai di sana. "Eh, tapi, Bun. nggak usah nyekar dulu, Bun. kita kerumah, Papa dulu. Baru nanti habis itu kita nyekar ke makam, Oma." Rara menuruti semua apa maunya Hamum saja. yang terpenting bagi Rara saat ini Hamum jauh lebih bahagia dan sudah bisa legowo dengan keadaan apapun. Mobil yang membawa mereka sudah masuk ke gang rumah kontrakan Ridwan. Dari jauh tanpak orang-orang ramai di depan kontrakan itu. tak berselang lama dengan arah berlawan Muncul lah mobil Dimana tunangam Vina. di susul juga dengan kedatangan mobil Anton. "Itu kenapa rame-rame begitu, Kak ya? itu ada mobil Om anton sama Mobil Om Dimas juga." "Ada acara kali, Bun.""Kak. tapi itu ada bendera kuning juga di depan kontrakan, Kak,""Ayok kita turun,

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Ingatan di masa lalu

    Kalau memang masih ada rasa, kenapa tidak kembali lagi, Bun? biar kita menjadi keluarga yang utuh kembali." cicit Hamum lagi. deg! dada Rara berdebar hebat, hatiny mulai tidak karuan."Kak, tidak semudah itu untuk sebuah kata kembali, Kak.""Tapi seandainya, Papa meminta apa, Bunda akan menolak?""Kak, Kakak kenapa? kenapa dari tadi menanyakan masalah pernikahan melulu.""Jujur saja dari, Kakak, Bun. Kakak ingin Bunda bersatu kembali sama, Papa. kita jadi satu keluarga utuh lagi. Kakak sayang bangat sama kalian berdua, Bun.""Kakak ngaco kalo ngomong. Sudah lah, Kak. Bunda mau mandi dulu.""Tapi bunda masih ada rasakan sama, Papa." Rara hanya menoleh sesaat lalu kembali masuk ke dalam. sambil mandi Rara terus kepikiran dengan ucapa Hanum anaknya. Rara sendiri menanyakan itu pada pantulan bayangannya di kaca kamar mandi. "Apa benar aku masih mencintai, Mas Ridwan? apa benar selama ini aku seperti mati rassa pada lawan jenisku? tapi kenapa? kenapa disaat dekat dengannya seperti

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   masih adakah untuk Papa, Bun?

    Hamum memeluk Rara penuh dengan kegirangan dan kebahagiaan. pasalnya, hari ini dia sudah pakai toga tanda kelulusan. "Bunda, Kakak senang banget, Bun. Alhamdulillah, Kakak sudah lulus.""Iya, Kak. Bunda turut senang, selamat ya untuk anak, Bunda. Alhamdulillah, Bunda bangga sekali sama, Kakak karena Kakak sudah lulus melewati ujian ini." Tutur Rara seraya kembali memeluk hamum.Wajah Hanum yang tadinya bahagia, Sesaat kemudia berubah sendu. Hamum melihat ke kiri dan ke kanan, dan mengedar pandangan kesemua arah. Hanum beraharap akan ada kejutan di hari yang spesial ini. tapi nyatanya tidak. Rara juga tengah menunggu orang yang sama yang dicari Hanum. "Mas, kamu bilang mau datang, mana? Andai kamu melihat, Hanum tenngah menunggumu di sini." Rara membatin.melihat orang-orang berfoto bersama dengan ayah, membuat hati Hanum berkedut nyeri. "Pa, andai Papa datang? andai Papa ada di sini. "meskipun, Hamum belum secara langsung menghubungi Ridwan, tetap hati Hamum sudah memaafkan, Ridwan

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Apa kamu sakit, Mas?

    Ridwan dan Rara sama-sama menoleh dan netra mereka bertemu. "Mas,""Ra," mereka kompak saling menyapa. Rara tersenyum begitu juga dengan Ridwan."Ini kejutan bagi, Mas, Ra. Mas nggak nyangka kamu akan datang.""Vina anak baik, Mas. dia datang ke rumah bersama calonnya mengundang secara langsung. Rasanya tidak pantas jika aku tidak datang. itu artinya aku masih dianggap keluarga oleh,Vina." Tutur Rara pelan. karena jarak mereka berdekatan. "Iya, Ra, kita masih keluarga, dan kamu hari ini cantik sekali… kamu sangat cantik." tentu itu hanya Ridwan ucapkan dalam hatinya. "Dua minggu lagi, Kakak wisuda, Mas.""Iya, Mas tau. Insya Allah, Mas akan usahakan datang." "ugh!" Ridwan meringis kesakitan. Perutnya tiba-tiba perih. Ridwan mencoba untuk tetap menahannya agar tidak ada yang tau kalau Dia tengah merasakan sakit yang luar biasa. "Mas, kamu kenapa?" Rara yang mendapati ridwan meringis menahan sakit. "Hm… nggak apa-apa, Ra.""Kamu pucat, Mas. Apa kamu sakit?""Nggak, Ra. Mas baik-ba

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   tunangan

    "Siapa yang datang kemari? apa ada uang mau bikin baju, lagi?"Dimas dan Vina keluar dari dalam mobil, Rara terkejut. "Vina?" ucap Rara tidak percaya. Rara segera keluar dari ruang meetingnya untuk menyambut kedatangan Vina. terlebih dahulu Rara menunda meeting itu setelah nanti Vina pulang. Rara rasanya bahagia sekali melihat perubahan Vina. Vina benar-benar membuktikan apa yang dia janjikan. "Assalamualaikum," Sapa Vina. "Waalaikumsalam." Rara menjawab salam Vina seraya keluar dari ruang meeting nya. "Mbak, apa kabar?" Vina bersalaman dengan Rara dan cipika cipiki. Entahlah semua seperti kebetulan atau memang sudah diatur oleh yang diatas. hari ini Rara memakai jilbab hadiah dari Vina. Wajah Vina sumringah bahagia mendapati pemberiannya dipakai oleh Rara. "Ada angin apa ini sampai datang kemari? ini siapa?" tanya Rara sambil menaruh minuman kemasan di atas meja. Vina menatap Dimas seraya tersenyum. "Aku kesini ingin silaturahmi aja, Mbak. sekalian aku mau ngasih, Mbak ini."

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Sebuah kejujuran

    "Dim, Maaf kita belum saling mengenal, Dim. kamu belum tahu aku, pun sebaliknya aku juga belum tau kamu. Aku belum bisa jika kamu minta aku menjawab sekarang. Tapi jika kami ingin kita dekat, aku siap untuk kita saling mengenal terlebih dahulu.""Baik, Vin. Aku tau ini terlalu mendadak. Aku paham kok. Aku siap nunggu kamu kapanpun kamu bersedia." Tutur Dimas lembut. "Terima kasih, Dim.""Aku yang berterima kasih, Vin. karena kamu sudah mau memberi kesempatan untuk kita saling mengenal terlebih dahulu."Vina benar-benar takut dengan keseriusan Dimas. Hal yang ditakuti vina selama ini akhirnya terjadi juga. bagaimana nanti jika Dia tau bahwa Vina sudah tidak lagi suci. Apa Dimas masih bisa menerima, Vina dalam keadaan kotor. namun untuk jujur pun Vina tak berani. malu? iya jelas Vina sangat malu. "Apa sebaiknya aku beranikan diri untuk jujur? jika Dimas benar mencintaiku, pasti dia akan tetap menerima aku." Vina berbicara dengan diri sendiri. ******"Kamu mau pesan apa?" tanya Dim

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status