Share

bab 3

Hari ini Rara ingin berkunjung ke rumah mertuanya, sekaligus ingin berkunjung ke butik. Kebetulan juga ini hari sabtu jadi Rara ingin sekalian weekend bersama Ridwan dan juga Hanun. 

 

Hampir enam bulan Rara tak berkunjung ke rumah mertuanya dan juga ke butik. Karena kesibukan di rumah yang kebetulan juga kantornya berdekatan dengan rumah membuat Rara tak punya banyak waktu untuk bersilaturahmi ke rumah mertua. 

Namun, meskipun Rara jarang punya waktu berkunjung, tapi Rara tidak pernah lupa kewajiban sebagai anak mantu untuk selalu mengirim uang jatah bulanan untuk Mama mertuanya. Bagaimanapun juga, Ridwan juga fokus ke usaha yang dibangun Rara dari nol. Penghasilan mereka semua bersih dari usaha clothing yang diberi brand Hamun Collection saat ini. 

Untuk butik yang memang berada di kawasan dekat dengan tempat tinggal Mama mertua, selama ini juga di bawah pengawasan suaminya. Sementara Rara hanya menerima laporan setiap bulannya. 

Begitulah cara kerja mereka, agar usaha itu tetap berjalan lancar  jadi memang harus berbagi. Rara fokus di kantor, sementara Ridwan fokus di butik. 

Meskipun butik punya karyawan sendiri, tapi tetap di bawah pengawasan Ridwan. 

Terlepas dari ingin berkunjungnya Rara, Rara sendiri masih bertanya-tanya tentang kejanggalan acara tujuh bulanan kemarin di W* story Vina itu. Semoga Rara bisa mendapatkan jawabannya dari kejanggalan ini nantinya. Rara ingin bertanya langsung pada mertuanya sekaligus pada suaminya.

Entahlah. Rara sendiri seperti punya firasat yang tidak baik dengan semua itu. 

Meskipun Rara mencoba menipis semuanya. Berharap tidak ada hal yang kelak membuat Rara kecewa. 

"Kakak, hari ini pulang jam berapa nanti, Kak?" tanya Rara pada Hanum saat mereka di meja makan sedang menyantap sarapan pagi. 

"Kakak mungkin hari ini pulang cepat, Bun. Kenapa, Bun? Ada pemotretan ya?"

"Nggak Kak, belum ada pemotretan minggu ini. Hari ini tuh Bunda mau ke rumah Oma, sama mau ke butik, Kakak mau ikut nggak?" tawar Rara pada Hanum. 

"Mau Bun, Mau! Jam berapa Bunda berangkat ke rumah Oma?" tanya Hanum antusias. 

"Nanti lah, tunggu Kakak pulang sekolah aja. 

Tapi, Kakak nggak ada jadwal lain kan hari ini? Les tambahan, kerja kelompok atau apa gitu?" tanya Rara memastikan. 

Karena Rara tidak ingin mengganggu jadwal belajarnya Hanum. Jadi, Rara memastikan terlebih dahulu. 

"Nggak ada Bun, hari ini kan sabtu Bun. Jadi Kakak nggak ada jadwal lain." Sahut Hanum. 

"Ya sudah kalau gitu, Kakak hati-hati ya sekolahnya."

Hanum pun berangkat ke sekolah setelah selesai sarapan, sementara Rara bersiap ke kantor yang hanya berjarak sepuluh meter dari rumahnya. 

Kantor sekaligus tempat produksi Hanum Collection. 

Sampainya Rara depan kantor, sebuah mobil yang sangat Rara kenal pun berhenti. 

Ya! itu adalah mobil Ardi, suami Eca. 

"Assalamu'alaikum, Bunda," sapa Eca saat turun dari mobil. 

Begitu pun suaminya Eca memberi salam pada Rara. 

"Waalaikumsalam, Ca. Eh, Kamu udah masuk kerja Ca? Kan masih ada dua hari lagi liburmu." Tanya Rara

"Eh, Iya Bun, anu… tadinya mau di rumah dulu, tapi capek juga gak ada kegiatan, Bun, jadinya aku minta diantar kerja aja hari ini, ya kan Mas?" ujar Eca menoleh ke Ardi suaminya. 

"Iya Bun, Eca minta masuk kerja hari ini jadi saya antar saja dari pada di rumah dia bosan."

Timpal Ardi. 

"Oh begitu, baiklah. Tapi, nanti jangan di bilang Bunda motong hari libur kamu ya!" canda Rara. 

"Nggak kok Bun, mana mungkin aku bilang Bunda begitu." Sahut Eca. 

Semua karyawan Hanum Collection memanggil Rara Dengan sebutan Bunda. Meskipun mereka lebih pantas menjadi adiknya Rara. Tapi karena salah satu dari karyawan Rara, Amel, karyawan pertama Rara yang memanggil dengan sebutan Bunda, sehingga semua team Hanum collection pun ikutan dengan sebutan yang sama. Tidak masalah bagi Rara, Rara justru merasa lebih akrab dengan panggilan itu. 

Lebih terasa kekeluargaan dengan panggilan Bunda dari semua karyawannya. 

"Ya nggak, Bunda bercanda kok!" ucap  Rara lagi. 

"Gimana acara tujuh bulanannya? Lancar? Maaf ya, Bunda nggak bisa datang. Nanti kado nyusul ya!" Rara bertanya sembari memberikan senyum manisnya. 

"Hm, gak papa Bun, lagian kita nggak bikin acara kok. Iya kan, Mas? Kami cuma syukuran  pengajian biasa aja, Bun." Eca menjawab dengan wajah yang penuh arti menoleh ke Ardi. 

"Iya, Bun. Kita nggak bikin acara, hanya pengajian biasa aja." Timpal Ardi. 

"Ya sudah, kalau gitu saya pamit ya, Bun, Ca," pamit Ardi pada Rara dan Eca. 

Terlihat, seperti tidak nyaman. 

"Oh iya, hati-hati ya." Sahut Rara. 

Ardi pun meninggalkan Rara dan Eca yang masih berbincang di depan kantor. 

Mereka berdua juga masuk ke dalam kantor. dimana semua karyawan team Hanum Collection sudah masuk melaksanakan tugas dari masing-masing mereka. 

"Kebetulan sekali kamu masuk kerja hari ini Ca, Bunda mau keluar nanti hari ini." Ujar Rara saat mereka sampai di dalam ruangan kerja. 

"Oh, Bunda mau keluar nanti, ya?"

"Iya Ca, mau kerumah Omanya Hanum, sama mau jenguk butik juga sekalian."  

"Oh iya Bun. Gak papa, Bunda pergi aja." Jawab Eca lagi. 

Setelah selesai memberi laporan kerja Eca yang beberapa hari ini di handle oleh Rara, Rara pun bersiap untuk berkunjung ke rumah mertuanya sekaligus menjenguk butik. 

*********

Ardi yang sedang fokus menyetir mobil mendapatkan notifikasi pesan W* masuk di layar HP-nya.

Ardi meraih HP itu untuk melihat dari siapa gerangan yang mengirim dia pesan. 

[Kerja yang bagus!] Ardi membaca pesan itu. 

Matanya sedikit menyipit, meskipun nomor yang mengirim pesan ini baru dan tidak tersimpan. Tapi, Ardi tau siapa pemilik nomor tersebut. 

[Mau sampai kapan aku hanya jadi orang bayaranmu? Tidakkah kamu takut jika semua rahasiamu terbongkar nantinya?] balas Ardi

[Tidak ada yang tau! Kecuali kamu yang berniat untuk membocorkan rahasia ini.]

[Terserah! Aku hanya mengingatkan, jangan terlalu lama bermain api, jika tidak ingin nanti api ini membakar dirimu sendiri.]

Pesan Ardi terkirim dan langsung dibaca. 

[Tidak usah kamu sok menasehatiku! Kerjakan saja apa yang memang menjadi tugasmu dengan baik!]

Ardi hanya membaca pesan itu tanpa berniat untuk membalasnya. 

Karena merasa percuma membuang tenaga untuk orang yang tidak pernah kenal kata puas. 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Arbian Biyan
sepertinya, si eca ini yang ngadain acara 7bulanan di rumah mertuanya c bunda, eca karyawan, sekaligus madunya bunda?!
goodnovel comment avatar
Enjt Nurtanu
masih bingung
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status