Lily terperanjat kaget saat pintu tempatnya terkurung di buka dari luar. Tampak seseorang masuk ke dalam dan mendekatinya. Ia tak bisa melihatnya dengan lebih jelas karena pencahayaan ruangan yang begitu buruk.Di ruangan itu hanya terdapat satu buah lampu bohlam kecil dengan warna kuning yang hampir redup.Namun begitu wanita itu mendekat mata Lily terbelalak dengan sempurna."I-ibu..." lirihnya.Margaret menyeringai, "Jalang cilik! Akhirnya aku mendapatkanmu."Apa?? Ternyata yang menculiknya adalah ibu tirinya, Margaret. Ya, ampun sungguh Lily tak percaya dengan semua ini.Ternyata apa yang diucapkan Arsen mengenai ibu tirinya yang sudah berada di New York benar adanya. Bukan bualan belaka.Kini ia menyesal sempat tidak mempercayai ucapan Arsen. Kini ia kembali tertangkap oleh Margaret.'Aku harus bagaimana?' lirih Lily dalam hati, tanpa terasa air matanya menetes begitu saja. Ia sudah bisa membayangkan apa yang akan ibu tirinya lakukan padanya."Kau tak akan bisa lepas dariku lagi!
Byurrrr….Air dingin itu membasahi tubuh Lily, ia semakin menggigil kedinginan. Perlahan ia membuka matanya, entah berapa lama ia tidak sadarkan diri, pening di kepalanya terasa semakin berat saja."Bersiaplah, malam ini juga aku akan menjualmu jalang cilik!!" pekik Margaret melemparkan sebuah dress tanpa lengan pada Lily.Setelah Lily berganti pakaian, dengan kasar Margaret menyeret paksa Lily dan membawanya menuju mobil, kemudian membawanya entah kemana, Lily tak tahu. Ia hanya bisa diam dan meringis kesakitan. Tanpa bisa melakukan perlawanan. Ia sangat tahu bagaimana sifat ibu tirinya tersebut. Semakin di lawan maka ia akan semakin kejam padanya.Lily kembali diseret dengan paksa keluar dari mobil dan di masukkan ke dalam sebuah kamar di motel. Lily hanya bisa menangis dan terus berdoa dalam hatinya, agar sebuah keajaiban muncul dan menyelamatkannya.Namun harapannya lenyap, saat seorang pria tua, dengan perut yang buncit dan rambut yang hampir botak, memberikan sejumlah uang pada
Setelah mengangkat tubuh Lily, Arsen membawa Lily ke dalam mobil dan membaringkan tubuh Lily di pangkuannya, dan pahanya menjadi sandaran Lily. Walaupun sedikit menjijikkan dengan tubuh Lily yang berlumuran darah Arsen tak membiarkan seorang pun menyentuh Lily, kecuali pengawal wanita yang ikut bersamanya. Bahkan darah di kepala Lily mengotori celana Arsen tak ia pedulikan.'Kau bodoh gadis pembangkang!' seru Arsen dalam hatinya.Jas serta celana yang dikenakannya kini terkena darah Lily. Mobil yang mereka tumpangi membawa mereka menuju rumah sakit besar yang berada di tengah kota."Mom...dad...Lily ikut..." lengguh Lily masih tak sadarkan diri.Arsen menghembuskan napas kasar. Kemudian ia mendekatkan bibirnya pada telinga Lily."Jika kau ikut mati dengan orang tua mu, dengan senang hati aku akan menarikmu dari kematian, membawa serta neraka untukmu," ucapnya pelan namun tajam.Air mata Lily mengalir meskipun matanya terpejam. Arsen menghapusnya dengan saputangan sutra miliknya. "Jang
“Silahkan Nona,” seru pria bernama Albert tersebut mempersilahkan Lily untuk keluar dari dalam lift.“Terima kasih,” seru Lily sedikit takut-takut, Lily hanya di temani oleh pria paruh bernama Albert tersebut, sedangkan wanita yang menatapnya dengan tatapan menelisik dirinya tak mengikuti mereka.“Kamar Nona berada di lantai 3, sedangkan kamar Tuan ada di lantai atas,” jelas Albert seraya mengeluarkan kunci dari saku jasnya, kemudian membuka pintu tersebut.“Silahkan masuk, Nona!” seru Albert dengan sesopan mungkin. Lily mengangguk, kemudian mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar yang dikatakan sebagai tempatnya kini.Begitu Lily memasukinya, tampak kamar tersebut cukup luas dan terlihat sangat mewah dengan warna dominan putih, coklat muda serta gold, dengan single bed yang berukuran besar. Terdapat pula satu set sofa di dekat jendela besar dengan pemandangan pepohonan hijau yang terlihat sangat rimbun. Namun, terlihat jelas keraguan dalam wajah Lily.“Hmm, Paman, apa kau tid
Sudah hampir tiga minggu lebih semenjak kejadian itu, kini Lily tampak sudah lebih sehat. Bahkan luka-luka di kulitnya sudah mulai hilang. Dan berat tubuhnya mulai kembali naik, tentu saja Lily selalu menghabiskan makanannya langsung, karena tak ingin makan di bawah tatapan tajam penuh intimidasi Arsen lagi.Beberapa kali selama tiga minggu itu, dokter datang untuk mengecek keadaan Lily. Lily sedikit tenang, karena selama itu Arsen tidak mengunjunginya lagi. Mengancam atau mengintimidasinya. Setidaknya ia bisa bernapas lega. Bukan hanya itu saja, Lily sudah berbaur dengan orang-orang yang berada di mansion, bahkan ia sudah memiliki teman bernama Maria.Lily tidak mau memikirkan Arsen. Ia hanya bingung dan terus berpikir, bagaimana caranya agar ia bisa kabur dari Arsen tanpa pernah tertangkap lagi. Rupanya ia harus benar-benar memutar otaknya. Setelah tiga minggu lamanya tinggal di sini, ia semakin tahu jika pengamanan dan pengawasan di tempat ini sangat ketat.Bukan hanya itu saja, Pa
Makan malam berlangsung damai, tanpa ada obrolan apapun. Hanya sesekali suara dentingan garpu dan pisau di atas piring.Tampak Xaviera yang terlihat sangat anggun saat ia menyantap makanannya. Sesekali Marissa meliriknya. Namun ia belum mengeluarkan sepatah katapun. Sophia dan Xaviera datang kembali ke mansionnya khusus untuk menemuinya, Marissa tak mampu menolaknya, hingga ia mengajak mereka berdua makan malam bersama.Anggun, lembut, baik hati, penuh pengertian dan seorang model terkenal, serta bisa diajak kerjasama menjadi pertimbangan yang tepat bagi Sophia untuk menikahkan Arsen dengan Xaviera. Ia kandidat terbaik untuk Arsen. Boneka yang cocok untuk dikuasai dan dimainkan oleh Sophia.Sophia merupakan adik dari ibunya Arsen, Lucia, ia merasa Arsen serta kekayaannya adalah miliknya sepeninggal kedua orang tuanya. Kenapa ia merasa begitu, karena ia memiliki affair dengan ayah Arsen. Dan ayah Arsen menjanjikan sejumlah aset kekayaan miliknya saat itu, namun belum sempat membuat sur
Marissa yang masih tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya menatap Arsen dengan penuh tanda tanya , kemudian tatapannya beralih pada seorang gadis yang kini duduk di samping cucunya tersebut dengan kaos yang tampak kebesaran di tubuhnya, dan terlihat bergerak tak nyaman dan terus menundukkan kepalanya. Arsen menatap neneknya yang menatap Lily ragu."Grandma, ini Lylia Kenward, calon istri ku!" ujar Arsen datar pada neneknya.Lily menundukkan wajahnya dengan mata yang membulat. Ia jadi ingat bahwa tadi Arsen bisa dikatakan melamarnya, tapi ia kira itu hanya gurauan saja dan hanya omong kosong saja. Siapa yang percaya dengan perkataan yang di ucapkan ketika melakukan hal itu. Ini membuatnya kaget. Dan bahkan kini ia mengatakannya langsung di depan neneknya."Hei..., mengapa kamu hanya menunduk saja?"tegur Marissa.Marissa mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Lily. Lily mulai mengangkat wajahnya dengan takut-takut, kemudian Lily menanggapinya dengan tangan dingin, berkeringat d
"Mr. Lazcano... apa yang anda lakukan? K-kenapa saya berada di sini?!" Chynthia ingat terakhir kali jika ia sedang berada di club dan meminum segelas wine bersama seorang pria. Saat itu ia sedang ada masalah dengan kekasihnya. Ken, Kendrick Edbert. Dan memutuskan untuk minum-minum melupakan segala permasalahannya."Menurutmu?" ucap Arsen dengan dingin.Chynthia menelan salivanya dengan susah payah. Arsenio Orlando Lazcano. Siapa yang tidak tahu dengan CEO di kantornya ini. Pria tampan dan kaya raya, namun terkenal dingin dan arogan. Meskipun begitu banyak wanita yang tergila-gila padanya, termasuk dirinya."Membocorkan rahasia perusahaan, dan menggelapkan uang. Apakah itu sudah cukup menjadi alasan kenapa kau ada disini?".Chynthia tersentak kaget, ia membulatkan matanya. Bagaimana ia bisa mengetahuinya, padahal ia sudah mengerjakannya dengan sangat rapi tanpa bisa di curigai. Ia hanya bisa kembali menelan salivanya dengan susah payah. Dan menunggu apa yang akan Arsen lakukan padanya.
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist