Share

7. Sudah Terlambat

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-17 14:35:51

NADIA

- 7 Sudah Terlambat

Davin tidak menemukan yang dicarinya. Bahkan ia tidak melihat Wiwin yang memperhatikan dari kejauhan, dibalik pohon besar. Wanita itu memang sengaja bersembunyi. Kalau ketemu Davin, ia khawatir tidak akan bisa mengontrol mulutnya.

Sudah berapa taman yang didatangi, ia tidak menemukan Nadia dan Adam. Apa harus kembali ke rumah mereka saja? Tapi malam ini ada janji ketemuan dengan keluarga Selina.

Solusinya cuma satu. Mamanya. Davin melaju ke rumah orang tuanya. Saat itu Bu Septa sedang menyiram bunga. Davin duduk di teras samping rumah.

"Kamu dari kantor?" Bu Septa menghampiri dan duduk di samping putranya.

"Iya, Ma."

"Ada apa?"

Davin diam beberapa saat. "Aku ingin membatalkan perceraian."

Bu Septa terkejut dan menegakkan duduknya. Dipandangi sang anak dengan dahi mengernyit tajam. "Apa maksudmu? Tinggal tiga hari saja sidang ikrar talak kalian. Kenapa baru sekarang kamu punya pikiran demikian?"

"Bantu aku, Ma."

"Bantu apa?" Bu Septa menegakkan duduknya.

"Bantu aku bicara ke Nadia. Rayu dia. Biar dia setuju."

Bu Septa mengembuskan napas panjang, wajahnya tampak letih. Ia membenahi letak kacamatanya. "Nggak, Davin." Nada sang ibu tegas. Membuat Davin terkejut. Bukankah selama ini mamanya yang berusaha keras supaya dirinya dan Nadia tidak bercerai?

"Kamu mau Mama bilang apa? Bahwa kamu sudah berubah? Kamu menyesal dan ingin kembali. Kamu pikir Nadia akan percaya begitu saja?"

Davin tidak berani menjawab.

"Kamu yang ingin menceraikannya dan membiarkan dia pergi. Dulu kamu nggak mendengarkan Mama. Waktu Mama bilang, lepaskan Selina, pertahankan Nadia. Kamu malah mengutamakan Selin."

Davin menunduk makin dalam.

"Keluarga Selina sekarang sudah menyiapkan pesta megah untuk kalian," ujar Bu Septa. "Kamu mau menghancurkan semuanya demi mengejar Nadia yang sudah patah hati begitu parahnya?"

"Ma, sekarang aku nggak peduli rencana pesta mereka!"

"Tapi kamu harus peduli hidup Nadia dan anakmu," suara Bu Septa merendah. "Kalau kamu tarik gugatan sekarang, kamu hanya menyiksanya. Dan urusanmu dengan keluarga Selina bisa panjang. Nadia juga yang bakalan kena imbasnya. Kasihan dia, Dav. Sejak dulu kamu siksa perasaannya. Biar saja dia sekarang bebas mencari kebahagiaannya.

"Mama sudah bertemu Bu Isti. Sesabar apapun, beliau nggak ingin anaknya disakiti lagi."

Kali ini Davin benar-benar tak berkutik. Kata-kata itu menghunjam tepat ke dada Davin. Bayangan keluarga Selina yang keras dan ambisius langsung terlintas di kepalanya. Selina sendiri bisa histeris kalau sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya.

Bu Septa memejamkan mata beberapa detik. "Davin, Mama sudah membahas ini berkali-kali. Jangan cerai. Tapi kamu keras kepala. Sekarang Mama ikhlas. Biar Nadia bahagia dengan pria lain."

Mendengar itu dada Davin terasa perih. Ada tak rela dipendam diam-diam.

Selesai bicara, Bu Septa bangkit dari duduknya. Meninggalkan Davin yang membeku di kursi teras. Sementara senja benar-benar tenggelam. Tak lama azan Maghrib berkumandang dan Davin tetap tidak beranjak.

Ia terlalu terlena. Terlambat menyadari kesalahan paling fatal dalam hidupnya. Ia memejamkan mata dan kenangan itu menyeretnya kembali pada awal pernikahan mereka.

Davin mengingat setiap detiknya dengan jelas. Betapa gemetar tangan Nadia. Dan ia melihat kekhawatiran di mata istrinya saat ia menyentuhnya untuk pertama kali.

Dua hari setelah malam itu, Davin menemukan Nadia menggigil di kamar mandi, bersandar pada wastafel.

"Kamu kenapa?" tanyanya dingin.

Wajah Nadia pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya. Tangan memegang perut bagian bawah.

"Aku ingin pergi ke dokter."

"Kamu sakit?" Masih dengan nada kaku.

Nadia beranjak dari sana, mengenakan jilbab dengan cekatan, mengambil dompet lalu beranjak keluar kamar.

"Ku antar," ucapnya benar-benar tidak bersahabat. Hanya khawatir pada diri sendiri, jika disalahkan bila terjadi apa-apa pada Nadia.

Saat dokter menjelaskan setelah pemeriksaan, Davin mendengarkan sendiri hasil diagnosa dokter. Bahwa istrinya mengalami honeymoon cystitis. Hal yang sering terjadi pada perempuan yang baru menjalani hubungan intim pertama kali.

"Jangan khawatir, ini iritasi dan infeksi. Tapi bisa diobati. Kalian terlalu bersemangat. Maklum pengantin baru, kan?" Dokter wanita itu tersenyum sambil menuliskan resep obat.

Nadia bergeming. Namun wajahnya memerah karena malu. Sedangkan Davin hanya meliriknya sekilas. Nadia begitu polos, ia merasa dirinya seperti monster malam itu.

Sampai segitunya dia memperlakukan Nadia. Egois, arogan, bertahun-tahun lamanya. Tak menghargai keberadaan perempuan yang berusaha mengabdi menjadi istri yang baik padanya. Ia sudah membuat wanita yang begitu lembut dan setia itu sakit berkali-kali. Secara fisik dan mental.

Sekarang setelah semua nyaris tamat, baru ia merasakan pukulan penyesalan yang hebat. Dibalik sikap lemahnya Nadia, wanita itu berani menolak ajakannya untuk membatalkan perceraian.

Nadia bisa apa tanpa dirinya. Semua perusahaan menginginkan karyawan baru yang berpengalaman. Sedangkan Nadia?

Ponsel di saku celananya berdering. Selina kembali menelepon. Dibiarkannya untuk beberapa saat.

"Kenapa nggak dijawab?" Tiba-tiba sang mama sudah berdiri di sebelahnya. "Ini yang pernah kamu mau, Davin. Terima konsekuensi dengan apa yang kamu pilih.

"Jangan memperumit permasalahan. Mempermalukan keluarga yang akan membuat kakakmu mengamuk. Selesaikan apa yang sudah kamu mulai. Mama sudah ikhlas melepas Nadia. Karena Mama sadar, kamu sudah membuatnya banyak menderita. Dulu kamu diam karena takut dengan papamu, sekarang Papa nggak ada, kamu nggak pernah mau mendengarkan Mama."

Panggilan di ponsel berhenti. Davin tersudut oleh ucapan mamanya. Namun ponsel kembali berdering untuk yang kedua kali. Davin menarik napas panjang. "Halo."

"Mas, sudah diperjalanan?"

"Belum."

"Aku tunggu. Jangan terlambat. Keluargaku sudah kumpul di rumah. Ajak Tante Septa juga, ya."

Klik telepon dimatikan. Selina mengirimkan gambar suasana di rumah mewahnya. Keluarga inti gadis itu sudah duduk santai di ruang keluarganya yang luas.

Bu Septa turut memperhatikan foto itu. Kemudian menghela napas panjang. Mereka ini semaunya sendiri. "Pergilah, Mama nggak bisa ikut." Bu Septa kembali masuk ke rumah.

Davin tidak punya pilihan. Dia bangkit dari duduknya lalu masuk ke dalam untuk mandi. Kalau pulang ke rumahnya sendiri, akan menyita waktu dan Selina semakin menerornya.

🖤LS🖤

Davin tidak berkutik. Segala perencanaan sudah dibuat mereka begitu matang. Dia hanya mendengarkan pembicaraan keluarganya Selina. Dan sekarang baru sadar, keputusan yang ia buat sendiri telah menjebaknya. Banyak yang ia pertaruhan dalam kebodohannya ini. Kenapa baru sadar, di saat semuanya diujung tanduk.

"Kamu nggak mau dengerin Mama, Dav. Terserah, nggak apa-apa. Mama capek ngomongin kamu. Keterlaluan memang. Teganya kamu pada Nadia dan anakmu sendiri." Davin teringat omongan mamanya.

Lelaki yang paling arogan dan harus selalu menang dan tidak peduli ucapan orang, termasuk perkataan mamanya sendiri, kini benar-benar terjebak di tengah labirin yang ia ciptakan.

Pulang dari rumah Selina, ia mencoba menelepon Nadia. Berulangkali, baru dijawab.

"Halo," suara Nadia tampak tidak bersemangat.

"Aku tadi mencarimu di rumah. Kamu keluar bersama Adam."

"Ya."

"Nadia, kita bisa bertemu?"

"Kita bertemu di pengadilan saja, Mas. Tiga hari lagi, kan?"

"Please, untuk yang terakhir kali. Ajak Adam, ya."

"Nggak usah. Kalau ingin bertemu Adam. Mas, bisa datang ke rumah."

"Please. Besok kujemput jam delapan pagi."

Next ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Movica Kapoor
sekarang baru terasa kehilangan ya dav
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    8. Kecewa

    NADIA- 8 Kecewa "Pergi saja nggak apa-apa untuk yang terakhir kalinya. Ajak Adam," ujar Bu Isti saat malam itu Nadia menemuinya di kamar."Buatlah perpisahan itu indah, Nadia. Meski sesakit apapun hatimu. Biar Davin tahu, dia telah melepaskan perempuan yang paling ikhlas mencintainya. Kelak Adam akan bahagia memiliki Mama yang begitu kuat dan hebat.""Ibu, percaya pada Davin yang akan membawa kami keluar?" Nadia memandang mamanya."Ibu percaya sama kamu, bukan pada dia. Kamu anak Ibu yang kuat." Bu Isti tersenyum pada putrinya. "Aku belajar dari, Ibu. Yang begitu tangguh." Nadia menatap mamanya lekat-lekat. Setelah pemergian ayahnya, sudah berapa pria yang berusaha mendekati dan mengajaknya berumah tangga. Namun Bu Isti menolak dengan tegas. "Maaf, saya tidak ingin berumah tangga lagi. Saya ingin menghabiskan sisa usia untuk melihat anak dan cucu saya bahagia."Padahal bisa dibilang, usia ibunya masih muda. Belum genap setengah abad saat itu. Dia juga kelihatan jauh lebih muda dari

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    7. Sudah Terlambat

    NADIA- 7 Sudah Terlambat Davin tidak menemukan yang dicarinya. Bahkan ia tidak melihat Wiwin yang memperhatikan dari kejauhan, dibalik pohon besar. Wanita itu memang sengaja bersembunyi. Kalau ketemu Davin, ia khawatir tidak akan bisa mengontrol mulutnya.Sudah berapa taman yang didatangi, ia tidak menemukan Nadia dan Adam. Apa harus kembali ke rumah mereka saja? Tapi malam ini ada janji ketemuan dengan keluarga Selina.Solusinya cuma satu. Mamanya. Davin melaju ke rumah orang tuanya. Saat itu Bu Septa sedang menyiram bunga. Davin duduk di teras samping rumah."Kamu dari kantor?" Bu Septa menghampiri dan duduk di samping putranya."Iya, Ma.""Ada apa?"Davin diam beberapa saat. "Aku ingin membatalkan perceraian."Bu Septa terkejut dan menegakkan duduknya. Dipandangi sang anak dengan dahi mengernyit tajam. "Apa maksudmu? Tinggal tiga hari saja sidang ikrar talak kalian. Kenapa baru sekarang kamu punya pikiran demikian?""Bantu aku, Ma.""Bantu apa?" Bu Septa menegakkan duduknya."Ban

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    6. Rahasia

    NADIA- 6 Rahasia "Nadia nggak di rumah, Nak Davin. Dia ngajak Adam keluar jalan-jalan." Bu Isti memberitahu Davin saat sore itu datang ke rumahnya. Ia mempersilakan calon mantan menantu duduk di teras."Kira-kira ke mana, Bu?""Biasanya ke taman."Wajah Bu Isti begitu teduh menerima dengan baik lelaki yang sudah menghancurkan dan mengkhianati putrinya. Menatap Davin dengan mata lembut yang sangat kontras dengan kondisi batin menantunya yang sedang berkecamuk. Davin merasa serba salah. "Bu, saya mohon maaf sudah menyakiti Nadia dan Ibu.""Nggak apa-apa," sahut Bu Isti cepat. "Semoga kalian masing-masing mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi setelah ini."Davin tidak bisa berkata-kata. Banyak yang ingin disampaikan, tapi lidahnya kelu. Sepertinya Bu Isti pun sudah tidak ingin memberikan kesempatan lagi. Meski dia tetap bersikap ramah dan sabar.Ibu mana yang tidak sakit hati jika anaknya diperlakukan sekejam itu. Cucunya tidak diinginkan. Walaupun terlihat sekarang ini Davin perh

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    5. Di Pinggir Jalan

    NADIA- 5 Di Pinggir Jalan "Dasar, kalian memang keterlaluan. Nggak tahu diri banget. Sama-sama gilanya," ujarnya dalam hati sambil terus melangkah menuju jalan raya. Dia tadi memang sengaja tidak naik motor.Saat menoleh ke belakang, mobil mewah Selina masih terparkir di depan rumah Davin."Sudah tepat keputusanmu untuk bercerai. Lelaki yang selingkuh, dia akan mengulanginya suatu hari nanti. Jarang yang benar-benar bertaubat," kata Wiwin.Ah, ternyata menikah dengan orang yang dicintai itu belum tentu membuat bahagia. Wiwin benar, lebih baik dicintai daripada mencintai. Nadia ingat percakapan dengan temannya. Dulu ia memutuskan menerima perjodohan itu, disaat Nadia baru lulus kuliah. Belum punya pengalaman. Dia bukan gadis rumahan, tapi bukan juga gadis liar. Dia aktif di luar dan berorganisasi. Namun belum pernah pacaran. Jatuh cinta juga baru pada Davin yang dulu dikenalnya sebagai putra dari teman almarhum ayahnya. Sang ayah meninggal beberapa bulan setelah Nadia menikah.Di ma

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    4. Kembalikan

    NADIA - 4 Kembalikan "Jika pada akhirnya aku menyerah, aku tidak akan menyesali keputusan itu. Karena aku sudah berusaha sekuat hati untuk bertahan dan memperjuangkan pernikahan ini." Davin membeku membaca satu paragraf di layar laptopnya. Tadi dia menemukan flashdisk hitam tanpa gantungan di laci paling bawah meja rias. "Ini punya siapa?" Karena penasaran, akhirnya dia menyalakan laptop dan memasukkan flashdisk. Hanya ada satu folder di sana. NADIA YANG HEBAT. Saat dibuka folder itu berisi satu file dokumen saja. NADIA YANG CANTIK. Membuat Davin semakin penasaran dan ia klik judul itu. Dan terbukalah semuanya. Tentang luahan hati istri yang sebentar lagi akan menjadi mantan. Tiap kalimat menamparnya begitu hebat. Semakin menambah deretan penyesalan yang dalam. Ternyata sejahat itu dia pada seorang Nadia yang sangat mencintainya. Dalam catatannya, Nadia menulis tanggal dan jam kapan ia mengetik. Hampir semuanya ditulis disaat dirinya sedang bekerja. Ternyata begitu lama ia menj

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    3. Sendirian

    NADIA - 3 Sendirian Walaupun memejam, Nadia belum bisa terlelap. Ia ingat saat menunjukkan testpack pada suaminya. Bukan bahagia, tapi Davin terlihat kecewa. Melihat istrinya hamil, seharusnya bersuka cita, tapi malah berduka. "Jangan khawatir. Aku akan merawatnya sendiri kalau kamu nggak suka, Mas. Dia juga nggak akan memanggilmu papa," ucap Nadia dengan suara bergetar penuh penekanan, lalu meninggalkan Davin yang masih diam. Kehamilan Nadia memang bukan sesuatu yang diinginkan. Sejak saat itu rumah mereka terasa semakin dingin. Davin sering pulang terlambat dan jarang berbicara. Siksaan batin Nadia semakin terasa sejak trimester pertama. Nadia menjalani kehamilannya sendirian, meski punya suami. Ia muntah-muntah sendirian. Meringkuk sendirian saat tubuhnya terasa lemas. Dia tidak tahu apa itu ngidam. Sama sekali tidak pernah merasakan keinginan aneh seperti perempuan hamil pada umumnya. Mungkin karena hatinya sudah terlalu sakit untuk menginginkan hal-hal yang manis. "Kalau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status