Share

109. KEMARAHAN SASHA

Penulis: Allina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-04 15:00:29

Sasha menahan napas, bahunya menegang. 

“Cinta?” ulang Arka pelan. “Dengan cara menghancurkan rumah tanggaku?”

Kayla menatapnya lurus, matanya mulai berkilat. “Aku cuma melakukan apa yang harus aku lakukan. Aku tahu kamu nggak akan pernah berpaling dari istrimu kalau nggak ada alasan besar. Jadi aku buat alasan itu. Aku ingin kamu sadar, kamu butuh perempuan yang lebih dari sekadar duduk diam di sampingmu dan nurut tanpa pikir panjang. Kamu butuh seseorang yang paham caramu berpikir.”

Tamparan keras dari Sasha menggema di ruangan itu, menghentikan kata-kata Kayla seketika.

Semua orang membeku.

“Mulutmu itu nggak tahu malu, ya!” Suara Sasha bergetar karena emosi. “Kamu sadar nggak, kamu barusan ngaku menghancurkan rumah tangga orang demi ambisi gilamu sendiri?”

Kayla menyentuh pipinya yang memerah, tapi bukannya menunduk atau menyesal, dia malah tersenyum miring. “Aku cuma j

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam   116. BUKIT NOSTALGIA

    Perjalanan menuju pantai berlangsung lebih hening daripada sebelumnya. Arka berkendara pelan, sesekali melirik Sasha yang hanya memandang keluar jendela tanpa bersuara. Wajah Sasha sedikit murung, seperti ia sama sekali tidak menikmati apa yang terjadi saat ini.Sasha hanya diam menikmati terpaan angin yang menerbangkan setiap helaian rambutnya. Ia masih tenggelam dalam lamunan, sampai ia tidak menyadari kalau Arka sudah memarkir mobil di titik paling dekat dengan bibir pantai.Arka menghembuskan napas lega.“Akhirnya sampai juga,” ucapnya sambil tersenyum kecil.Ia melepas sabuk pengaman dan bersiap turun untuk membuka pintu Sasha.Namun Sasha tetap diam, tanpa ada reaksi apa punsama sekali. Hal itu membuat Arka menoleh ke arahnya.Beberapa kali Arka memanggil Sasha masih saja diam dan tidak bereaksi apa pun.“Sayang, kamu kenapa?”tanya Arka cemas.Sasha masih diam. Dan ketika panggilan ketiga,

  • Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam   115. ANAK BUKAN SEGALANYA

    Ratna seketika membeku mendengar ucapan Arka. Ia tidak pernah melihat sisi ini darinya kalimat penuh penekanan dan juga penuh ambisi untuk menghancurkannya.Saat tubuh Ratna membeku, Arka menjauhkan wajahnya dari sisi Ratna, namun masih dengan raut wajah yang sama seperti sebelumnya.“Jangan takut, aku tidak akan mengambilnya sekaligus. Mungkin secara perlahan, sampai kalian memasrahkan semuanya sendiri dengan sukarela,” pungkas Arka, lalu beralih pada Sasha yang masih diam di tempat.“Ayo,kita berangkat, Sayang. Maaf, ya, kamu harus mengalami gangguan dari orang yang nggak waras seperti ini,” ucap Arka, seraya menggandengnya pergi meninggalkan Ratna yang masih mematung.Sasha menggandeng Arka, dan sedikit merebahkan kepalanya di lengan Arka ketika melangkah keluar. Arka mengusap pelan pipinya, dengan hati yang bergemuruh menahan kemarahan.Di luar, udara sore yang mulai dingin menyambut mereka.Arka masih menggen

  • Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam   114. MENGAMBILNYA KEMBALI

    Ratna menyeringai melihat Sasha yang hanya membeku mendengar semua cercaannya. Beruntung, di dalam minimarket itu tidak begitu ramai dan hanya ada mereka berdua, jadi tidak ada satu pun yang bisa mendengarkan percakapan mereka yang tengah berdebat dengan nada yang ditekan.“Kenapa? Nggak terima? Emang, iya, kan? Arka itu nggak ada otaknya karena harus nikahin perempuan kosong macam kamu. Nggak bisa kasih keturunan, nggak bisa kasih kehormatan, kedudukan, apalagi ngasih yang jauh lebih dari itu.”Sasha menghela napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Senyum tipis mulai terbit di bibirnya, sesaat sebelum ia mulai bicara.“Jadi, menurut Anda, Arka itu nggak punya otak karena memilih perempuan kosong yang nggak bisa berbuat apa pun? Nggak bisa hamil dan sebagainya? Begitu?”“Iyalah, jelas,” sahut Ratna cepat, dagunya terangkat tinggi seolah ucapannya adalah kebenaran mutlak. “Arka itu buta karena kamu. Dia cuma dibodohi sama tampang polosmu. Kalau dia pakai sedikit saja otaknya, dia ng

  • Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam   113. PENGHINAAN

    Seperti yang disepakati, setelah nyaris dua jam berada di dalam kamar mandi, Sasha dan Arka akhirnya sudah berada dalam perjalanan menuju pantai.Senyum mengembang dibibir Arka, setiap kali melihat Sasha yang merenggut kesal karena ulahnya selama di kamar mandi.“Jangan cemberut, nanti cantiknya hilang,loh,” goda Arka, mencolek sedikit dagu Sasha.“Diam,ah!”“Kenapa, sih? Masa kesal gara-gara di kamar mandi. Kan, tadi kamu juga—”“Mas… ih!” rajuk Sasha, suaranya sedikit merengek. Wajahnya memerah mendengar godaan Arka, sebab ia sendiri tidak menyangka bagaimana keduanya bisa seliar itu.Arka hanya tergelak dengan satu tangannya yang menggenggam Sasha. “Kamu lucu kalau salting begitu, gemes.”Sasha memalingkan wajah, menyembunyikan raut wajahnya yang semakin salah tingkah saat berhadapan dengan Arka yang mulai hobi menghombalinya.&l

  • Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam   112. MEMANCING HEWAN BUAS

    Elsa memejamkan mata sejenak. Bahunya turun perlahan, seperti beban besar yang mulai sedikit terangkat meski rasa sakitnya belum hilang. Amarahnya belum padam sepenuhnya, tapi pikirannya mulai bekerja lebih jernih.“Jadi,semua ini cuma masa lalu kamu?” bisiknya pelan.Reno mengangguk. “Iya. Aku nggak pernah nutupin kalau aku punya masa lalu. Tapi aku nggak pernah bawa itu ke dalam rumah tangga kita.”Elsa menatap foto-foto yang berserakan di lantai. Potongan-potongan kenangan Reno bersama perempuan lain. Kenyataan pahit yang sebenarnya sudah selesai jauh sebelum ia hadir dalam hidup pria itu. Hatinya masih nyeri, tapi perlahan logika mulai ikut bicara.“Tapi,Tania bilang kamu masih ketemu dia,” gumam Elsa lirih. “Dia bilang kamu janji sesuatu sama dia. Dia bilang kamu—”“Aku tahu,” potong Reno, suaranya tegas tapi tetap lembut. “Justru itu yang aneh. Aku nggak perna

  • Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam   111. PENJELASAN YANG KONSISTEN

    Reno tersentak mendengar bentakan dari Elsa. Seumur hidup bersama wanita, ia tidak pernah mendapatkan bentakan seperti ini. Bahkan selama bersama Sasha, dia belum pernah mendengar wanita itu bicara dengan nada suara yang tinggi.“Jangan diam aja, Mas. Wanita bernama Tania itu siapa?” ulang Elsa dengan suara yang pecah namun juga cukup tajam.Reno membeku. Rahangnya mengeras, napasnya bahkan terdengar kacau, dan matanya memandang foto-foto yang berhamburan tanpa berani menatap istrinya.Elsa melanjutkan, “Wanita yang pacaran sama kamu dari lama, lalu kalian masih jalin hubungan di belakang aku sampai sekarang! Dan alasan kamu ke luar kota itu bukan urusan kerja, tapi buat nemuin dia. Itu yang kamu bilang nggak selingkuh?!” Suara Elsa menggema di seluruh ruangan.Sementara Ratna hanya berdiri di sisi, wajahnya tetap datar tanpa ekspreesi. Tidak terkejut, tidak gelisah, hanya kesal karena rumahnya berisik.Andai tidak memikirkan nama baiknya, mungkin Ratna sudah mengeluarkan kalimat umpa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status