Bab 9 (Bertanggung Jawab)POV LilisMeski wajahnya tetap datar, tapi dari matanya memancarkan penyesalan. Aku menangis dengan perasaan antara lega dan bersalah. Lega, karena dia telah mengakui perbuatannya dan merasa bersalah, kepada Kak Laras.Ibu dan Tante Maya mendadak lemas. Ibu dipapah oleh Kak Devan, sedang Tante Maya dibantu oleh Om Rifan untuk kembali duduk.Kak Laras berteriak dengan histeris dan kalap, tak terima dengan pernyataan suaminya. "Tega kamu, Evan. Kamu tega hianati aku!" Wajahnya yang cantik dengan polesan make up, kini bercampur dengan air mata. "Kamu pasti dijebak oleh Lilis, kan, Evan? Cepat bilang saja!" Sungguh bucinnya Kak Laras, sudah jelas suaminya salah, masih menyalahkan orang lain."Apa benar sepeti itu, kalau kamu dirayu atau dijebak oleh Lilis?" tanya Ayah memastikan."Aku melakukan itu karena kekhilafanku sendiri. Lilis sama sekali tak menggoda atau merayuku. Aku ... memang menginginkan tubuh Lilis saat itu."Tubuhku bergetar mendengar pengakuannya.
Bab 10 (keputusan Lilis)POV LilisApa dia pikir aku ini pencetak anak untuknya? Seenaknya berkata tanpa disaring dulu. Cukup sudah aku membiarkan dia menjelek-jelekkanku dari tadi."Aku tidak mau! Cukup, Kak! Dari tadi kamu menghinaku. Mengatakan kalau aku menggoda dan merayu suamimu, menyuruh untuk meng*g*rkan kandunganku, mengatakan aku aib keluarga. Kakak pikir aib ini ulah siapa? Ulah suamimu yang tak bermoral. Andai suamimu bisa menahan n*fsunya pada adik iparnya sendiri, aib ini nggak akan ada. Sekarang, kamu ingin aku menikah dengan suamimu, kemudian setelah anak dalam kandunganku lahir, aku harus bercerai dan memberikan anakku pada kalian? Aku tak sudi. Lebih baik aku diasingkan, membesarkan anakku sendiri, tanpa campur tangan kalian." Aku mengatakan dengan berapi-api. Hancur hatiku ketika mereka ingin mengatur hidupku."Sebaiknya pikir-pikir lagi, Lis. Kalau mau mengikuti saran Kakak, kamu masih bisa melanjutkan sekolah, kuliah, dan meraih cita-cita yang diimpikan. Banyak ha
Bab 11POV EvanAku Evan Pramudya Sakti, anak bungsu dari dua bersaudara. Mempunyai kakak bernama Elan Fadil Firdaus, hanya beda lima tahun denganku. Aku sudah menikah dengan Laras, adik tingkatku dulu saat kuliah.Awal aku mengenal Laras adalah saat dia magang di kantor perusahaan orang tuaku. Ternyata kita satu divisi dan dia menjadi bawahanku. Aku kagum dengan apa yang ada pada dirinya. Dia cantik, cerdas, mandiri, pemberani, tidak cerewet, dan tidak terlalu agresif pada laki-laki.Akhirnya aku menjatuhkan pilihanku pada Laras, untuk ke jenjang pernikahan. Dia sangat sesuai dengan kriteriaku. Jauh dari definisi wanita yang sering disebut dengan kata 'merepotkan'.Sampai aku bertemu dengan Lilis, adik iparku sendiri. Dia kebalikan dari Laras. Manja, cerewet, penurut, sangat peduli dengan sekitar, tingkahnya juga sangat menggemaskan.Lilis memang manja, tapi dia sangat perhatian. Perhatian yang tidak dia buat-buat, murni dari hatinya. Mampu menggeser sedikit pribadiku yang sangat din
bab 12POV Evan 2Aku menepati janji, membawa Lilis ke rumah Mama. Laras tidak ikut. Dia bilang ingin mencari ide yang lebih brilian, supaya lebih dekat dengan tujuannya. Tipe wanita pejuang sekali. Tapi sayang, aku jadi semakin tak dihiraukan.Melihat Mama tertawa lepas bersama dengan Lilis, membuat hatiku menghangat. Ada rasa iri di dalam hati, kenapa Mama tidak bisa seperti itu dengan Laras.Setelah bersuka ria di dapur, Lilis kini berada di halaman samping rumah. Dia menemani Papa bermain catur. Pembawaan Lilis yang ramah dan mudah berbaur dengan orang di sekelilingnya, membuat dia dipuji banyak orang. Entah dari kalangan muda maupun yang tua.Seperti yang pernah Mama dan Papa bilang, mereka mendambakan anak perempuan. Kini Lilis hadir di antara mereka. Menjadi anak bungsu tersayang.Bahkan Kak Elan yang sangat dingin terhadap perempuan, semenjak kekasihnya tiada pun menjadi sangat memanjakan Lilis. Memberikan kasih sayang bak kakak laki-laki terhadap adik perempuannya."Andai Tan
Bab 13POV Evan warning 21+ harap bijak membacanya"Biar aku membantumu mengerjakan PR, supaya cepat selesai. Waktu sudah lumayan larut.""Eh, benarkah? Kak Evan mau membantuku?" Matanya berbinar seperti mendapat keberuntungan. Aku jadi bertambah gemas. "Kalau begitu kita mengerjakannya di ruang tamu saja, ya. Biar aku bawa buku-bukunya dulu.""Nggak perlu." Aku langsung mencegah Lilis. "Di sini saja. Biar nggak repot memindahkan buku dari sini ke ruang tamu."Sepanjang membantu dan mengajari dia mengerjakan PR, aku tak pernah melewatkan ekspresi dari wajahnya. Bibirnya mengerucut lucu saat menghadapi soal yang menurutnya susah.Berbeda dengan Laras yang jarang mengeluh. Dia tangguh dan mandiri untuk menghadapi masalah yang dimiliki. Aku jadi seperti merasa tidak terlalu berperan dalam hidupnya.Entah keberanian dari mana, aku mencoba untuk bisa mencium paksa bibirnya. Lilis menampar pipiku, berusaha untuk menyadarkan sesuatu yang salah.Bukannya sadar, aku malah menarik paksa dia da
Adik Ipar Malangbab 14POV Devan"Aku pulang gadis kecilku!"Harusnya itu yang kukatakan pada dia. Gadis kecil yang sudah berani mencuri hatiku. Membuat aku jadi seseorang yang kata temen-temen 'sapi tua makan rumput muda'. Mereka dapat kata-kata itu dari pepatah cina.Setelah berada jauh, dan tak tinggal bersama dengannya lagi, aku mulai merasakan apa yang dinamakan rindu dan tak ingin jauh darinya. Berusaha menahan hati dan godaan jari-jari nakal yang berusaha untuk menghubunginya terus menerus. Kali ini aku kembali.Baru beberapa hari aku tinggal di sini, duniaku dalam sekejap hancur karena jamuan makan malam untuk keluarga suaminya Laras.Aku terjebak di antara rumitnya masalah internal keluarga Om Arifin. Seorang lelaki yang mengkhianati istrinya, dengan memp*rkosa adik iparnya sendiri.Ingin sekali memaki gadis kecilku, bahkan membuang namanya dari sudut hati ini. Tak bisa menjaga mahkotanya sendiri di usia belia.Setelah melihat rekaman kamera pengawas itu, serta mendengar pen
Adik Ipar MalangBab 15 POV Devan"Maafkan aku Om, Tante. Ijinkan aku menikahi Lilis. Aku tak bisa berjanji, tapi kebahagiaan Lilis dan anaknya akan menjadi yang paling utama untukku.""Aku ... tidak bisa," lirih Om Arif.Beliau menatapku dengan lekat. Darah seakan berhenti mengalir, ketika mendengar jawabannya. Benarkah dia tidak bisa memberiku ijin untuk menikahi Lilis?"Aku tidak bisa menentukannya, Devan. Keputusan ada di tangan Lilis. Tadi kamu lihat sendiri, bukan? Saat aku meminta Evan untuk bertanggung jawab, Lilis menolaknya mentah-mentah. Bagaimana dengan kamu yang akan menggantikan Evan untuk bertanggung jawab padanya? Dia pasti akan merasa tidak pantas untukmu, dengan kondisinya yang seperti ini."Ternyata Om Arif bukan bermaksud menolakku. Berarti masih ada sedikit harapan."Aku tahu itu. Paham dengan cara berpikirnya Lilis. Aku akan perlahan-lahan memberi pengertian, bahwa aku serius ingin menikah dengannya.Selain itu, semoga dengan aku menikahi Lilis, Evan dan Laras b
Adik Ipar Malang Bab16 (Datang ke Rumah)POV LilisAku sudah kembali dari rumah sakit, kemarin. Tadi setelah sarapan disuruh langsung istirahat di kamar. Kata Ayah, sebaiknya aku tak sekolah dulu, karena harus memeriksakan kondisi mental akibat peristiwa itu, dengan menjalani psikoterapi.Pikiran ini tiba-tiba teringat dengan perkataan Kak Devan saat di rumah sakit kemarin. Laki-laki itu meminta agar dia yang bertanggung jawab akan janin yang sedang kukandung. Dia ingin menikahi aku.Terdengar suara ketukan dari luar. Aku langsung berjalan ke arah pintu dan membukanya. Sejenak aku terdiam melihat orang yang sudah mengetuk pintu kamarku. Hingga suara panggilan Kak Devan menyadarkan dari keterdiaman ini."Lilis!" panggilnya agak kencang."Y-ya. Ada apa, Kak?" tanyaku agak linglung."Boleh aku masuk?" Suaranya kini lembut.Aku diam tak menjawab. Tiba-tiba teringat kejadian menjij*kan itu, karena kejadiannya di tempat ini, di kamarku sendiri. Sepertinya Kak Devan membaca gerak-gerikku ya