/ Romansa / Adik Ipar Yang Jadi Suamiku / Bab 1 Cinta pada pandangan pertama

공유

Adik Ipar Yang Jadi Suamiku
Adik Ipar Yang Jadi Suamiku
작가: Dhisa Efendi

Bab 1 Cinta pada pandangan pertama

작가: Dhisa Efendi
last update 최신 업데이트: 2025-09-14 18:22:12

"Aahh!"

Brakk!

Ciiiii... iiittt...!!

Motor berdecit, rodanya menjerit menggesek aspal sebelum akhirnya,

Brakk!

Benturan keras kedua. Kali ini pohon yang menjadi sasaran.

Mobil yang sudah menghajar motor itu terus melaju setelah berhenti sesaat untuk mengamati keadaan sekitar. Ia menganggap keadaan aman terkendali meski tak dapat dipungkiri wajahnya menjadi pucat karena takut.

Prang!

Piring di tangan Evara lepas begitu saja dan berderak mencium lantai.

'Kenapa? Ada apa?' gumam hatinya cemas.

Evara Katrina, perempuan cantik yang baru tiga bulan menikah itu merasa ada yang jatuh dari dalam dadanya.

"Eva! Apa yang Kamu lakukan, hah?" Teriak laki - laki yang lebih muda darinya. Laki - laki kurus kecil dan sebelah kakinya ... cacat.

Evara mencoba untuk tenang.

"Tanganku licin. Maaf." Katanya pada Athena, adik laki - lakinya itu.

"Ibu! Apa Eva ingin menghabiskan piring Kita?" Sergah Athena marah.

"Atha, Aku nggak sengaja." Evara setengah mengeluh.

"Apa yang Kamu lamunkan, Eva?" Tanya sang Ibu dengan nada dingin.

Sang Ibu lalu melanjutkan dengan nada yang lebih dingin dan sangat menusuk,

"Kami sudah lapar. Kamu masak begitu lamban. Dan sekarang Kamu malah menjatuhkan piring nya."

"Tapi Ibu, Aku benar - benar nggak sengaja."

"Apa Kamu memikirkan suamimu yang miskin itu?" Sang ibu berdecih.

Brian, memang itu yang sedang Evara pikirkan.

"Cepat, Eva! Mana piringku? Apa Kamu akan membuatku kelaparan?!" Atha seakan melolong.

"Atha, Kamu kan bisa mengambilnya sendiri. Aku harus.."

"Buat apa ada Kamu kalau Aku harus mengambilnya sendiri?" Gerutu Athena.

Evara menghela nafas. Dia bukan seperti kakak bagi Athena tapi lebih seperti pengasuh yang harus melayani semua kebutuhannya.

Sebelah kaki Athena pincang. Itu karena Evara, begitu yang selalu diceritakan oleh sang ibu.

"Waktu Kalian kecil Kamu membuat adikmu celaka, Eva. Mulai saat itu Kamu harus bertanggung jawab mengurusnya."

Tentu saja Evara tidak dapat mengingatnya. Yang ia ingat adalah perlakuan pilih kasih sang ibu padanya dan Athena. Ibu begitu memanjakan Athena tapi menindasnya dengan semena - mena.

"Aku mau menikah. Sediakan uang mahar untukku!" Kata Athena sambil menyuap makanannya.

Makanan yang dimasak sendirian oleh Evara. Seperti semua pekerjaan yang lain di rumah ini. Sang Ibu tidak ingin memiliki pelayan dengan alasan semua dapat dikerjakan oleh Evara. Lagipula Tidak ada biaya untuk itu.

Evara bahkan harus memenuhi kebutuhan finansial keluarga ini. Gaji Evara yang hanya bekerja di sebuah toko sepatu dalam sebuah Mall itu harus dapat mencukupi semua kebutuhan mereka. Athena tidak ingin bekerja. Ia seperti pangeran tanpa mahkota.

Sang Ibu menatap Athena sambil menggeleng - gelengkan kepalanya. Sebenarnya ia belum ingin Evara tahu tentang rencana pernikahan adiknya ini.

"Dengan apa Kamu akan menghidupi istrimu? Lalu mengapa Kamu meminta uang mahar dariku?" Tanya Evara.

"Itu urusanku, Eva! Urusanmu mencarikan uang mahar untukku!" Sentak Athena marah.

Ia memang selalu marah untuk memaksakan kehendaknya.

"Kamu Kakaknya. Kamu bertanggung jawab penuh pada Adikmu." Timpal sang Ibu membelanya.

Sebenarnya ia ingin menunda pemberitahuan ini. Tapi,

'Eva sudah terlanjur mengetahui nya.' geram hati. Safira.

'Semua karena Athena. '

Athara yang tidak merasa bersalah tersenyum puas.

Evara terdiam. Hatinya masih resah karena menjatuhkan piring itu tanpa sebab tapi sudah ada masalah yang membuatnya pusing seperti ini. Darimana ia mendapatkan uang mahar untuk Athena? Ia bahkan tidak berani bertanya berapa uang mahar yang Athena butuhkan.

Ia teringat pada suaminya, Brian. Pekerjaannya sebagai mandor tentu tidak dapat membantunya untuk mencarikan uang mahar itu.

Oh ya, kenapa Brian belum pulang? Biasanya ia akan pulang untuk makan siang.

"Kamu nggak makan, Eva?" Tanya sang ibu melihat ia hanya berdiri di depan mereka. Ia terlihat bingung dan gelisah.

Eva tersentak.

"Aku.. Aku menunggu Brian, Ibu." Jawab Evara.

Ia semakin gelisah. Tidak biasanya Brian terlambat seperti sekarang ini.

"Suami miskin gitu Kamu pikirin terus. Apa yang bisa ia berikan padamu? Kamu bodoh, Eva. Kamu menolak calon yang Ibu pilihkan untukmu!" Kecam sang Ibu.

"Ia memberikan Aku kebahagiaan, Ibu. Meski itu bukan materi." sanggah Evara.

"Naif sekali." Dengus sang Ibu.

"Lihatlah Athena. Adikmu itu berhasil mendapatkan calon istri dari kalangan atas." Kata sang ibu bangga.

Athena mengangguk -angguk dengan mata penuh kesombongan.

***********

Sekitar 3 bulan yang lalu,

"Apa Kamu bisa mencarikan sepatu yang cocok, untukku?" Sapa Brian.

Itulah awal perkenalan mereka.

"Eh, ya, Tuan mau model yang bagaimana?" Tanya Evara gugup.

Brian terlihat begitu tampan dan elegan. Ia memakai kemeja lengan panjang polos warna biru muda. Begitu kharismatik.

Brian tersenyum. Ia sudah sering melihat Evara bila ia ada meeting di Mall ini.

"Sebentar, Tuan. Akan Saya pilihkan beberapa model." Ucap Evara.

"Brian. Panggil Aku, Brian. Sejak kapan Aku menjadi Tuanmu?"

Evara yang cantik dan terlihat polos membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Selidiki keadaan keluarganya, Sony. Aku ingin menikahinya." pintanya pada Sony, sahabat yang menjadi bawahannya.

"Secepat itu, Bos? Bahkan Kalian belum saling kenal."

"Apa urusanmu? Apa Kamu bisa menguasai hati dan pikiranku?"

Brian nampak gusar.

"Tapi Nyonya nanti.."

"Itu urusanku dengan Mama. Kamu nggak usah ikut memikirkannya." Tegas Brian.

Ia meminta bawahannya itu untuk menyelidiki latar belakang Evara. Dan ia menemukan kenyataan yang menyedihkan.

"Gadis yang malang. Aku akan mengangkatmu dari jurang yang diciptakan oleh Ibu dan Adikmu." Gumamnya saat itu.

"Andai saja namaku Adam." Katanya.

"Kenapa?" Tanya Evara bingung.

Brian baru saja menanyakan namanya saat menerima sepatu yang ia sodorkan.

"Adam dan Eva. Tentu berjodoh." Senyumnya menggombal.

"Ah!" Evara tersipu.

"Apalah artinya sebuah nama." Katanya tanpa sadar.

Secara tak langsung ia ingin mereka berjodoh.

Belum apa - apa laki - laki ganteng ini sudah menggodanya. Dan seperti Brian, Evara jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Brian bukan hanya terlihat tampan dan gagah tapi ia juga begitu lembut dan ramah.

Sejak saat itu Brian acapkali menyapa Evara saat melewati toko sepatu itu sampai akhirnya,

"Maukah Kamu menikah denganku?"

Tanpa kencan, tanpa pacaran, Brian membuat Evara ingin pingsan karena bahagia.

"Aku.. Aku.."

"Berarti Kamu mau." Putus Brian percaya diri.

Evara hanya menunduk karena malu.

Keinginan Brian untuk meminang Evara tidak berjalan mulus. Ibunya, Ariana, menentang hubungan mereka.

"Bisa - bisanya Kamu cari jodoh dari keluarga kelas bawah, Brian? Mau diletakkan dimana wajah Ibu pada para leluhur dan kalangan Kita?" sesal Ariana.

"Mama, Aku mencintai Evara. Aku akan tetap menikahinya, dengan atau tanpa restu darimu."

"Brian! Kamu tau konsekwensinya jika Mama nggak setuju?"

Ariana mulai mengancam.

"Brian tau, Ma."

Brian akan kehilangan haknya atas perusahaan dan semua fasilitasnya.

"Apa Kamu masih ingin melakukannya? Kamu nggak akan menyesal?" dengus Ariana marah.

"Aku nggak akan menyesal, Ma. Aku akan memulai lagi dari nol." Jawab Brian tegas.

"Brian!"

"Kakak! Tolong dipikirkan lagi!" Teriak adik Brian satu - satunya, Adamis.

Usia mereka hanya terpaut 2 tahun. Masih lebih tua dari Evara.

"Dami, tolong jaga Mama." Kata Brian sambil melangkah ke kamarnya.

Ia akan membereskan barang - barang yang akan ia bawa.

"Tinggalkan kunci mobil dan kartu kredit mu!" Teriak Ariana putus asa.

Brian tidak menolak. Ia tinggalkan semua fasilitas mewah yang selama ini ia dapatkan demi mengejar cintanya pada Evara.

"Kamu akan mengerti bila sudah mengenal Evara." Katanya pada Adamis.

Brian tidak pernah mengatakan pada Evara kalau ia - tadinya - adalah seorang CEO sebuah perusahaan.

"Aku dipecat, Eva. Aku sedang mencari pekerjaan. Apa Kamu masih mau menikah denganku?" Tanyanya.

Apa Evara dapat menerimanya?

*************

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 7 Pertemuan mertua dan menantu

    Uang duka? "Apa maksud Anda dengan uang duka?"Alis Evara bertaut. Ia terlihat bingung. Pimpinan proyek itu segera menyadari kalau Evara belum menerima kabar ini. "Maaf, Nyonya Brian. Kami dari proyek tempat suami anda bekerja." katanya dengan berat hati. Evara mulai mengerti. "Apa yang terjadi dengan suamiku?" Tanya Evara. Air matanya mulai mengalir turun. Evara sudah dapat menduga tetapi hatinya menolaknya. Pimpinan proyek itu saling berpandangan dengan kedua anak buahnya. "Brian.. Mengalami kecelakaan kemarin siang, Nyonnya"Dunia mulai terasa berputar di mata Evara. Tapi ia masih mencoba bertahan. 'Tidak,' ia mengibaskan kepalanya. "Apa Brian ada di rumah sakit? Rumah Sakit mana?" Tanyanya dengan bibir bergetar. Pimpinan proyek itu terdiam cukup lama. Ia tidak tega melihat air mata Evara. Wajah cantiknya terlihat pucat seperti tak berdarah. "Brian,.. Brian meninggal, Nyonya." Anak buahnya merasa tidak tahan lagi. Ia tidak ingin membuat Evara berharap terlalu lama. "Tid

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 6 Uang duka cita

    "Rencananya pagi ini Aku baru mau ke sana untuk memberitahunya." Kata Adamis lagi. Ariana terlihat bersemangat. Tapi ia juga tau Adamis tidak menyukai Evara. Ia pernah mengatakannya."Aku benci Dia, Mama. Dia yang membuat Kak Brian meninggalkan Kita!"Bagaimana kalau ia mengacau karena mengamuk di sana? "Mama yang akan memberitahunya, Dami. Mama akan pergi bersama Sony." Kata Ariana lembut. "Sebaiknya Kamu ke kantor aja." Katanya lagi. "Apa Mama yakin?"Sebenarnya Adamis memang enggan ke rumah Evara. Ke rumah perempuan yang membuat Kakaknya pergi meninggalkan rumah ini. Ia benci Evara! "Mungkin Sony akan terlambat ke kantor." Kata Ariana mengingatkan. Adamis mengangguk mengerti. Sony adalah orang kepercayaan Brian. Tentu ia sudah mengenal Evara. "Baiklah, Ma. Katakan pada Sony, waktu kerjanya hari ini fleksibel. Tapi hanya hari ini. Aku akan ke kamarku dulu." Katanya. Ia mencium pipi sang Mama sambil berharap dalam hati, 'Semoga Mama juga tidak terpengaruh pada perempuan jaha

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 5 Tamparan untuk Evara

    'Dimana Kamu, Brian?' keluh hati Evara. Tiga tamparan sudah diterimanya hari ini. "Kamu harus melawan, Eva!" Terngiang ucapan Brian di telinga Evara. Plak!!! Evara membalas tamparan Athena dengan sekuat tenaganya. "Kamu yang lancang, Atha! Kamu adikku! Beraninya Kamu menampar orang yang sudah memberimu makan!" Teriaknya setinggi langit. Ia murka juga gelisah. Brian tidak kunjung datang padahal malam semakin merangkak naik. 'Apa Kamu ingin meninggalkanku, Brian? Tolong, jangan siksa Aku seperti ini..' Airmata Evara mulai mengalir turun di pipinya yang memerah karena 3 kali tamparan. "Kalau saja Brian tau kelakuanmu, Atha. Apa Kamu mau menanggung akibatnya?" isak Evara. Air mata terus mengalir di pipinya. Tiga kali tamparan membuat pipinya terasa memar. Tapi bukan itu yang membuatnya menangis. 'Kamu kenapa, Brian? Apa yang telah terjadi padamu? Apa Kamu baik - baik saja, Sayang?' Safira dan Athena mulai cemas. Apa Evara akan melaporkan kekerasan mereka pa

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 4 Berita duka buat Ariana

    "Apa?!" Ponsel Ariana nyaris terjatuh jika Adamis tidak segera menangkapnya. Mereka baru saja menikmati hidangan makan siang yang mereka pesan. Ariana tidak menjawab. Ia bahkan menangis setengah histeris. Adamis melihat ponsel yang masih tersambung dan menempelkannya di telinganya. "Bagaiamana, Bu! Kapan Ibu akan membawa jenazahnya?" tanya orang di seberang sana. Ia merasakan nafas Adamis hingga ia mengira Ariana kembali pada ponselnya. Adamis merasa hatinya melorot ke bawah. "Ap.. Ap - pa maksud Anda? Jenazah?" Tanya Adamis terbata. "Ini siapa? Apa hubungan Anda dengan korban kecelakaan tunggal ini?" 'Korban kecelakaan tunggal?' Adamis melirik ibunya yang masih terus menangis. Bahkan pengunjung resto yang lain mulai ada yang menghampiri mereka untuk menenangkan Ariana. "Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya salah seorang dari mereka dengan nada prihatin. Adamis menelan salivanya. Sekujur tubuhnya terasa dingin. "Korban.. Kecelakaan.. Tunggal? Siapa maksud..

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 3 percakapan terakhir

    'Tapi bagaimana kalau Mama mengetahuinya? Mau diletakkan dimana harga diriku?' keluh hati Brian. Ia melajukan motornya setelah mengantar Evara ke tempat kerjanya. 'Evara sedang mengandung. Ia harus berhenti bekerja dalam waktu dekat.' hatinya merasa galau. Ia jadi banyak melamun di tempat kerja. Ia berusaha menghubungi Adamis tapi ia segera membatalkannya. Adamis menatap ponselnya. Baru saja ia akan menjawab panggilan dari kakaknya saat panggilan langsung terputus. Adamis memutuskan melakukan panggilan balik. "Ada apa, Kak?" Tanyanya. "Ada apa?" Brian justru balik bertanya. "Kakak tadi menelponku." sergah Adamis merasa aneh. "Oh, apa begitu? Mungkin kepencet." Kilah Brian. "Sudah, ya. Aku masih harus lanjut kerja." Putus Brian. Ia langsung memutus hubungan tanpa Adamis dapat mencegahnya. 'Aku harus mempunyai alasan yang kuat untuk mendapatkan uang itu. Aku harus memikirkannya lebih dulu.' batin Brian gelisah. Adamis tidak tau itulah percakapan terak

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 2 Mahar yang membuat petaka

    Brian juga tidak mengatakan kalau ia adalah pewaris utama Bramantyo corporation, sejak sang Ayah, Bramantyo Khairan berpulang hampir lima tahun yang lalu. "Bagaimana, Eva? Aku mencintaimu. Aku ingin menikah denganmu. Apa Kamu masih bersedia menikah dengan orang miskin sepertiku?" ucap Brian seraya menatap Evara penuh puja. Evara menunduk. Ia mencintai Brian apapun keadaannya. Memang naif. Tapi itulah kenyataannya. "Aku juga mencintaimu, Brian. Aku mau menikah denganmu." kata Evara dengan kepala tetap tertunduk. Mereka menikah tanpa pesta. Evara mengajak Brian tinggal di rumahnya Brian tidak dapat membawa Evara ke apartemennya karena Ariana juga mencabut haknya atas apartemen itu. "Kembalilah ke rumah, Brian. Ceraikan Dia." Pinta Ariana melalui telpon. "Maaf, Ma. Mama belum mengenal Evara tapi sudah menolaknya." kata Brian. "Tapi dia hanya gadis tanpa masa depan, Brian. Dia dari kalangan bawah!" seru Ariana marah. "Aku yang akan menjadi masa depannya, Ma. Aku

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status