sesampainya dirumah.sesuai janjinya Edward mengantarku hingga depan rumah, "Terimakasih sudah mengantarku," ucapku didalam mobil.“Tidak, aku yang harus berterimakasih karena telah meminjam waktumu untukku." Edward menoleh dan tersenyum.mendengar dan melihat senyumnya membuatku sedikit gugup. aku belum terbiasa berhadapan dengan sifatnya berbeda ini.“ya-yaudah, kalau begitu aku masuk dulu Edward. Hati-hati dijalan, selamat malam." ku buka pintu mobil dan pamit undur diri."tunggu," cegah Edward. aku spontan terhenti."iya?" tanyaku tersenyum canggung.“Berikan ponselmu." tangan kanannya menadah padaku.aku menyerit, ponsel? untuk apa Edward meminta ponselku?tanpa berfikir panjang aku mengambil ponsel di sakuku dan memberikan padanya.kini ponselku berpindah ke tangannya, ku lihat ia mengetik nomor dan menghubungi seseorang.mungkinkah Edward lagi gak punya pulsa? makanya dia minjem ponsel ku.“Ini, terimakasih." Edward mengembalikan ponselku.aku membalas mengangguk."masuklah dan
Hari berganti. aku kembali ke kantor seperti biasa, duduk sembari mengecek dokumen di ruanganku.ketukan pintu mengalihkan perhatianku.“Bella,” sapa Vio membuka pintu.“Vio, masuklah," kataku sembari menutup dokumen. kebetulan aku memang sedang menunggunya."apa kau sudah menghubungi pengacara Nowela?” lanjutku bertanya.“Sudah Bel, aku juga sudah membuat janji untukmu dengannya di kafe Bintang besok," jawab Vio.“baguslah, terimakasih."Vio melangkah mendekat sambil memperhatikan dokumen yang ku kerjakan, "Bella, bagaimana dengan semua berkas yang dibutuhkan untuk perceraianmu?”“Sudah Vio, semua berkas untuk perceraian sudah aku siapkan, aku tinggal mendapatkan tanda tangan Zico saja siang ini jadi ..." kalimatku menggantung, mataku melirik Vio.Vio menyerit heran, "jadi?"“Jadi abis jam makan siang aku ga lanjut ngantor ya, tolong lemburlah dan wakilkan aku hari ini,” kataku memasang senyum memohon.wajah Vio seketika mengerut, “arghhhh lembur lagi,” cibirnya melipat tangan.aku be
"kakak kenal kak Edward?” tanya Tania penasaran."tentu, dia adalah CEO dari perusahaan Albern Royal Group. dan saat ini perusahaan kami sedang bekerjasama dalam project penting. wajar kami saling mengenal." jawabku.“benarkah? berarti selain tampan dia juga kaya raya, bodoh sekali kakak menolaknya dulu." Tania tertawa dengan tatapan meremehkan."jodoh siapa yang tahu Tania, lalu apa kau akan menerima perjodohan itu?" tanyaku penasaran.Jika Tania mencintai Zico, mungkin dia akan menolak rencana perjodohan itu.Tania berfikir sejenak, tangannya menempel didagu, "ehm, aku berencana menerima perjodohan itu kak," ucapnya tersenyum.aku tertegun sesaat, bagaimana bisa dia berencana menerima perjodohan itu?"aku berencana akan menemuinya setelah sembuh nanti. tak sabar melihat setampan apa dirinya secara langsung." wajah Tania merona, kedua tangannya menitupi pipinya yang memerah."sepertinya kau sangat menyukainya ya? apa foto itu membuatmu jatuh cinta pada pandangan pertama?" aku menyipit
setengah jam setelah berbincang ria bersama ayah, aku pamit pulang.didalam mobil aku langsung menghubungi Edward.setelah dering kedua, Edward mengangkat telponku. [“halo Edward!”][“Bella, tumben kau menghubungiku duluan?”] suara bariton gagah itu terdengar santai.[“ehm begini, ada sesuatu penting yang ingin ku bicarakan padamu, bagaimana kalau kita bertemu sekarang?”] ajakku penuh harap.[“...”] sunyi ... tidak ada jawaban. aku menggigit bibir karena gugup, mungkinkah Edward ingin menolak ajakanku?[“Tidak bisa. untuk sekarang aku sibuk,”] jawabnya datar.Aku terdiam kecewa, sudah kuduga. tak heran jadwalnya memang padat.[“Oh, baiklah. maaf mengganggu.”] suaraku merendah.[“Tapi malam ini aku tidak sibuk, jadi bagaimana kalau bertemu nanti malam saja, kita makan malam di restoran Rich Secret jam 7 nanti."] spontan aku kembali bersemangat, tak ku sangka Edward mau berbaik hati meluangkan waktuk untukku nanti malam.["baiklah! terimakasih!"] kataku tersenyum cerah.[“dandan yang can
“Edward ..."Edward berbalik. sekejap aku terkesima, kilauan penampilannya membuat mataku silau, benar-benar ketampanan yang bercahaya.sepertinya aku sudah gila, hampir saja aku jatuh cinta padanya.tidak boleh! aku harus fokus pada tujuanku.aku melangkah mendekat ke arahnya. mata Edward melebar menatapku, ia tak bekedip sedikit pun."Edward?" telapak tanganku mengayun menyadarkannya."a-ah ya?" Edward akhirnya sadar matanya kembali berkedip.melihat raut wajahnya yang salah tingkah membuatku ingin jahil menggodanya, "apa penampilanku hari ini membuatmu terpesona?" kataku setengah bercanda."ya kau cantik sekali hari ini Bella," ucap Edward tersenyum."bukan hanya aku saja, kau juga terlihat sangat tampan. gaya rambutmu yang baru membuatmu terlihat berbeda," tuturku. tentu saja aku bekata jujur, karisma Edward makin bertambah.Edward tersenyum memalingkan wajahnya, aku menyerit heran. ada apa dengannya?setelah diperhatikan, telinga Edward memerah.apa dia sedang malu karena dipuji?
"Terimakasih atas makan malamnya,” ucapku didalam mobil.Setelah makan malam, Edward menawarkan diri untuk mengantarku pulang, aku menerimanya jadi aku menyuruh supir untuk membawa mobilku pulang lebih dulu.“Apa aku boleh singgah sebentar?” Edward menoleh menatapku.aku menyerit heran, kenapa tiba-tiba dia ingin singgah?“Kalau tidak boleh, tidak apa-apa," ucap Edward dengan raut menekuk.“A-ah boleh kok, aku juga baru ingin menawarkanmu untuk singgah sebentar," kataku sembari menggaruk pipiku dengan ujung jari. sebenarnya aku tidak enak menolaknya, jadi aku berkata begitu.Edward keluar duluan dari mobil lalu berjalan membukakan pintu untukku.“ayo kita masuk bersama,” ajaknya mengulurkan tangan.Aku menerima uluran tangannya, "terimakasih."saat aku hendak melangkah, Edward tiba-tiba membuka jasnya dan memakaikannya padaku.“Kasihan punggungmu kedinginan," ucapnya memakaikan.Aku mengangguk sembari tersenyum, kemudian mempersilahkannya untuk masuk kerumahku...pelayan menyambut kam
hari berganti dengan pagi yang cerah. aku kembali bekerja dikantor seperti biasa, tak lupa aku membawa berkas yang diperlukan yang ingin kuberikan pada pengacara Nowela nanti.“Bella." Viona datang memasuki ruanganku. suaranya terdengar tidak bersemangat dan wajahnya juga tampak murung.“ada apa Vio?” aku menghentikan sebentar pekerjaanku.“Ini, berkas projek yang akan dipakai rapat besok lusa, ada beberapa halaman yang sudah aku perbaiki karena tidak sesuai dengan perencanaan awal. Kamu periksa saja dulu, kalau tidak ada masalah langsung saja tandatangan." Viona menaruh berkas dengan lesu.Aku dan Viona sudah lama berteman, kami berteman sejak kuliah lalu kami semakin dekat hingga menjadi sahabat, tetapi aku menganggapnya lebih dari itu, ia sudah seperti saudaraku sendiri, ia peka dan sangat peduli padaku.Aku juga sangat sayang dan peduli padanya, kami bahkan menggunakan bahasa informal walaupun aku seorang atasan sekaligus bos pemilik perusahaan. Tidak ada kata bos dan bawahan diant
sepulangnya dari kantor aku berencana mengajak Edward bertemu untuk mengembalikan jas-nya semalam.kalau dipikir beberapa hari ini kami semakin sering bertemu yah.Ting! Tertanda ada pesan masuk di ponselku.{“Kita akan bertemu dirumahmu sekarang."} isi pesan balasan Edward.{“Baiklah.”} aku mengirim pesan balasan.Aku tidak tahu mengapa Edward ingin bertemu dirumahku, dan tanpa berfikir panjang aku menyetujuinya saja. Lagian jas nya juga ada dirumah.setengah jam kemudian aku sampai dirumah, kulihat mobil Edward sudah terparkir didepan rumahku.ku hampiri mobil hitamnya itu "Sudah lama menunggu?”“Tidak, baru saja,” jawab Edward. Ia turun dan langsung masuk rumah bersamaku.Namun sebelum kakiku memasuki rumah, tak sengaja aku melihat tukang kebun rumahku mengarahkan kamera ponselnya pada kami.mencurigakan! sepertinya orang itu telah memotret kami diam-diam.“masuklah duluan, aku ada urusan sebentar,” ucapku meninggalkan Edward.Aku berjalan menghampiri tukang kebun itu.“pak Diman, s