Sebuah mobil mewah mendarat tepat di depan hotel. Mobil hitam klasik keluaran terbaru itu dikendarai sopir pribadi yang sengaja dikirim untuk menjemput Baswara. Ternyata kedatangan Baswara begitu disambut hangat oleh pihak Tuan Mark. Ia dengan sengaja mempersiapkan makan malam spesial untuk menjamu rekan bisnisnya yang tak lain Baswara.
Masih menggunakan kemeja dan celana lea panjang, Baswara melangkah masuk ke kamar yang telah disediakan untuk dirinya. Meraih kunci yang ada di meja resepsionis dan berlalu pergi menuju lantai lima.
Sepanjang jalan Baswara masih saja mengingat sosok pria tua yang sempat berbicara dengannya. Sesekali ia menggelng seakan meyakinkan diri bahwa ia tidak sedang berhalusinasi.
Pintu kamar terbuka, ruang VIP dengan satu tempat tidur dan balkon indah. Lengkap dengan meja makan dan sofa yang nyaman. Terlihat pula tempat tidur dengan ukiran bak kerjaan, lemari kecil juga meja hias. Membuat Baswara tersenyum sembari menyentuh meja.
Baswara kembali ke hotelnya dengan diantar Dean. Keduanya kini terlibat bincang hangat. Saling terbuka sambil memperkenalkan diri.“Apakah Tuan suka dengan keadaan di sini?” tanya Dean dengan senyum sumringah sambil melirik Baswara dari cermin.“Ya, tapi tidak untuk jangka panjang,” jawab Baswara dengan wajah tenang.“Apa karena ada seseorang yang Tuan tinggalkan di Indonesia?” tanya Dean kembali, kali ini dengan nada meledek.Baswara enggan menjawab, namun mimik wajah ceria dan senyum yang terkembang sudah menunjukkan jawaban.“Apakah Tuan sudah menikah? Jika saya boleh menebak, usia Tuan sekitar tiga puluhan, bukan?”Baswara mengangguk masih dengan sikapnya yang tenang. Bersandar sambil sesekali menatap ke arah luar jendela.“Tuan sudah menikah? Aku penasaran wanita seperti apa yang menjadi pilihan hati Tuan?”“Belum.”“Andai saja aku bisa be
“Tuan, benarkah Tuan akan kembali ke Indonesia esok?” tanya Dean dengan wajah sedih.“Ya, pekerjaanku selesai lebih awal di sini.”“Tuan, bisakah kita bertemu kembali?” tanya Dean kali ini terlihat ia menyeka air mata yang sempat jatuh.Baswara hanya bisa terdiam menatap sikap Dean yang begitu menyukai dirinya. Ia tak menyangka percakapan kecil selama melakukan perjalanan bersama Dean membuat keduanya merasa dekat satu sama lain, meskipun hanya dua hari dua malam bersama.“Tentu saja, aku mungkin akan sering berkunjung kesini,” ungkap Baswara yang segera membuat Dean tersenyum dan mengangguk senang.“Sebenarnya, nenekku begitu ingin bertemu dengan Tuan. Dia sangat kagum saat aku menceritakan sosok Tuan kepadanya. Dia bahkan begitu penasaran betapa tampannya wajah Tuan,” ungkap Dean dengan penuh semangat.“Kalau begitu, bawalah nenekmu saat mengantarkanku besok ke bandara.&rdqu
Pesawat mendarat dengan baik, tepat sesuai prediksi yang dijadwalkan. Dari salah satu pintu terlihat Baswara melangkah tenang dengan koper di tangannya. Ia berjalan mendekati Sam yang sudah sedari tadi menunggu dirinya.“Kau ingin ngopi dulu atau langsung pulang?” tanya Sam yang terlihat bersiap-siap hendak pergi.“Aku ingin pergi ke suatu tempat,” ucap Baswara dengan senyum terkembang.“Ada apa dengan wajahmu? Kenapa terlihat ceria, bahagia, apa sih yang terjadi di sana?” tanya Sam dengan tatapan curiga.“Banyak,” jawab Baswara lagi-lagi dengan senyum yang semakin mengembang.Seketika pandangan Sam mengarah pada kotak kecil dengan pita merah menghiasinya.“Apa itu? Apa itu hadiah untuk Kana atau justru ....”“Ah, ini. Ini hadiah seseorang untukku. Kau mau?” tanya Baswara yang dengan segera meraih sepotong cokies dan menyulangkan ke dalam mulut Sam. “Bagaima
Sepanjang perjalanan menuju apartemen Sam, Baswara hanya diam. Wajah cerianya memudar, begitu pula senyumnya. Hanya duduk bersandar dengan kepala terkulai lemas menatap jalanan ibu kota. Hembusan angin yang sibuk berbisik diantara telinga-telinga malam.Sam menyadari ada sesuatu yang tak menyenangkan telah terjadi. Namun, ia tak mau bertanya. Sebagai sahabat terdekat, Sam tahu benar sikap Baswara. Ia akan bercerita dan mengatakan semua yang menjadi bebannya. Apapun itu masalahnya. Bagi Sam, Baswara hanya sedang beradaptasi dengan pribadi barunya dan semua itu butuh proses, hingga ia merasa butuh waktu membiarkan Baswara menyelesaikan masalahnya sendiri terlebih dahulu.Baswara terlihat melangkah tenang dengan koper di tangannya. Kacamata hitam yang terpasang berhasil menutupi raut wajahnya. Meskipun demikian, Sam tetap bersikap layaknya tak terjadi apa-apa. Namun, ia tetap memperhatikan setiap detail gerak gerik pemimpinnya itu.“Apa kau ingin makan sesuat
Dering alaram terdengar nyaring. Suara berisik memekakkan telinga itu berasal dari kamar Baswara. Dinding kamar yang sengaja dibuat tak kedap itu dirancang agar Sam dengan mudah mendengar apa yang terjadi pada Baswara. Suara itu terus berbunyi dan ini cukup menyiksa pendengaran Sam yang begitu peka.“Baswara ...!” gerutu Sam yang kemudian bangkit dari ranjang dan mendekati kamar Baswara.Mata sayup menahan kantuk mendadak melotot melihat Baswara tak ada di kamarnya. Ranjang tertata rapi dengan koper tertutup di atasnya. Sambil berdecak kesal Sam mendekati kamar mandi dan betapa kagetnya ia tak mendapati Baswara di dalamnya. Matanya kembali melirik ke arah koper yang ternyata terisi penuh pakaian yang Baswara susun tadi malam.Alaram kembali berdering, angkanya menunjukkan pukul enam lewat sepuluh. Sam bingung dan menelusuri semua ruangan untuk mencari keberadaan Baswara. Dapur, balkon, ruang olahraga, kolam renang, semua terlihat kosong dan tertutup
Kota kecil yang indah, meskipun ada banyak perubahan di bagian pusat kota, namun suasana dan keadaannya masih sama betul dengan apa yang pernah ia rasakan dulu. Saat pertama kali ia menginjakkan kaki di sini, tanpa kedua orang tua, hanya sebatang kara. Bermodal ransel berisi beberapa potong pakaian, ia lari dari rumah karena gerah harus mengikuti seluruh aturan keluarga. Didampingi pelayan setiap saat dan jutaan jadwal disetiap detiknya.“Aku kembali ke sini. Tapi kali ini aku tidak merasa kacau seperti dulu. Saat ini aku datang karena kemauanku dan dengan modal yang banyak. Mungkin aku bisa melakukan banyak hal di sini, setidaknya dalam tiga hari ini,” gumamnya dengan senyum terkembang.Kacamata yang sedari tadi ia gunakan pun sengaja dilepas. Berjalan tenang di trotoar, menikmati banyak pohon tinggi nan hijau. Ada gunung di balik tingginya gedung kota. Angin yang bertiup begitu menyegarkan.“Tidak menyangka, bisa menikmati ini semua jau
Keadaan kota begitu ramai, kemacetan di jalan, udara yang menyengat dan bunyi klakson mobil yang memekakkan telinga selalu terdengar. Terkadang merasa lelah dan penat dengan semua keadaan ini. Namun, semua harus dijalani. Begitulah yang Sam rasakan pagi ini. “Kemana aja sih, tuh anak. Sepertinya dia balas dendam ke aku. Dulu saat aku sakit, semua pekerjaanku dia yang atasi. Sekarang, dia dengan tenang menikmati liburan tanpa menghubungiku. Mau marah, tapi dia bosnya. Nasibmu lah, Nak,” gumam Sam dibalik gagang setirnya. Setelah sekian lama berdiam diri karena kemacetan, akhirnya mobil Sam bisa kembali melaju menuju kantor. Baru saja mobil Sam memasuki arena parkir, sudah terdengar kebisingan dari arah pos satpam. Mau tak mau, Sam melangkah mendekati pos untuk mencari tahu apa yang terjadi. “Kamu?” tanya Sam ke arah seorang gadis yang terlihat tak asing lagi baginya. “Mana Baswara? Aku ingin bertemu!” ujarnya dengan lantang. Membuat kedua satpam yang b
Sam merasa lebih tenang setelah bertemu dengan Kana. Kana berhasil membuat ia berprasangka baik akan keadaan Baswara.“Kamu gadis yang luar biasa Kana. Kamu begitu lembut dan pengertian, tidak heran Baswara tergila-gila padamu. Meskipun aku begitu dekat dengannya, namun kamulah yang bisa mengerti dirinya. Aku jadi malu sendiri sudah mengaku-ngaku mengenal baik diri Baswara,” gumam Sam sembari mengendarai mobil kecilnya.Jalan terlihat sepi dengan langit yang berkabut. Udara dingin dan suara geluduk menemani perjalanan malam Sam. Sesekali ia melirik ke arah jam yang ada di tangannya, sudah menunjukkan pukul sembilan. Rasa lelah fisik dan pikiran membuat Sam ingin segera pulang dan beristirahat. Namun, itu semua percuma, karena ia tetap merasa tak tenang karena belum mendapatkan kabar tentang Baswara.“Apa aku terima aja tawaran Kana untuk menghubungi teman baik Kana yang ada di sana? Eh, enggak deh. Takutnya malah timbul berita jelek lagi tentan