Beranda / Romansa / Aduh, Bosku Bucin / 1. Bertemu (Lagi)

Share

Aduh, Bosku Bucin
Aduh, Bosku Bucin
Penulis: dtyas

1. Bertemu (Lagi)

Penulis: dtyas
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-29 07:34:24

“Makasih ya pak,” seru Bintang sambil menyerahkan helm dan menaiki undakan tangga lobby.

Hari pertama ia bekerja, sebenarnya bukan kali pertama juga. Bintang dimutasi ke kantor pusat. Tentu saja karena pencapain dan prestasi kerjanya. Memasuki area lobby, gedung Emerald Company, ia bertanya pada bagian informasi lantai tujuannya. Emerald Design, Firma arsitektur. Salah satu usaha dari Emerald Company.

“Emerald Design, lantai delapan ya.”

“Lantai delapan, oke, terima kasih mbak,” ujar Bintang lalu bergegas menuju lift.

Tidak ingin memberikan kesan buruk di hari pertamanya bertugas. Ia tidak boleh terlambat. Melirik jam tangan, masih ada lima belas menit sebelum waktu kerja dimulai. Berdesakan saat memasuki lift, tidak mungkin menggunakan tangga darurat. Bisa-bisa ia kehabisan nafas saat tiba di lantai tujuan.

Keluar dari lift, Bintang melihat penunjuk arah dan kembali bertanya pada meja informasi.

“Saya Bintang Lita Anjani, dari cabang Jogja. Ini surat tugas mutasi saya,” ujar Bintang.

“Oh, mbak Bintang. Langsung temui Pak Medi, beliau pimpinan di sini.”

Bintang diantar untuk bertemu dengan Medi -- atasannya.

“Silahkan masuk.”

Bintang tersenyum dan mengangguk saat memasuki ruangan. Mengulurkan tangannya pada pria dengan jabatan tertinggi di firma tersebut.

“Saya Bintang, pak.”

“Iya, saya sudah tahu kamu Bintang. Karyawan yang dimutasi dari cabang hanya kamu. Silahkan duduk.”

Pria di hadapan Bintang menatap layar laptop lalu menurunkan kacamatanya.

“Entah bagaimana cara kerja di cabang, kalau di sini kita bekerja dibagi tim dan kamu saya masukan ke timnya … Ah, ini saja. Tim dua.”

Pria itu memberikan titah pada sekretarisnya melalui interkom.

“Panggilkan Oka!”

“Baik, Pak.”

“Kita tunggu ketua tim kamu. Ngomong-ngomong kamu bukan asli orang sini ya?” tanya Pak Medi sambil melepas kacamatanya.

“Bukan Pak,” jawab Bintang sambil mengangguk.

“Saya sudah baca CV kamu, ternyata kamu dan ketua tim satu almamater kampus. Mungkin saja kalian saling kenal apalagi kalian seumuran.”

“Mungkin pak,” jawab Bintang, entah siapa yang dimaksud oleh pria itu.

Terdengar ketukan pintu.

“Masuk!” titah Pak Medi.  “Oka, kemarilah!”

Mendengar perintah Medi, Bintang pun berdiri. Rasanya tidak sopan kalau dia tetap duduk saat dikenalkan dengan rekan kerjanya, apalagi rekannya ini adalah ketua tim. Ia menoleh, seorang pria dengan wajah datar dan tegas mendekat. Dahi Bintang mengernyit, rasanya wajah pria ini tidak asing. Dia ….

“Ini anggota tim kamu yang baru, mutasi dari cabang. Namanya Bintang.”

Pria yang dipanggil Oka itu berdiri mematung berhadapan dengan Bintang. Sama-sama heran dan raut wajah terkejut.

“Kamu ….” Bintang mencoba mengingat lagi sosok di hadapannya.

“Asoka, saya Asoka.” Pria itu mengulurkan tangannya.

Bintang menyambut dengan ragu-ragu. Pria bertubuh tinggi dan berkulit putih. Rambut agak ikal, tapi terlihat rapi. Rahang tegas dengan hidung mancung, membuat penampilannya terlihat sempurna.

Semua wanita yang baru melihat Asoka pasti sepakat kalau pria ini sangat tampan dan tidak ada cela dari sosoknya. Dengan setelan celana panjang hitam dan kemeja lengan panjang marun yang dilipat sampai siku, sangat menyempurnakan raganya.

“Bintang,” ucap Bintang.

“Kalian belum kenal, padahal satu kampus,” ujar Medi.

Tangan Asoka dan Bintang masih saling menjabat, sampai akhirnya Bintang menyadari sesuatu lalu melepaskan tangannya.

“Kamu … Asoka Brata, kating saya di univ X?”

“Hm.”  Asoka bersedekap menatap Bintang masih dengan raut wajah datar.

“Astaga, lalu kita satu tim?” tanya Bintang memastikan lagi sambil menatap Asoka dan Medi bergantian.

“Oh, sudah saling kenal ‘kan? Baguslah, saya yakin kalian bisa jadi tim yang solid karena sudah saling kenal, pasti sudah ada chemistry. Iya ‘kan?” tanya Medi.

“Tidak,” jawab Asoka dan Bintang serempak menatap Medi.

“Waduh, gawat ini.”

Bintang mendengus kesal karena ia bertemu lagi dengan Asoka. Pria yang sudah menimbulkan kesalahpahaman di masa lalu dan tidak bisa menjelaskan apapun. Teringat lagi kejadian lima tahun lalu, saat masih kuliah. Kejadian salah paham dan berakhir memalukan. Apalagi dia harus rela patah hati diputuskan kekasihnya, semua itu terjadi karena pria ini. Asoka Brata.

Mengikuti acara kampus dan mengharuskan mereka bermalam di penginapan. BIntang baru selesai mandi dan hanya mengenakan bathrobe ketika keluar dari toilet mendapati seorang pria tertidur di ranjang kamarnya. Kondisi pria itu bertelanjang dada dengan selimut menutupi sampai pinggang. Padahal ia sekamar dengan rekannya yang jelas-jelas perempuan.

“Dia siapa, kenapa ada di sini.”  Bintang mendekat ke ranjang. “Hei, bangun!” Menepuk lengan pria itu beberapa kali yang langsung menggeliat pelan dan mengerang.

“Siapa kamu? Kenapa ….”

Brak.

Bintang terkejut karena pintu kamar dibuka paksa, pria itu langsung beranjak duduk sambil mengucek mata dan rambut acak-acakan.

“Oh, jadi benar isu kegiatan ini dimanfaatkan juga untuk mesum.”

“Kak Candra,” ucap Bintang terbata.

Candra adalah kekasih Bintang, senior di kampus. Bersama dengan dua orang senior lainnya mereka tersenyum sinis bahkan bergumam merendahkan. Bintang menghampiri Candra.

“Kak, aku bisa jelaskan. Ini tidak seperti yang terlihat.”

“Mau jelaskan apa? Kondisi kalian begini, bisa dipastikan kalau kalian baru … ck, menjijikan.” Candra berdecak dengan senyum sinis.

Bintang menyadari dia hanya mengenakan bathrobe dan pria itu tidak menggunakan kaos atau atasan apapun.

“Tapi aku nggak tahu kenapa dia ada di sini,” ujar Bintang berusaha menjelaskan situasinya bahkan sambil memegang lengan Candra.

“Lepaskan tanganmu dari tubuhku.” Candra mengusap lengan yang tadi disentuh Bintang seakan menghempas debu dan kotoran yang menempel.

“Lo, Asoka ‘kan?” tanya rekan Candra.

Pria itu mengangguk lalu turun dari ranjang, menatap sekeliling dan mendapati kaosnya ada di lantai gegas ia memakai kaos itu.

“Kalian berdua ikut kami!” seru rekan Candra yang lain.

“Pakai baju kamu, murahan banget sih,” ejek Candra pada Bintang.

“Kak, dengarkan aku dulu. Ini nggak seperti yang kamu kira. Aku nggak kenal dia dan nggak tahu kenapa bisa ada di kamar ini.”

“Aku tidak butuh penjelasan. Kondisi kalian bisa menjelaskan apa yang sudah terjadi. Mulai sekarang kita putus, kamu bisa lanjut sama dia.” Candra menunjuk pria bernama Asoka.

“Tapi … kak, tolong percaya aku,” rengek Bintang lalu menoleh pada Asoka. “Kamu jelaskan kalau kita tidak melakukan apapun,” titah Bintang.

“Kalau tidak macam-macam, kenapa kalian bisa ada di kamar ini?” tanya Candra.

“Aku nggak ngerti kak. Sumpah aku baru beres mandi, lihat dia ada di ranjang lalu kalian datang.”

“Seharusnya kamu di aula, sebentar lagi acara dimulai dan kamu tanggung jawab di acara. Kenapa bisa ada di sini?” tanya Candra pada Asoka.

Semua orang yang ada di ruangan itu memusatkan perhatian pada Asoka yang masih berusaha fokus.  Asoka memegang kepalanya yang masih terasa pening.

“Hei, jawab!” teriak Candra.

“Aku ….”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aduh, Bosku Bucin   5. Kamu ... Bangs4t

    Bab 5“Dasar nggak peka. Hampir dua jam nggak ada inisiatif melipir. Hih.” Bintang bergumam mengeluarkan keluhannya terhadap Asoka saat mencuci tangan. Baru saja selesai dengan urusan di bilik toilet.Mengecek di maps, ternyata perjalanan mereka masih dua jam lagi. Tidak ingin bergegas, Bintang mematut dulu wajahnya di cermin. Memastikan penampilannya masih layak.“Oke, kita lanjut lagi. Satu mobil dengan kulkas dari kutub dan raja gombal. Biar kata jomblo, nggak ada tertarik sama kedua cowok itu. Hih, jauh-jauh deh.”Bintang keluar dari toilet, hendak berbelok keluar menuju minimarket di mana Asoka menunggu.“Sudah beres?”“Astaga,” pekik Bintang sambil mengurut dada.“Kamu lucu kalau kaget gitu, tambah imut,” seru Marzuki sambil terkekeh.“Ish, jangan gitu lagi, mas. Saya kaget loh.”“Oh iyakah, maaf ya. Padahal aku niat baik tungguin kamu.” Melihat gerakan Marzuki yang akan menyentuhnya, Bintang gegas melangkah pergi. “Hei, Bintang, kok pergi.”Asoka berada di meja tidak jauh dari

  • Aduh, Bosku Bucin   4. Rencana Busuk Zuki

    Bab 4Asoka bersandar dan memijat dahinya pelan. Tidak menduga ia akan bertemu lagi dengan gadis itu. Bintang. Gadis yang kepergok satu kamar dengannya. Masih menjadi misteri kenapa dia bisa ada di kamar dengan Bintang dalam keadaan tidak sadar. Parahnya lagi, tidak berpakaian.Semenjak kejadian itu, rekan nya menduga Asoka dan Bintang memang ada hubungan. Padahal baru berinteraksi dan bicara di malam itu. Sepertinya mereka korban jebakan, tapi siapa yang melakukan itu dan apa maksudnya. Sama seperti dulu, ia tidak peduli. Meski penasaran, tapi dianggap angin lalu.Hendak menemui Medi, atasannya. Asoka meninggalkan ruangan, sempat melewati kubikel Bintang dan gadis itu fokus menatap layar komputer. Melewati pintu darurat yang tidak tertutup rapat, terdengar suara berbincang.“Kebiasaan, kalau merokok di tangga. Mana nggak ditutup. Gimana kalau asapnya masuk kemari.”Tangan Asoka sudah berada di gagang pintu dan akan mendorong untuk menutup, tapi tertahan saat mendengar percakapan itu

  • Aduh, Bosku Bucin   3. Ternyata Tetangga

    Bab 3“Hah.”Bintang menghela nafas saat tiba di depan lift apartemen. Hari pertama bekerja di Jakarta, sungguh melelahkan. Masih belum hafal rute menuju kantor dan mengandalkan angkutan umum. Belum lagi kepadatan di jalanan mengakibatkan macet. Dalam hati ia menyemangati diri sendiri agar tidak menyerah lalu resign dan pulang kampung.Parahnya lagi, di kantor ia harus bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Bahkan harus rela setiap hari melihatnya, dia Asoka. Di ruangan yang sama sebagai ketua tim. Membayangkannya saja, Bintang kesal sendiri. Ternyata dunia memang sesempit daun kelor. Dari banyaknya tempat ia harus berada satu tempat dengan Asoka. Dari banyaknya manusia yang ada di dunia ini, dia harus bertemu lagi dengan Asoka.Mendadak ia teringat ucapan Medi kalau hubungan mereka bisa berubah menjadi cinta. Bintang langsung bergidik ngeri membayangkan hal itu. Mana mungkin ia bisa menyukai apalagi jatuh cinta pada Asoka, membayangkannya saja membuatnya berekspresi ingin muntah.J

  • Aduh, Bosku Bucin   2. Ketua Tim. Dia ... Asoka

    Bab 2“Aku ….” Asoka terdiam. Ia tidak kenapa bisa ada di kamar ini. Hanya ingat terakhir ia berada di belakang stage untuk rehat karena akan bergantian mengisi acara. Menerima nasi box konsumsi juga air mineral botol lalu entahlah. Yang mendominasi di kepalanya hanya rasa sakit. Jangankan untuk mengingat, bahkan ia bingung dan tidak mengerti dengan cecaran pertanyaan yang ditujukan padanya.“Jelaskan dong, jangan diam aja. Kita nggak ngapa-ngapain dan ini kamar aku.”Gadis ini ikut mengoceh memintanya menjelaskan. Sedangkan Asoka bingung harus menjelaskan apa.”“Asoka!” sentak gadis itu.“Aku belum tuli. Tidak usah berteriak.” Asoka menghela nafas sambil menyugar rambutnya menjauh dari Bintang.Saat ini mereka sudah berada di ruangan lain, bukan kamar yang tadi. Bintang sudah memakai pakaian lengkap. Ketiga senior termasuk Candra yang tadi menggerebek ada di ruangan itu, bersikap seperti hakim yang sedang melakukan sidang pada pasangan mesum yaitu dirinya dan Bintang.“Kalian ini, pa

  • Aduh, Bosku Bucin   1. Bertemu (Lagi)

    “Makasih ya pak,” seru Bintang sambil menyerahkan helm dan menaiki undakan tangga lobby.Hari pertama ia bekerja, sebenarnya bukan kali pertama juga. Bintang dimutasi ke kantor pusat. Tentu saja karena pencapain dan prestasi kerjanya. Memasuki area lobby, gedung Emerald Company, ia bertanya pada bagian informasi lantai tujuannya. Emerald Design, Firma arsitektur. Salah satu usaha dari Emerald Company.“Emerald Design, lantai delapan ya.”“Lantai delapan, oke, terima kasih mbak,” ujar Bintang lalu bergegas menuju lift.Tidak ingin memberikan kesan buruk di hari pertamanya bertugas. Ia tidak boleh terlambat. Melirik jam tangan, masih ada lima belas menit sebelum waktu kerja dimulai. Berdesakan saat memasuki lift, tidak mungkin menggunakan tangga darurat. Bisa-bisa ia kehabisan nafas saat tiba di lantai tujuan.Keluar dari lift, Bintang melihat penunjuk arah dan kembali bertanya pada meja informasi.“Saya Bintang Lita Anjani, dari cabang Jogja. Ini surat tugas mutasi saya,” ujar Bintang.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status