"Nona, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu pakai kemeja pria?"
Ciara sudah berada di dalam mobil bersama Quden. Mobil berjalan perlahan di jalan raya. Namun, Ciara masih merasa gelisah. "Keluarga Paman Ben udah pulang belum?" tanya Ciara, cemas. Ciara mengambil tisu wajah. Dia membersihkan makeup dengan cepat. Quden sangat bingung dengan tingkah Ciara. Sebab sejak kembali ke Kota Baubau, Ciara selalu menggunakan makeup berlebihan. Jadi, kenapa sekarang dia justru menghapusnya? "Keluarga Paman kamu udah pulang sejak sejam yang lalu," jawab Quden. "Jadi, kamu tadi ngapain di kamar presidential suite?" Ciara terdiam sesaat. Dia menatap Quden. "Ceritanya panjang. Satu hal yang pasti, Irina berusaha mencelakai aku. Dia mencampuri obat perangsang ke dalam minumanku. Terus, akuー" Quden terkejut setengah mati. Dia benar-benar sudah membuat Ciara mengalami kesulitan. "Jangan bilang, kamu tidur sama pria asing?!" Quden memotong kata-kata Ciara. Ciara gugup. Apa yang harus dia jawab? Lalu, apa yang akan dia katakan nanti kepada keluarga pamannya? Melihat Ciara hanya berdiam diri, Quden tahu dugaannya benar. Dia frustasi. Quden menghentikan mobil saat lampu merah menyala. "Nona Cia, siapa laki-laki itu?" "Ah, diーdia ...." Ciara bahkan tidak bisa mengingat wajah pria itu. Jadi, bagaimana dia menjelaskannya kepada Quden? "Nona tenang aja! Aku akan cari tau orang itu." Quden mencoba menghibur Ciara. "Sekarang lebih baik pikirin, gimana kamu menghadapi keluarga Tuan Ben!" "Aku tau." Suasana di dalam mobil menjadi hening. Tidak lama, mereka sampai di samping rumah keluarga Darwin. Ciara keluar dari mobil. Dia berjalan mengendap-endap menuju rumahnya. Seseorang membuka pintu masuk kecil di sebelah kanan untuknya. Yuyun memeluk Ciara. "Nona, kamu nggak apa-apa?" Ciara mengangguk. "Makasih, Mbak Yuyun." Yuyun Armadi, pelayan di rumah besar keluarga Darwin. Dia sudah bekerja sejak Ciara masih berada di dalam kandungan. Saat berada di dalam mobil tadi, Ciara sudah meminta Yuyun untuk mengawasi keluarga Ben dan membukakan pintu masuk untuknya. "Semua orang nunggu kamu di ruang tamu," kata Yuyun. "Aku manjat dulu, Mbak." Yuyun mengangguk dengan cemas. Dia pergi mendekati ruang tamu. Ciara mencari bagian dinding yang kuat dan stabil untuk dijadikan pijakan awal. Setelah memastikan dinding tidak retak dan berlumut, dia meletakkan tangan pada tonjolan dinding dan kaki pada pijakan yang aman. Ciara mengatur napas. "Uhh!" Ciara mulai memanjat bangunan rumah untuk mencapai balkon kamarnya di lantai dua. Dia melihat jendela kamarnya terbuka. Tidak lama, tangan kirinya berhasil menggapai railing balkon. Ciara langsung mengangkat tubuh hingga mencapai balkon. Dengan cepat, dia sudah berada di lantai dua. Sosoknya sangat gesit bagaikan hantu di tengah kerumunan. Ciara tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah Quden yang mengawasinya dari dalam mobil. "Aku harus cepet-cepet beresin kekacauan ini." Ciara masuk ke kamar dan mencuci wajahnya. Lalu, dia dengan cepat mengganti pakaiannya dengan piyama. Tidak lama, ponsel Ciara menyala. Terdapat satu pesan masuk dari Yuyun. Yuyun: Nona, suasana di ruang tamu semakin memanas. Ciara: Aku turun sekarang. Ciara memakai sandal kamar. Dia menuruni anak tangga dengan perlahan. Dia bisa mendengar keributan di ruang tamu dengan sangat jelas. Ciara berhenti di anak tangga ke-3 dari bawah. Dia melihat istri pamannya berjalan mondar-mandir sambil bertolak pinggang. "Pa, kamu kan keluarga dekat Rudi. Cuma kamu satu-satunya keluarga yang Cia punya. Jadi, kamu harus hukum dia. Karena udah berani kabur dari pesta pernikahannya dengan Tuan Muda Liam." Helen Maria, istri ke-2 Ben Darwin. Dia berasal dari keluarga kelas tiga di Kota Baubau. Ben menikahi Helen sebulan setelah istri pertamanya wafat. Mereka memiliki seorang anak perempuan bernama Irina Darwin. "Bener tuh, Pa," sela Irina. "Bisa-bisanya dia kabur dan bikin geger dua keluarga." Irina duduk di sofa single dengan elegan. Semua orang tahu, dialah Ratu Kecantikan di Kota Baubau. Saat SMA, Irina memenangkan juara pertama lomba modelling. Banyak tawaran untuk menjadi model iklan maupun majalah padanya. Di usia 22 tahun, Irina berhasil meraih gelar Sarjana Komunikasi. Lalu saat usia 25 tahun, dia mampu membangun personal branding hingga sukses menjadi selebgram kelas atas karena kecantikannya. Irina berkata lagi, "Kalo Papa terlalu lembek sama Cia, dia akan semakin kurang ajar dan nggak menghormati Papa." Irina yakin, Ciara akan terlibat dalam masalah besar. Bisa jadi, ayahnya akan mengusir Ciara dan mengalihkan semua warisan keluarga Darwin padanya. Saat itu terjadi, Irina akan menjadi Nona Muda keluarga Darwin yang kaya raya. Selain itu, Ben pasti akan memintanya untuk menggantikan posisi Nyonya Muda Griffin. Irina tersenyum saat membayangkannya. "Dia pasti pergi sama pacarnya," ujar Helen, ketus. Irina pura-pura terkejut. "Pacar jeleknya itu, Ma?" Helen berhenti tepat di depan Irina. "Iya. Si laki-laki bertato api." Laki-laki yang mereka bicarakan adalah Quden Yundri. Dia memiliki tato api di bagian mata kanan. Sejak kembali ke Kota Baubau, Ciara memiliki reputasi yang buruk. Dengan kekuatan komunikasi di media sosial, Irina menyebarkan rumor tentang Ciara dengan beberapa akun palsu. Irina memancing rasa penasaran kedua orang tuanya. "Pa, Ma ... aku mau ngomong sesuatu. Tapi, aku takut darah tinggi Papa kambuh ....""Nyonya, Tuan panggil kamu ke bawah."Setelah menunggu Ciara selesai makan, Linda memberitahu bahwa Liam memanggilnya."Liam belum jalan kerja?"Tepat pada saat itu, terdengar suara klakson mobil di bawah jendela kamar.Ciara segera berjalan menuju jendela yang terbuka. Dia melihat Liam duduk di dalam mobil sedang menatapnya. "Aku ke bawah dulu. Bi Linda, beresin peralatan makan!""Baik."Begitu Ciara pergi, Linda buru-buru menggeledah kamar utama sesuai perintah Liam. Dia mengangkat bantal Ciara dan berharap bisa menemukan sesuatu. "Sebenernya, apa yang Tuan Muda cari dari Nyonya? Apa dia merasa, Nyonya menyembunyikan sesuatu darinya?""Tapi, aku nggak pernah meragukan insting seorang Suami ataupun insting seorang Istri. Karena mereka pasangan Suami Istri yang sah. Mereka pasti memiliki ikatan batin."Dengan gerakan cepat, Linda sudah berdiri di depan cermin besar. Tangannya meraba-raba meja di sampingnya dan tidak menemukan apa-apa. Linda menghela napas. "Hemm ...."Ketika menole
"Kamu nggak usah takut, Cia! Aku nggak akan biarin kamu urus anak yang merepotkan. Aku akan minta Bi Linda siapin baby sitter untuk anak kita.""Tugas kamu cuma melayani Suami, selebihnya biar pelayan yang urus."Mendengar semua perkataan Liam, ada kegundahan yang Ciara rasakan. Dia menatap wajah Liam lekat-lekat dan menemukan keseriusan di dasar matanya. "Karena hanya dengan begitu, kamu bisa buktikan ketulusan hatimu padaku."Tubuh Ciara tiba-tiba gemetar hebat. Wajahnya berubah pucat. Ciara tidak ingin menangis. Tapi nyatanya, air mata Ciara telah menumpuk di kelopak mata. Hatinya tersayat setelah mendengar keinginan Liam. Liam menyadari perubahan sikap Ciara. Dia merasa, Ciara menolak keinginannya.Tapi, kenapa? Bukankah wajar jika seorang Suami mendambakan memiliki keturunan? Mengapa reaksi Ciara berlebihan seperti itu?Ciara berdiri, hendak pergi dari ruang ganti. "Hemm ...."Seolah bisa membaca pikiran istrinya, Liam langsung menahan tangan Ciara. "Kamu kenapa? Nggak mau p
"Liam, aku bisa mandi sendiri ...."Suara Ciara yang merdu hilang karena gemericik air shower yang mengalir. Setelah dua jam berlalu, akhirnya Liam melepaskan Ciara. Bukan karena merasa puas, melainkan karena Griffin Group sudah menunggunya. Kalau saja Liam tidak ingat meeting penting hari ini, bisa saja dia memilih tidak pergi ke kantor dan terus menindih istrinya hingga kelelahan. "Berputar!"Meskipun sudah mendengar perintah Liam, Ciara enggan mengikutinya. Akibatnya, Liam justru membantu Ciara berputar. "Diem di sini! Aku mau ambil shampo dulu."Liam sudah memutuskan untuk memandikan Ciara. Ini adalah hal pertama yang dia lakukan setelah menikahinya. Ciara tidak kuasa menolak. Tapi jauh di dasar hatinya, dia takut Liam akan memintanya lebih!Hati dan pikiran manusia, siapa yang tahu?Liam kembali membawa botol shampo. Ciara terheran-heran melihat Liam mengisi botol shampo dengan air, lalu mengocoknya."Liam, kamu ngapain?""Harusnya aku yang tanya. Cia, kamu ngapain aja di ru
"Cia, kamu mau coba main di atas? Hem, boleh aja kok."Main di atas?Apa Liam sudah gila?"Yaa, anggap aja ... posisi di atas untuk menambah pengalaman kamu memuaskan Suami. Gimana?"Liam melihat kedua telinga Ciara memerah. Dia tahu, Ciara mulai merasa malu. Meskipun tidak memalingkan wajah, Ciara tidak menanggapi pertanyaan Liam. Dia terus menatap wajah Liam dan baru menyadari bahwa suaminya memiliki ketampanan di atas rata-rata.Karena Ciara tidak meresponnya, Liam berkata lagi. Tapi kali ini, diiringi dengan tatapan mata menggoda. "Kok diem, sih? Nggak bisa, ya? Tenang aja, Cia! Suami kamu ini bakalan ajarin."Nada Liam yang provokatif membuat Ciara semakin malu. Saat tersadar, wajah Ciara sudah merona merah. "Liam ... jangan mesum!" Liam tertawa kecil. "Aku mesum? Sebelum ngomong, coba kamu lihat di mana tangan kamu sekarang, Cia?"Ciara menundukkan kepala dan langsung terkejut. Sebelum dia sempat menarik tangannya dari dalam pakaian tidur sang suami, Liam sudah lebih dulu m
20 menit kemudian.Liam keluar dari ruang ganti. Dia sudah selesai mandi dan berganti pakaian tidur. Dia berjalan menuju ranjang. Saat sudah berada di atas ranjang dan hendak memeluk istrinya, Ciara membuka mata dan langsung terduduk. Akibatnya, Liam ikut terduduk di samping Ciara."Kevan udah mati. Dia udah kekal di alam baka. Sekarang dan masa depan kamu cuma aku seorangーLiam Griffin."Ciara tanpa sadar mengulangi kata-kata Liam tadi. Pandangan matanya kosong. Ekspresi wajahnya terlihat bingung. Di sampingnya, Liam tersenyum puas. Dia telah berhasil menanamkan kalimat mantra di alam bawah sadar Ciara.Liam menarik tubuh Ciara dan memeluknya. "Sayang, kamu pasti mengigau, ya?"Sayang?!Liam memanggilnya dengan sebutan Sayang?Apakah pendengaran Ciara tidak salah? Ciara diam saja. Dia hanya mengerutkan dahi."Itu bener, Ciul. Kevan udah mati. Dan kamu pun tau, orang mati nggak bakalan bisa hidup lagi. Jadi, ayo move on, Sayang!"Liam membelai lembut rambut Ciara. Lalu, melepaskann
Liam telah kembali ke Majestic Manor. Aksa menghentikan mobil di depan pintu masuk utama. Sebelum turun, Liam mendongakkan kepala, menatap ke lantai dua. Di sanalah letak kamar tidur utama tempat dia dan Ciara memadu kasih. Liam melihat penerangan di kamarnya sudah padam. 'Ternyata udah gelap.'Liam mendesah. 'Aku terlambat pulang. Cia pasti tidur dengan perut kosong!'Liam mendesah lagi. Dia melonggarkan dasinya. Dia sedikit berpikir tentang istrinya yang sedang mogok makan. Ini bukan salahnya!Liam hanya pergi bekerja seperti hari-hari biasanya. Salah siapa Ciara tidak mau makan malam?Aksa memandangi wajah Tuannya dari balik kaca depan. Dia sangat paham dengan sikapnya. Liam sudah berbaik hati menuruti keinginan Ciara. Liam merendahkan martabat untuk pergi ke toko roti. Dia juga memohon kepada pemilik toko roti Heritage Hearth of Miranda. Tapi, mengapa Ciara tidak bisa menunggunya pulang?Ciara bahkan sudah mematikan pencahayaan kamar tidur utama!Tidak bisakah Ciara berterima