Share

78 | Hari Ketiga

Penulis: Strawberry
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-21 22:32:27

Pukul 06.42.

Hari ketiga.

Semua berjalan biasa-biasa saja. Liam mencatat setiap perubahan yang terjadi dalam interaksinya dengan Hanna.

Kopi di meja Liam sudah dingin.

Ia menatap layar, mata nyaris tak berkedip. Data menunjukkan hal yang tidak stabil, fluktuasi hormon Hanna melonjak, detak jantungnya menembus ambang normal. Liam mulai gelisah.

Di monitor, Hanna duduk bersandar di dinding. Napasnya berat, wajahnya memerah. Ia tampak antara sadar dan setengah tertidur, bisa dilihat kalau tubuhnya seperti melawan sesuatu dari dalam.

Liam mengenali pola itu.

Tubuh Hanna sedang bereaksi terhadap jarak, itu adalah bentuk awal ledakan emosi yang muncul saat sistem koneksi antar mereka dipisahkan terlalu lama.

Dalam teorinya, tubuh manusia bisa beradaptasi. Tapi di data ini, justru sebaliknya, tubuh Hanna menolak kehilangan sinyal emosional dari Liam. Seolah seluruh sistem di dalam dirinya mencari sumber yang hilang, dan gagal menemukan keseimbangan.

Di sini jelas sudah, Hanna sudah bergan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Aduh Tak Tahan, Prof!   87 | Benang Merah

    “Professor…ada apa? Kenapa dengan Mamaku?” Hanna mendesak. Hari ini dia sudah cukup jengah dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan Mamanya dan tiba-tiba saja Liam menyebut nama Mamanya dengan ekspresi yang aneh.Liam tersenyum, tapi senyum itu tak lagi hangat. Senyum itu penuh dengan rahasia dan sebuah kesadaran akan sesuatu besar yang tiba-tiba menyatukan semua teka-teki dalam benaknya."Tidak ada," ujarnya akhirnya, sambil mendudukkan Hanna di sampingnya, namun genggamannya pada tangan gadis itu tak juga lepas, justru semakin erat. "Tidak ada apa-apa. Kecuali... bahwa takdir kita mungkin sudah diatur untuk bertemu jauh sebelum kita menyadarinya."Hanna menatap Liam dengan tatapan penuh tanda tanya, tiba-tiba saja seorang Liam yang biasa berbicara tentang teori, sekarang bicara tentang takdir.“Aku tahu kamu pasti akan menertawakanku. Tapi, apa kamu pernah dengar tentang benang merah? Kami para ilmuwan menyebutnya sebagai anomali”Hanna mengangguk sambil menunggu penjelasan Liam

  • Aduh Tak Tahan, Prof!   86 | Penyusup

    “Apa aku membangunkanmu?” Tanya Liam saat tubuh Hanna bereaksi begitu dia mendekapnya dari belakang. Dia pulang saat semua orang sudah tidur lalu mengendap ke kamar Hanna seperti maling kecil pencuri ciuman. Padahal Hanna sudah memintanya untuk tinggal beberapa hari di apartemen agar orang tua mereka tidak curiga.Namun, siapa yang bisa memerintah atau mengatur Liam?Dan, sebesar apapun keraguan Hanna pada Liam, dia selalu bisa menerima kehadiran Liam dengan suasana hati yang baik karena adanya koneksi loyalitas biologisnya terhadap Liam yang mengeluarkan hormon bahagia dengan kehadiran Liam seperti sekarang ini.Atau memang satu alasan yaitu cinta. Mungkin, cinta memang akan menjadi kelemahan Hanna dan Liam kedepannya.“Dasar penyusup!” umpat Hanna, tentu saja tak sungguh-sungguh marah.“Kalau gak menyusup aku ga bisa ketemu kamu, Hanna! Setelah ini akan semakin sulit untuk kita bertemu! Ryan … tunanganmu itu licik sekali”“Kalian semua licik. Aku merasa kalau aku ini korban” Ucap H

  • Aduh Tak Tahan, Prof!   85 | Dua Perempuan

    Lily menarik napas dalam, wajahnya tiba-tiba tampak sepuluh tahun lebih tua."Baiklah," katanya dengan suara rendah yang bergetar. "Karena kamu bersikeras tidak percaya, akan kubicarakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu kamu dengar."Hanna menatapnya tanpa gentar. Wajahnya tegar, tanpa sedikit pun keraguan. Sebagai perempuan dewasa, ia punya pandangan sendiri terhadap hidupnya. Dikhawatirkan orang tua memang membahagiakan, tapi diatur seperti sekarang—itu hal lain.“Papamu persis seperti kamu,” ucap Lily akhirnya, tajam tapi getir. “Keras kepala, dan selalu merasa dirinya paling benar. Dia hancur oleh idealismenya sendiri. Jadi kamu tidak perlu mengenalnya, karena dia pun tidak pernah berusaha mengenalmu.”Nada tegas Lily membuat udara di ruangan terasa berat. Sebagai perempuan, Lily sudah lama belajar berpikir realistis: dalam hidup ini, uang, nama, dan kekuasaan adalah tiga hal yang menentukan cara dunia memandangmu. Tanpa itu, kau akan diremehkan.Lily ingin Hanna memiliki hidup

  • Aduh Tak Tahan, Prof!   84 | Konflik

    Hanna turun dengan langkah santai. Di ruang makan, Prof. Julian duduk di kursi paling ujung—posisi yang menandakan dirinya sebagai kepala keluarga—sementara Lily sibuk melayani, baru kemudian duduk untuk melayani dirinya sendiri.“Ada apa Ryan pergi buru-buru?” tanya Lily dengan nada menyelidik.“Ada rapat mendadak, penting katanya,” jawab Hanna tenang.“Kalian baik-baik saja, kan?” tanya Julian, matanya menatap datar namun penuh pengamatan.“Baik. Tapi aku butuh penjelasan, Ma…” Hanna menarik napas. “Kenapa Mama memberikan akses untuk menjadikan satu dataku dengan data keluarga Ryan?”“Kamu bakal jadi istrinya juga setelah ini. Artinya kamu akan masuk ke keluarga Kelly,” jawab Lily membela diri.“Ma… kami belum menikah. Masih dua bulan lebih sampai hari pernikahan,” ucap Hanna, nada suaranya mulai meninggi.“Hanna… jangan punya pikiran kamu bisa menggagalkan pernikahan kalian,” tegur Lily tajam.“Aku gak bilang gitu! Dan satu lagi—Mama bilang ingin menghabiskan banyak waktu bersamaku

  • Aduh Tak Tahan, Prof!   83 | Calon Suamimu

    Perjalanan kurang lebih satu jam dari apartemen Hanna kediaman Prof. Julian tapi rasanya berjam-jam hanya karena topik pembicaraan yang membuat kepala Hanna semakin penuh.Kok rasanya aku gak punya hak buat keputusan akan hidupku sendiri? Hanna sudah tertekan dengan peraturan Valthera dengan adanya sistem alarm KB ditambah lagi dengan sikap Lily yang semena-mena membuat keputusan tentang hidupnya tanpa bertanya. Mobil yang Hanna dan Ryan kendarai berhenti di sebuah bangunan besar, berlantai dua dengan halaman luas dan dominasi kaca, dengan cat hitam dan putih memberikan kesan minimalis sekaligus modern.Lily sudah menyambutnya."Hanna!" seru Lily, langsung memeluk dan mencium pipi Hanna. "Akhirnya kamu pulang, mama rindu!."Hanna membalas pelukan itu dengan kaku. Matanya menatap Lily penuh pertanyaan—sebenarnya ibunya ada di pihak siapa? Liam atau Ryan? Tapi dia menyimpannya dalam hati, menunggu waktu tepat untuk bicara."Terima kasih sudah menjemput Hanna, Ryan," ucap Lily pada Rya

  • Aduh Tak Tahan, Prof!   82 | Konfrontasi Halus

    “Apakah masalah ini sangat serius? Maksudku, asal mereka tidak menyalahgunakan hasil compatibility interface kita dalam artian memisahkan kita, aku tidak peduli.”Ryan tidak langsung menjawab. Jari-jarinya masih menelusuri punggung tangan Hanna, tapi kini tekanannya terasa lebih berat, seperti sedang memberi cap. "Ada satu hal lagi," ucapnya, suaranya kembali datar dan penuh wibawa, jauh dari nada memohon izin tadi. "Untuk keamananmu…dan untuk kelancaran penyelidikan, Prof. Julian dan aku sepakat lebih baik kamu tinggal di kediaman keluarga kami sampai pernikahan nanti."Hanna memberontak dalam hati. "Tapi, tadi Mama bilang gak begitu….""Mamamu sudah setuju," potong Ryan dengan halus, namun tegas, mencegat setiap bentuk penolakan. Matanya yang tertuju ke jalan terlihat dingin di bayangan kaca mobil. "Dia pikir ini ide yang bagus. Lagipula, sebagai calon menantu, wajar jika aku ingin memastikan calon istriku berada di lingkungan yang paling terlindungi. Apartemenmu... terlalu rentan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status