Share

Kisah Sheila dan Suaminya

Resepsi itu kelar pukul 11 malam, Manthis dan Vena turun panggung dan Ia akhirnya kembali istirahat ke kamarnya yang mewah dan sudah di bokingkan sang pengusaha ini. Belakangan Manthis baru tahu, kalau hotel ini milik sang pengusaha itu sendiri.

Sementara Vena juga istirahat di kamarnya sendiri, sesaat sebelum masuk lift menuju kamarnya, Jeje sempat berbisik kalau malam ini Vena akan bersama sang pengusaha itu, Manthis hanya tersenyum mesem saja.

“Tenanggg weceee…ga usah cimbikirrr gicuuuu yaaa…ntar ye sama Hana di Jakarta, tenang ajeee, eykee yang aturrr!” kata Jeje tertawa.

Nadu dan Arman berbeda kamarnya, Manthis di kamar sendirian, setelah melepas pakaiannya Manthis pun ingin mandi, karena badannya sangat gerah, apalagi tadi saat nyanyi pipinya selain kena cubit, juga beberapa kali di cium para undangan.

“Berendam di bathub segerr kali yaa,” kata Manthis seorang diri.

Baru 30 menitan berendam, tiba-tiba telpon yang ada di kamar mandi yang connecting di kamar tidur berdering. Manthis langsung mengangkat, dia pikir pasti Nadu atau Arman yang menelpon, karena keduanya biasa sehabis dia show selalu izin ingin jalan-jalan atau mau cari oleh-oleh.

“Halooo…!” sahut Manthis.

“Haloo juga…ini Manthis kan?” kagetlah Manthis karena itu suara seorang wanita, suaranya sangat lembut bahkan agak mendesah. Manthis yang tadinya berendam hingga se leher, langsung bangkit dan memperbaiki letak duduknya di bathub yang penuh buih sabun.

“Iya saya sendiri Manthis…maaf ini siapa yaa!”

“Aku Sheila, penganten wanita tadi!” sahut suara itu.

“Ohh Sheila, kirain siapa…kok tahu nomor kamar aku?” kata Manthis kebingungan.

“Tadi si Jeje manejernya Vena, artis wanita itu yang ngasih tahu!” terdengar tertawa kecil dari Sheila.

“Tumben nelpon, kan seharusnya bulan madu sama suami…!” ucap Manthis yang rada bingung jadinya.

“Hmmm…gimana yaahhh…oh ya boleh ga aku ke kamar kamu sekarang, nanti aku mau cerita-cerita sama kamu?” makin kagetlah Manthis, tak mengira dengan permintaan Sheila yang tak lazim itu. Di mana harusnya malam ini jadi malam yang tak terlupakan bagi pasangan suami-istri yang baru menikah, tapi Sheila malah ingin bertemu ke kamarnya.

“Ta-tapi…bagaimana kalau suami Sheila tahu…!” Manthis yang kaget tentu saja agak takut dan makin kebingungan sendiri, takut kalau geger dan sampai ke media gosip, maka kredibilitas dia sebagai penyanyi muda akan rusak, karena dianggap mengganggu wanita yang sudah bersuami.

Sheila tertawa kecil. “Tenang saja, dia tau kok…kalau aku mau ke kamar kamu..!” makin terperanjat bukan main Manthis.

“Whatttss…!”

“Udah ga usah panik gitu…pokoknya di jamin amann dehhh, dia ga bakalan ribut, tunggu yaa paling 10 menitan lagi aku akan bel pintu kamar kamu, soalnya kamar kita bersebelahan saja!” lalu telpon pun di tutup, Manthis langsung terdiam, dia tak bisa berkata-kata dan masih sangat bingung sekali.

Saat termenung di bathub, tiba-tiba bel kamarnya berbunyi.

“Sheila…gila benaran datang dia!” Manthis buru-buru mengambil handuk dan langsung menuju ke pintu.

Begitu pintu terbuka, Manthis terbelalak melihat Sheila hanya mengenakan baju tidur warna pink yang tipis sehingga menampilkan lekuk tubuhnya. Rambutnya kini terurai, tidak seperti saat duduk di pelaminan di sanggul sedemikian rupa, make up nya masih belum di hapus, sehingga penampilan Sheila sangat cantik, rambutnya yang di cat warna kuning sedikit makin menambah aura kecantikan penganten yang baru bersanding ini.

“Ma-masukk Sheila…!” Manthis pun membukakan pintunya, setelah Sheila masuk dan duduk kursi yang ada di kamar Presiden suite ini, Manthis pun permisi dan buru-buru balik ke kamar mandi, karena di badannya masih melekat buih-buih sabun.

Sheila tersenyum manis dan mempersilahkan, Manthis mandi cepat dan hanya kurang dari 10 menitan dia sudah kembali dengan mengenakan kimono. Rambutnya yang gondong dan masih basah dia biarkan tergerai.

Saat kembali ke kursi di mana Sheila duduk, Manthis makin kaget melihat wanita cantik jelita ini santai saja merokok, di tangannya malah ada sebotol wine, yang dia ambil di minibar yang ada di kamar Manthis ini.

“Sorry yaa…minuman kamu ku ambil satu, lagi suntuk soalnya,” katanya cuek dan minum sambil merokok dengan santainya.

“Gapapa Sheila…benaran saya kaget sekali…kok bisa sihh…maaf…masa suntuk, harusnya kan malam ini kalian berbahagia!” kata Manthis sambil menatap wajah Sheila.

“Hmmm…iya…pandangan umum begitu…tapi faktanya, aku malah sama kamu ngobrol malam ini!” sahut Sheila. Manthis lalu menghela nafas, dia lalu permisi sebentar mengambil wine yang agak ringan di mini bar, kemudian duduk di tempat semula dan membuka serta menuang di gelas, kemudian minum pelan-pelan.

“Kamu ga ngerokok Manthis?” Manthis langsung menggeleng.

“Kalau Sheila ga keberatan, cerita aja gapapa, kenapa sampai jadi gini!” kata Manthis pelan.

Setelah menghela nafas, Sheila yang galau inipun mulai bercerita…!

Sheila adalah anak nomor dua dan paling bungsu salah seorang pengusaha bernama Heru Pangesto, yang sangat kaya raya di Bali ini, ayahnya pemilik puluhan resort bintang 5, yang salah satunya Manthis tempati saat ini.

Sebelum menikah dengan suaminya sekarang, Sheila ternyata memiliki kekasih, sayangnya kekasihnya ini selain beda keyakinan, juga dari strata rendah. Sehingga hubungan mereka tak di restui orang tua Sheila, mereka akhirnya terpaksa putus hubungan kekasih, walaupun sudah menjalin hubungan lumayan lama.

Sheila lalu di jodohkan dengan anak salah satu partner bisnis Heru Pengesto, Sheila yang kini berumur 24 tahunan akhirnya pasrah saja di jodohkan, apalagi saat dia berkenalan dengan calon suaminya, orangnya tak mengecewakan, ganteng dan tinggi, tak kalah dengan mantan kekasihnya tersebut.

Sebelum menggelar resepsi, tiga minggu yang lalu Sheila dan Adit, suaminya ini sudah menggelar pernikahan, tentu saja dengan adat keyakinan mereka di Bali. Setelah menikah, Sheila merasa aneh sendiri, karena suaminya ini tak pernah mau menggaulinya, layaknya pasangan suami istri yang baru menikah.

Pertanyaan-pertanyaan Sheila akhirnya terjawab juga, satu minggu yang lalu sebelum acara resepsi mereka ini di gelar.

“Suamiku ternyata gay…dia blak-blakan menceritakan itu sambil nangis, aku aja sampai kaget, tak nyangka. Tapi dia minta agar aku ga menceritakan hal ini pada kedua ortunya, apalagi sampai minta cerai,” kata Sheila, sambil menghisap rokoknya pelan-pelan dan kembali menambah minuman wine nya.

Suami Sheila ini tentu saja tak ingin cerai, sebab kalau sampai mereka bercerai, bisnis orangtuanya yang juga mertua Sheila akan terancam. Sebabnya, selama ini usaha ayahnya banyak di bantu Heru Pangesto.

“Dia juga mempersilahkan aku mencari kesenangan dengan siapapun, bahkan dengan mantan kekasihku sendiri, dengan catatan jangan sampai ketahuan siapapun, agar aib ini ga kebuka kemana-mana!” kata Sheila kembali, Manthis sampai geleng-geleng kepala mendengar kisah yang tak di sangka-sangkanya ini.

Namun, mantan kekasih Sheila tak mau lagi dengan wanita cantik ini, karena dia sudah memiliki kekasih baru, bahkan dia mendahului Sheila menikah dengan kekasihnya tersebut. Sheila tentu saja sangat kecewa, hatinya langsung mentah dengan mantan kekasihnya tersebut.

“Saat tadi aku bersanding dan melihat kamu, aku kaget, karena wajahmu mirip mantanku dulu, lalu akau berbisik pada Adit dan minta izin untuk nyanyi bersama kamu. Dia langsung setuju, dia bilang silahkan saja, tapi jangan bikin heboh. Tapi aku ga tahan juga, saat kamu nyanyi lagu The Stollen’s yang sangat ku sukai itu, karena menggambarkan kenangan aku dulu dengan mantan, aku tak sadar lalu mendekati dan mencium pipi kamu…!” Sheila tertawa terkekeh, mau tak mau Manthis juga ikut tertawa.

Sheila menambahkan, sesaat sebelum menelpon Manthis tadi, dia juga sudah minta izin dengan Adit akan datang ke kamar Manthis malam ini.

“Tau ga, diam-diam si Adit ternyata ngontak pacar gay nya dan dia nginap di hotel ini juga, jadi saat aku ke sini, dia juga udah keluar duluan menemui pacarnya itu!” Sheila kembali menghela nafas panjang.

Manthis tak bisa berkata apa-apa lagi, dia tak menyangka, Adit suami Sheila yang berpenampilan macho dan ganteng, ternyata mempunyai orientasi belok. Padahal Sheila sebagai wanita tak punya kekurangan apapun, selain sangat cantik, Sheila juga anak konglomerat di Bali. Namun, di balik itu semua, selalu tak ada yang sempurna.

“Sayangnya ga ada piano di kamar ini, kalau ada aku pingin menghibur kamu dengan lagu-laguku!” kata Manthis mencoba guyon. Sheila tertawa kembali, memperlihatkan giginya yang rata dan putih.

“Kalau kamu ingin menghiburku…ga usah pake lagu…senangkan aku malam ini!” Sheila kini berdiri dan mendekati Manthis yang masih duduk. Manthis sampai mendongak menatap wajah jelita Sheila dengan rambut terurainya.

Sheila membelai rambut Manthis yang kini sudah kering, lalu dia jongkok dan memagut bibir Manthis, pagutan yang awalnya lembut akhirnya berubah jadi semakin panas.

Manthis tak pernah bermimpi, kalau malam ini dia justru jadi laki-laki yang menyenangkan istri seorang penganten di Bali.

Istri yang kesepian, sang suami tak bisa melaksanakan kewajibannya, karena sama sekali tak tertarik dengan wanita.

Manthis yang masih muda dan tentu saja berdarah panas, tak mampu meredam hasratnya, akibatnya dia pun tenggelam dalam buaian nafsu dengan Sheila. Manthis tak bisa disalahkan 100%, Sheila telah membuka pintu selebar-lebarnya bagi remaja yang kini makin menjadi pemuda dewasa ini.

Dengan wajahnya yang tampan, pembawaannya yang humble, serta suka mendengarkan keluh kesah Sheila, membuat Sheila luluh dan menemukan seorang pria yang bisa mengisi hatinya.

Mereka terus memadu kasih sampai menjelang subuh, Sheila pun akhirnya mengakui, Manthis yang masih berusia 19 tahunan ini benar-benar mampu membuatnya puas, bahkan dia harus minta istirahat.

Manthis yang seharusnya pagi harus balik ke Jakarta, membatalkan keberangkatannya, dia meminta Nadu dan Amang duluan berangkat. Kedua sahabat sekaligus asistennya ini setelah membereskan administrasi dan juga sisa pembayaran nyanyi Manthis, langsung terbang ke Jakarta.

Amang sempat mengingatkan Manthis agar jangan terlalu lama di Bali, karena besoknya dia harus latihan rutin dengan Band The Stollen’s buat persiapan lanjutan tour ke 50 kota, sisa dari kontrak 100 kota yang sudah di sepakati setahunan yang lalu.

Manthis iya-iya saja…!

Tapi, Sheila yang sudah mabuk cinta dan makin sayang dengan Manthis menahannya hingga 5 hari di Bali, Sheila makin lama makin menyenangi Manthis, walaupun dari segi umur, Manthis baru 19 tahunan, tapi Manthis mampu bersikap lebih dewasa dibandingkan umurnya. Bahkan ia bilang akan lebih sering ke Jakarta atau kemanapun kelak Manthis show untuk bertemu dan melepas kangen.

Manthis tak tahu, bagaimana murkanya Raymand di Jakarta karena selama di Bali Manthis tak bisa di kontak, karena smarphone tak aktif.

Dia sampai marah-marah dengan Nadu dan Amang, kedua asisten Manthis ini tak bisa berkata-kata lagi. Dalam hati mereka ikut menyalahkan Manthis, kenapa sahabat sekaligus bos mereka itu seakan lenyap dan tak bisa di kabarin.

“Dua hari lagi kita akan show di Banjarmasin, lanjut Banjarbaru dan ke Balikpapan serta Samarinda, kemudian ke Palangkaraya dan dua kabupaten di sana. Kalau si Manthis ga nongol-nongol juga, hancur band ini!” kata Ray murka.

Ben dan John ikutan terdiam ketika sang leader ini tak bisa menahan emosinya, gara-gara sang vocalis tak bisa di kontak hingga saat ini.

“Nadu dan loe Amang, hari ini juga susul si Manthis ke Bali, bilang segera pulang ke Jakarta atau susul langsung ke Banjarmasin, bilang kalau masih ngeyel dan ga mau pulang-pulang, dia akan gue pecat sebagai vocalis…heran sama siapa sih dia di Bali, sampai betah begitu!” sungut Ray masih emosi.

Nadu dan Amang langsung bergegas ke bandara Soetta dan mencari-cari tiket untuk penerbangan ke Bandara Ngurah Ray, Bali. Untungnya mereka mendapatkan tiket tersebut dan bisa terbang menjelang malam.

Keduanya langsung menuju hotel di mana minggu lalu Manthis dan Vena show, saat mereka ke resepsionest, keduanya pun kaget karena Manthis ternyata masih nginap di sana. Nadu pun mencoba menelpon ke kamar Manthis, tapi tak ada jawaban.

“Mungkin dia lagi keluar, kita tunggu di lobby saja!” kata Amang, Nadu setuju mereka kemudian duduk santai di lobby sambil memesan minuman.

Penantian keduanya berbuah hasil, mereka melihat Manthis datang juga, yang membuat keduanya terkaget-kaget, Manthis terlihat bergandengan tangan dengan seorang wanita cantik.

Bukan karena gandengan tangan itu yang membuat Nadu dan Amang terperangah, tapi wanita yang di gandeng itulah yang membuat kedua sahabatnya ini melongo.

Sebab, yang digandeng dan malah terlihat mesra adalah Sheila, orang yang baru minggu lalu menikah.

“Nadu…Amang…kalian ada di sini, kapan kalian datang!” kata Manthis tanpa ada rasa bersalah ataupun kikuk dengan ulahnya sendiri, saat melihat dua asistennya ini duduk di lobby hotel. Sheila lalu pergi duluan menuju lift dan naik ke atas meninggalkan ketiganya, Sheila hanya melempar senyum manis pada Nadu dan Amang yang menatapnya dengan pikiran yang aneh, aneh karena sang penganten malah ‘selingkuh’ terang-terangan dengan Manthis.

“Manthis, Bang Ray ngamuk, ayoo kita segera balik ke Jakarta, sebab besok akan langsung ke Banjarmasin, karena lusa akan show di Stadion Lambung Mangkurat!” kata Amang. Manthis hanya tersenyum dia sudah sadar, pasti perbuatannya akan membuat sang leader The Stollen’s ini marah-marah.

“Sudah tenang saja, bilang ke bang Ray, besok kita langsung ke Banjarmasin, kamu langsung pesan tiket buat kita bertiga, kalian nginap saja malam ini di sini,” sahut Manthis. Mereka kemudian duduk di restoran yang ada di lobby itu.

“Bagaimana dengan bang Ray, aku takut dia marah-marah!” timpal Nadu.

“Amang, kamu telpon Andi, jelaskan kita langsung berangkat ke Banjarmasin besok, transit via Surabaya!” Amang akhirnya mengangguk dan diapun menelpon Andi memberitahu permintaan Manthis ini.

*****

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status