Home / Romansa / Affair with CEO / 2. Menebus Dosa

Share

2. Menebus Dosa

last update Huling Na-update: 2021-11-06 21:22:16

Liora mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin. Meringkuk di lantai kamar mandi yang dingin dan membiarkan air jatuh mengaliri seluruh tubuhnya. Air matanya melebur dalam aliran air dan menghilang tanpa bekas.

Sejak awal Jerome sudah mengetahui siapa dirinya sebenarnya, dan sekarang ia harus mengorbankan sang adik sebagai penebus untuk dosa-dosanya. Kemudian menghilang dari kehidupan pria itu untuk selamanya.

Tangan Liora menyentuh perutnya. Merasakan sebuah kehidupan tengah bertumbuh di dalam sana. Berjanji juga akan menghilang dari hidup Daniel untuk selamanya. Ia sudah menghancurkan hidup Jenna, maka ia pun tak berhak memiliki hidup yang baik.

“Kumohon perlakukan dia dengan baik, Jerome.”

“Kau tak berhak meminta apa pun padaku, Liora.”

Liora meringis dalam hati. Ternyata selama ini Jerome pun tahu nama aslinya.

“Kau menggunakan nama adikmu, bukankah sejak awal kau sudah mengorbankan adikmu? Sebaiknya simpan rasa bersalahmu untuk dirimu sendiri,” balas Jerome dengan dingin. “Turunlah. Waktumu hanya dua hari untuk membawanya padaku.”

Liora tak mengangguk. Kemudian turun dan mengambil tiket serta koper kecil yang diberikan pengawal Jerome. Ia melangkah memasuki bandara, diikuti satu pengawal Jerome yang akan memastikannya masuk ke pesawat dan tak mencoba melarikan diri.

Rencana Liora berjalan sempurna dalam dua hari. Menghancurkan hubungan Jenna dan Juna dengan menyewa pelacur. Adiknya begitu polos dan naif, begitu mudahnya tertipu dan jatuh dalam perangkapnya. Dan dua hari, sesuai jadwal kesepakatannya dengan Jerome, ia berhasil mengirim Jenna kepada pria itu.

Sedangkan Liora melarikan diri ke Singapore. Bermaksud memulai kehidupan barunya dengan janin dalam kandungannya. Namun, kehidupan yang baru saja ia mulai, kini hancur berantakan dalam satu  bulan. Ketika siang itu Daniel tiba-tiba muncul di ambang pintu apartemennya.

“Hamil anakku dan kau masih berpikir melarikan diri dariku, huh?” Itulah kalimat pertama yang diucapkan Daniel begitu wajahnya muncul di depan batang hidung pria itu. Membuat seluruh tubuh Liora membeku dan respon pertama yang ia lakukan adalah mendorong pintu apartemen. Daniel dengan sigap menyelipkan kakinya di antara pintu, menahan pintu kemudian mendorongnya. Membuat tubuh Liora nyaris terhuyung ke belakang dan ditangkap oleh Daniel.

“Lepaskan aku, Daniel.” Liora menyentakkan kedua tangan Daniel dari pinggangnya, mendorong pria itu menjauh.

“Bagaimana mungkin kau bisa menemukanmu, Daniel.”

“Jenna yang menyuruhku,” jawab Daniel. “Jenna yang asli,” tambahnya memperjelas.

Liora terdiam. Tentu saja Daniel pasti sudah mengetahui wajah yang tersimpan di balik topengnya.

“Dia juga yang memberitahuku tentang kehamilanmu.”

“Ini bukan anakmu.”

Daniel mendengus. “Anak Jerome? Omong kosong, Liora!”

Liora mengerjap cepat.

“Apa kau tahu betapa liciknya adikmu. Menggunakan keperawanannya untuk membodohi Jerome. Tapi … kau tahu Jerome tentu saja lebih cerdik dari yang kau dan adikmu pikir, Liora. Itulah sebabnya dia memintaku mencarimu dan menyelamatkanmu dari Jerome.”

“Apa yang terjadi Jenna?” Jika Jerome sudah mencarinya, pasti adiknya berada dalam masalah besar.

“Aku yakin adikmu pasti bisa beradaptasi dengan baik, sekarang yang perlu kita pikirkan adalah nasib kita. Anak buah Jerome mengejar kita. Kita harus pergi dari tempat ini secepatnya.”

Liora tampak menimbang, kemudian menggeleng. “Aku bisa mengurus urusanku, kau pergi saja.”

Wajah Daniel mengeras. “Jangan main-main kau, Liora.”

“Urusan kita selesai saat Jerome mengetahui perselingkuhan ini, Daniel. Apa pun yang terjadi setelahnya, akan menjadi urusan masing-masing. Hubungan kita sudah berakhir saat aku menukar adikku dengan kebebasan ini.”

“Dan kau pikir kau bisa melenggang pergi begitu saja dengan anakku yang berada dalam kandunganmu, begitu?”

“Aku sudah mengatakan padamu, anak ini tak akan menjadi urusanmu.”

Daniel menggeram marah. “Yang kutahu, mulai hari ini anak itu akan menjadi urusanku, begitu pun denganmu. Dengan atau tanpa keinginanmu. Apa kau mengerti?”

Tubuh Liora mundur satu langkah ke belakang. Keberaniannya menyusut seketika dengan kadar keseriusan di wajah Daniel yang tidak bisa ia tanggung. Daniel bisa menjadi sangat lembut, tetapi saat pria itu benar-benar keras kepala, Liora pun tak bisa menghadapi ketakutannya terhadap pria itu.

***

Baru satu malam Daniel bermalam di apartemen Liora, demi memastikan wanita itu tidak melarikan diri. Keesokan harinya saat Daniel mencari makan siang untuk keduanya. Tiba-tiba Daniel kembali lebih cepat.

“Ada apa?” Liora

“Ambil paspor dan dompetmu. Kita pergi sekarang.”

Liora yang baru saja keluar dari kamar mandi dan masih mengenakan jubah mandi. Membelalak tak mengerti.

“Anak buah Jerome di bawah. Kita harus pergi sekarang juga, Liora.” Daniel mengambil tas miliknya di nakas, menyambar apa pun yang sekiranya bisa dibawa dam cukup berharga. “Cepat, Liora!”

Liora tercengang dengan keras, kemudian menyambar pakaian di dalam lemari smabil mengatakan pada Daniel untuk mengambil tasnya yang berwarna merah di laci nakas teratas. Dalam sekejap keduanya keluar dari apartemen dan turun melewati tangga darurat. Mendapatkan taksi dengan cepat.

“Ke mana kita?” tanya Liora ketika sudah duduk di dalam taksi.

“Bandara.”

Dalam setengah jam, keduanya sudah sampai di bandara. Liora tak bertanya kenapa tujuan mereka LA. Setelah pesawat take off, dan memastikan anak buah Jerome jauh tertinggal di belakang. Daniel akhirnya bisa bernapas dengan lega.

“Ada apa?” tanya Daniel pada Liora yang meringis seolah menahan rasa sakit.

Liora menggeleng. Perutnya terasa kaku dan seluruh tubuhnya berkeringat.

“Perutmu sakit.”

Liora menggeleng lagi, tangannya meluruh terjatuh dan perlahan pandangannya mulai kabur. Suara Daniel yang memanggil-manggil namanya perlahan menjauh, semakin menjauh, dan akhirnya lenyap.

***

Rasa pusing yang memberati kepala Liora, membuat wanita itu mengerang pelan. Menyentuh kepalanya dan menekannya sedikit demi meredakan pusing yang semakin menusuk. Matanya mengerjap beberapa kali, menyesuaikan pencahayaan kamar yang menyilaukan.

Liora berhasil bangun dan terduduk, menemukan dirinya tengah berbaring di ranjang yang luas. Matanya menjelajah ke setiap sudut ruangan. Ruangan ini sangat luas, putih, dan nyaman. Tapi Liora tahu ini  bukan rumah sakit. Saat Liora menoleh ke samping, ia melihat halaman yang luas dengan kolam renang. Kemudian suara pintu yang dibuka mengalihkan perhatian Liora. Melihat Daniel yang melangkah masuk. Pria itu sempat terkejut menemukannya sudah bangun.

“Kau sudah bisa bangun?” Daniel melangkah semakin dekat.

“Di mana kita?” tanya Liora.

“Kau pingsan beberapa kali. Apa kau tidak mengingatnya?”

Liora mengernyitkan kening, berusaha menggali sedikit ingatannya. Entah berapa kali ia sadar, satu-satunya hal yang ia rasakan saat itu hanya suara Daniel yang terus menyuruhnya membuka mata. Hilang dan muncul. “Di mana kita?”

“Kita baru saja turun dari pesawat satu jam yang lalu. Sekarang kita berada di rumah temanku. Kita aman.”

Liora tak terlalu mendengarkan penjelasan Daniel. Ia melihat gelas air putih di nakas dan mengambilnya. Menghabiskannya dalam sekejap.

Daniel mengambil gelas di tangan Liora, satu tangannya terulur menyentuh sudut bibir Liora yang masih basah.

“Aku merasa ingin kembali, Daniel.” Kalimat tiba-tiba Liora mneghentikan gerakan tangan Daniel. Wajah pria itu seketika membeku.

“Apa kau sudah gila? Jenna menyuruhku menyelamatkanmu dan kau malah ingin melarikan diri?”

“Firasatku mengatakan dia berada dalam bahaya. Aku tak mungkin tinggal diam. Jika kau tidak bisa membantuku, aku bisa melakukannya sendiri.” Liora menyingkap selimut dan turun dari tempat tidur. Tetapi baru saja ia berdiri dengan kedua kakinya, tiba-tiba kepalanya terasa pusing kembali.

Daniel langsung menangkap tubuh Liora dan kembali membaringkan wanita itu di tempat tidur. “Kita akan bicara nanti. Sekarang istirahatlah, nanti siang dokter akan datang memeriksa keadaanmu.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Affair with CEO   56. Tak Semua Berada Dalam Genggaman

    Raut Jenna tampak berantakan ketika Liora menemui wanita itu di ruang tengah. Dengan Axel dan Alexa yang berada dalam pangkuang sang mama. Jenna tampak kewalahan memegang si kembar yang merengek dengan kedua tangan. Membuat Liora bergegas mengambil alih Alexa dan menenangkan bocah mungil tersebut, dengan begitu Jenna lebih mudah menenangkan Axel. Setelah beberapa saat kemudian setelah si kembar lebih tenang dan bersama pengasuh Xiu di kamar Xiu, Liora dan Jenna duduk di kursi pantry dengan gelas berisi jus untuk masing-masing. “Di mana Jerome?” Liora memulai pembicaraan lebih dulu. “Di kantor.” “Apa Jerome tahu kau di sini?” “Belum.” Jenna mengangkat pergelangan tangannya. “Sepertinya sebentar lagi akan datang.” “Kau bertengkar dengannya?” Jenna menggeleng, tetapi kemudian mengangguk. “Keberadaan Juna benar-benar mempengaruhi hubunganku dan Jerome.” Liora mendesah pelan. Pria itu tak hanya menargetkan dirinya untuk balas dendam, tetapi juga pada Jenna. Tetapi mereka pun tak b

  • Affair with CEO   55. Kau Milikku

    Daniel menggeram dengan wajah yang menggelap. Kedua tangannya terkepal kuat dan tubuhnya siap melayang ke arah Juna. Tubuhnya sudah menghambur ke arah Juna sebelum Liora mendorong tubuhnya dan menghadang kemurkaan yang siap diluapkan. “Kita pergi, Daniel,” bisik Liora menahan kedua lengan sang suami dengan sekuat tenaga. Daniel menggeram tak setuju. Satu-satunya hal yang diinginkannya hanyalah meninju wajah Juna yang dengan lancangnya menyentuh Liora. Dan semakin berang bukan main ketika menangkan seringai di ujung bibir pria itu. Salah satu tangan Juna bergerak naik menyentuh bibir bagian bawah dengan ujung ibu jari. Sambil terkekeh, Juna bergumam pelan, “Well, mungkin inilah yang dirasakan Jerome ketika memergoki kalian berselingkuh di belakangnya. Jangan terlalu mengambil hati, Daniel.” “Tutup mulutmu, Juna,” sentak Liora menyangkal. “Kita pergi.” “Dengarkan istrimu, Daniel.” Tentu saja Juna tak mengindahkan kata-kata peringatan Liora. Kali ini juga menjilat bibir bagian bawahn

  • Affair with CEO   54. Julian Lim

    Ya, apartemennya memang bukan apartemen mewah seperti milik Daniel. Yang ia yakin keamanannya masih bisa diterobos oleh Juna menggunakan Lim sebagai nama belakang pria itu. ‘Kau ingin aku mengirim foto ini pada mantan selingkuhan yang kau bilang suami itu? Mata Liora terpejam, hanya sesaat rasanya hubungannya dan Daniel baru saja membaik, dan sekarang kenapa harus direcoki oleh hal semacam ini. Seolah belum cukup ia harus membayar dosanya di masa lalu. Liora memutuskan tak menggubris pesa n tersebut. Menghapus chat tersebut dan meletakkan ponselnya kembali ke meja kemudian berjalan ke dapur menyiapkan makanan untuk Daniel. Ia baru saja selesai menyeduh coklat hangat ketika Daniel muncul dan langsung duduk di kursi pantry. “Kau memasak?” tanya pria itu. “Sudah kubilang aku akan mengurusnya …” Liora menggeleng. Meletakkan piring berisi dada ayam panggang yang sudah ia hangatkan. “Tadi sore Jenna menyuruh orang mengirimnya.” Daniel hanya mengangguk. “Besok aku akan meminta pelayan

  • Affair with CEO   53. Keseriusan Juna

    “Hai, apa yang kau pikirkan?” Daniel menyentuh pundak Liora yang tampak melamun di depan cermin wastafel. Liora menoleh, memegang lengan Daniel dan memberikan seulas senyum tipis. Membiarkan tubuhnya dipeluk dari belakang. “Sepertinya ada sesuatu yang menggelisahkanmu.” “Hanya sedikit kekhawatiran.” Liora tak sepenuhnya berbohong. Sejak pulang dari rumah Jerome, pikirannya masih dipenuhi oleh Juna. Keseriusan pria itu tampaknya tak bisa ia abaikan begitu saja. “Tentang?” Daniel mencium pipi Liora dan sisi wajahnya dirangkum oleh telapak tangan wanita itu sedangkan pandangan mereka bertemu di cermin. Liota tak langsung menjawab. Tak yakin apakah harus membicarakan hal tersebut pada Daniel tentang apa yang dilakukannya pada Juna untuk menyelamatkan hidupnya saat itu dari Jerome. Tapi, setidaknya ia perlu tahu lebih dalam tentang Juna, kan? “Apa kau mengenal Juna?” “Juna? Julian?” Liora mengangguk, mengamati lekat-lekat ekspresi di wajah Daniel. Kening pria itu berkerut tipis, ta

  • Affair with CEO   52. Awal Mula Semua Bermula

    "Hai." Liora berhasil menangkap lengan Samuel. Membuat tubuh pria itu menghadapnya. "Ada apa?" "Liora." Suara Samuel terdengar begitu sendu, dengan kedua mata yang mulai digenangi air mata. Menatap Liora dan membawa wanita itu ke dalam pelukannya. "Alicia. Kening Liora berkerut. Belum pernah Samuel mengucapkan nama Alicia dengan nada sesedih ini. "Ada apa dengan Alicia?" "Dia nyaris mati karena kehabisan darah," jawab Samuel dalam isak tangisnya. "D-dia … dia hamil dan keguguran." Liora terkesiap kaget, sebagai seorang ibu tentu saja ia bisa merasakan kehilangan itu. Telapak tangannya mengelus punggung Samuel. Menyalurkan dukungan dan semangat dengan tulus. "Sshhh, semuanya akan baik-baik saja." "Aku bahkan tak tahu kalau dia sedang hamil. Dia tak mengatakannya padaku." Ada rasa bersalah di hati Liora akan keberadaannya di antara hubungan Alicia dan Samuel. "Maafkan aku." "Tidak, Liora. Kau tak bersalah. Akulah yang paling bersalah. A-aku … seharusnya aku lebih memperhatikan Al

  • Affair with CEO   51. Pembalasan Untuk Carissa

    Liora keluar dari ruangan Arata Saito dengan senyum samar yang menghiasi ujung bibirnya. Tentu saja ia tak akan kalah tanpa melakukan apapun. Arti Daniel bagi Arata Saito jelas lebih besar ketimbang Carissa atau kerajaan bisnis ini. Sejujurnya ia tak mengharap lebih, ia pun bisa hidup dengan Daniel tanpa bayang-bayang Arata Saito. Ditambah arti Arata tak lebih besar dari dirinya dan Xiu, juga anak dalam kandungannya bagi Daniel. Ia bisa membanggakan diri untuk yang satu itu. Huffttt, setidaknya satu masalah sudah tertangani. Berkat bantuan dari Jerome. Ya, kemarin ia menghubungi Jerome untuk mencari tahu tentang hubungan Arata Saito dan kedua orang tua Daniel, yang ternyata memang tidak baik seperti perkiraannya. “Ck, ck, ck.” Suara decakan mengejek dari arah depan menghentikan Liora yang baru saja akan masuk ke dalam lift. Carissa dengan kedua lengan bersilang dada, mengamati Liora dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan merendahkan. “Apa yang sedang dilakukan istri sim

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status