"Kalian sedang apa?" Tanya seseorang dari arah belakang. Anaya dan Gempa langsung menoleh kebelakang dengan cepat.
"Pak Asep." Ucap Anaya terkejut dan menjauhkan dirinya dari Gempa.
Berbeda dengan Gempa, dia malah menatap datar pak Asep, Siska dan Aliyah yang berani beraninya mengganggu kemesraan dia dengan Anaya.
"Kalian sedang apa disini?" Tanya pak Asep dengan wajah datarnya.
"Bapak sendiri ngapain kesini? Mana pake bawa pasukan lagi, mau sep-". Ucapan Gempa terpotong saat tangannya di senggol oleh Anaya.
"Ngomong yang sopan,". Bisik Anaya yang hanya bisa di dengar oleh Gempa.
"Jawab pertanyaan saya. Kalian sedang apa disini." Bentak pak Asep pada Gempa dan Anaya.
"Kita cuma duduk kok pak,". Jawab Anaya membela diri.
"Bohong pak. Udah jelas jelas tadi bapak liat mereka lagi pelukan,". Teriak Siska cepat.
Anaya menatap Siska tak suka sedangkan Gempa hanya menatap nya datar.
"Ikut saya keruangan. Jelaskan semuanya di ruangan saya,". Ucap pak Asep kemudian pergi meninggalkan taman belakang bersama Siska dan Aliah dibelakang nya.
"Gak usah takut, toh kita juga udah sah,". Ucap Gempa santai lalu menggandeng tangan Anaya menuju ruangan pak Asep.
"Tapi gue takut,". Cicit Anaya pelan.
"Kalo lo dimarahin nanti kita pindah sekolah,". Ucap Gempa sangat enteng. Dia memang satu satunya manusia yang selalu menganggap semua hal enteng dan gampang kecuali soal Matematika.
Disepanjang perjalanan menuju ruangan pak Asep, Anaya hanya diam dan menunduk. Anaya tidak mampu mengucapkan sepatah katapun.
"Silahkan duduk,". Perintah pak Asep pada Gempa dan Anaya.
Mereka berdua pun duduk bersebelahan. Di ruangan pak Asep sudah ada bu Ambar. Guru BK SMA Mandala.
"Coba jelaskan kenapa bisa kalian berada di taman belakang sambil berpelukan?". Tanya bu Ambar pada Gempa dan Anaya.
"Elah, cuma pelukan doang heboh,". Gumam Gempa yang masih bisa di dengar oleh bu Ambar.
"Apa kamu bilang? Coba ulang sekali lagi?" Bentak bu Ambar mulai terpancing emosi.
"Lagian kenapa sih orang cuma pelukan doang, apa salahnya?" Jawab Gempa. Seperti biasa dia akan terus membela dirinya agar tidak terlihat salah.
"Kamu tau ini sekolahan? Sekolah itu tempatnya menuntut ilmu. Belajar. Bukan untuk pacaran." Bentak bu Ambar emosi.
"Dan kamu, Anaya. Kamu kan menjabat sebagai wakil ketua osis, seharusnya kamu memberi contoh yang baik untuk para siswa bukan malah berbuat mesum seperti ini." Bentak bu Ambar pada Anaya.
"Maaf bu,”. Ucap Anaya sambil menunduk. Sedangkan Gempa, dia malah mengangkat kepalanya angkuh.
"Pasti kamu kan yang membawa pengaruh buruk buat Anaya?!" Tuduh bu Ambar pada Gempa. "Selama hampir tiga tahun Anaya bersekolah di sini, baru kali ini dia terkena masalah." Lanjut bu Ambar.
Gempa hanya tersenyum sinis kearah bu Ambar. "Terus ibu mau apa?" Tanya Gempa dengan nada menantang.
"Oke, karena kamu yang minta jadi ibu akan beri hukuman kamu seberat beratnya. Hormat kepada bendera selama dua jam pelajaran lalu bersihkan semua toilet yang ada di sekolah ini." Perintah bu Ambar.
"Oke,". Jawab Gempa santai.
"Ibu maaf sebelumnya, tapi Anaya rasa itu terlalu berat, kita berdua kan gak melakukan hal yang aneh aneh,". Ucap Anaya sesopan mungkin.
"Ibu rasa ini tidak terlalu berat, dan hukuman itu hanya berlaku untuk Gempa, tidak untuk kamu." TEegas bu Ambar.
"Tapi bu..."
"Sudah sudah ibu tidak mau lagi berdebat, silahkan kamu kembali ke kelas, dan kamu." Bu Ambar menunjuk wajah Gempa. "...Laksanakan hukuman kamu dengan benar." Lanjutnya dengan suara yang tegas.
Gempa tak menjawab dia langsung menarik tangan Anaya untuk keluar dari ruangan pak Asep.
"Harusnya lo gak ngomong kaya gitu jadinya kan lo di hokum." Teriak Anaya kesal.
"Udah biasa kali Nay, gue kan salah gak salah juga pasti di hukum," Balas Gempa santai.
"Yaa makanya jangan jadi murid bandel,". Ucap Anaya sinis. Sedangkan yang di sinisi hanya membalasnya dengan kekehan.
"Dih dibilangin malah ketawa,". Kesal Anaya.
"Udah sana masuk kelas." Perintah Gempa pada Anaya.
"Gak lah, gue mau nemenin lo aja,". Jawab Anaya santai.
"Nanti lo kena hukuman, mau?" Tanya Gempa pada Anaya.
"Gakpapa,". Jawab Anaya santai.
"Yaudah terserah,". Final Gempa lalu berlari menuju lapangan untuk menjalankan hukumnan hormat kepada bendera selama dua jam pelajaran.
Anaya terus memperhatikan Gempa dari pinggir lapangan. "Ganteng banget sih suami gue,". Gumam Anaya sambil tersenyum menatap kearah Gempa.
Gempa yang merasa diperhatikan pun menoleh pada Anaya dengan satu alisnya terangkat. Anaya hanya membalasnya dengan senyuman manisnya.
"Anaya,". Teriak seseorang dari arah koridor kelas sebelas.
"Lo ngapain disini?" Tanya Dito heran karena melihat Anaya yang malah duduk santai di pinggir lapangan.
"Lagi nemenin Gempa,". Jawab Anaya santai.
"Lo jangan aneh aneh deh, nanti kalo guru sama adik adik kelas liat gimana? Apa yang mereka fikir nanti kalo wakil ketua osis nya aja kaya gini,". Ucap Dito tegas.
Gempa hanya menatap Dito dan Anaya dari tengah lapangan tanpa ingin ikut campur dengan urusan mereka.
"Masuk kelas,". Perintah Dito dengan suara tegasnya.
Anaya menatap Gempa yang ternyata juga sedang menatap kearahnya. Gempa mengangguk pertanda bahwa dia menyetujui jika Anaya pergi ke kelasnya.
"Yaudah gue ke kelas dulu,". Pamit Anaya yang langsung di angguki Dito.
Anaya sudah berada di kelasnya tapi entah kenapa pikirannya terus saja memikirkan Gempa yang sedang di hokum di lapangan.
"Nad, Gempa lagi di hukum tau,". Bisik Anaya pada Nada.
Nada yang sedang fokus dengan ponselnya pun menoleh ke arah Anaya. "Hah, bikin ulah apalagi?" Tanya Nada berbisik.
"Gue gak bisa ceritain sekarang, Nad, bantuin gue biar bisa keluar dari kelas dong. Gue kepikiran Gempa terus dari tadi,". Ucap Anaya sedikit memohon.
"Lima menit lagi juga istirahat Nay,". Balas Nada santai.
Anaya hanya bisa diam dan terus memikirkan Gemp. Entah kenapa rasanya Anaya sangat khawatir dengan keadaan Gempa, padahal ini bukan pertama kalinya Gempa dihukum.
Drettt
Drettt
Drettt
Ponsel Anaya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk di ponselnya, Anaya pun segera mengambil ponsel dari saku bajunya.
Dimas - Nay lo dimana?
Ke UKS sekarang.Anaya - Gue di kelas
Bentar lima menit lagi gue kesana, nunggu bell istirahat dulu.Emang kenapa sih nyuruh gue ke UKS?Dimas - Gempa pingsan.
Udah deh mending lo izin atau apalah pokonya lo cepetan kesini.Mendengar itu perasaan Anaya semakin tidak karuan, dia benar benar sangat khawatir dengan kondisi Gempa saat sekarang.
"Lo kenapa?" Tanya Nada saat melihat Anaya sangat gelisah.
"Gempa pingsan Nad, gue harus ke UKS sekarang,". Ucap Anaya khawatir.
"Oke, oke tenang dulu. Lo jangan panik,". Balas Nada mencoba untuk menenangkan.
"Mending lo izin ke toilet aja sana,". Lanjutnya.
"Temenin dong,". Pinta Anaya pada Nada.
Nada tidak menjawab dia segera mengangkat tangannya untuk meminta izin pada pak Andi. "Pak saya sama Anaya izin ke toilet,". Izin Nada.
"Bentar lagi istirahat, tahan dulu saja". Balas pak Andi.
"Tapi Anaya udah kebelet banget pak, bapak mau dia ngompol di celana?" Tanya Nada. Dia masih berusaha agar pa Andi mengizinkan mereka untuk keluar kelas.
"Yasudah sana, jangan lama lama,". Final pak Andi pada akhirnya.
Tanpa menunggu lama Anaya dan Nada segera berjalan keluar kelas untuk menuju UKS. Mereka lari dengan cepat tanpa memperdulikan sekelilingnya. Yang mereka fikirkan hanyalah cepat sampai ke UKS dan melihat keadaan Gempa.
Sesampainya di UKS Anaya segera berlari menuju kearah Gempa yang sedang terbaring lemas dengan mata yang tertutup rapat.
"Gem, Gempa ini gue, bangun yaaa Gem, Gempa,". Lirih Anaya sambil mengelus pipi Gempa dengan lembut, air matanya pun sudah menetes sejak kedatangannya di UKS.
"Kenapa dia gak bangun bangun, Jen?" Tanya Anaya panic saat Gempa tidak kunjung membuka matanya.
"Sabar Nay, Gempa emang suka gini kalo lagi banyak fikiran,". Balas Jeno menenangkan Anaya.
"Tapi gue sama dia lagi gak ada masalah, kita baik baik aja, Jen." Ucap Anaya yang masih berusaha untuk membangunkan Gempa dari pingsannya.
"Gempa ayoo dong buka mata lo,". Pinta Anaya dengan lirih. "Maafin gue Gem, seharusnya tadi gue gak ninggalin lo sendirian, maafin gue,". Lirih Anaya terisak dengan memeluk tubuh Gempa.
"Gempa bangun, Gempa ayoo buka mata lo, Gem, jangan bikin gue khawatir kaya gini,". Isak Anaya dengan air mata yang terus mengalir dari kedua bola matanya.
Nada terus mengelus punggung Anaya agar dia sedikit lebih tenang.
Beberapa menit kemudian Gempa perlahan membuka matanya. "Nay,". Lirih Gempa.
"Gempa lo gapapa kan, apa yang sakit?" Tanya Anaya dengan suara yang lembut.
"Gue gapapa cuma pusing sedikit aja,". Jawab Gempa yang masih menyesuaikan pandangannya dengan cahaya di ruangan itu.
"Lo mau apa bos? Biar kita yang beliin,". Tanya Dimas yang dibalas gelengan oleh Gempa. "Gue butuh waktu berdua sama Anaya,". Ucap Gempa.
Teman teman Gempa dan Nada pun mengangguk lalu berjalan keluar dari UKS. "Gue duluan Nay,". Pamit Nada yang langsung di angguki oleh Anaya.
"Duduk sini Nay,". Perintah Gempa sambil menepuk tempat disebelahnya.
"Kenapa?" Tanya Anaya sambil mendudukan tubuhnya di samping Gempa.
"Gue mau di peluk,". Ucap Gempa pelan karena dia masih sangat lemas.
Anaya memeluk tubuh Gempa dengan erat sambil mengelus rambutnya lembut "Lo kenapa bisa pingsan kaya gini?" Tanya Anaya dengan suara yang sangat lembut.
"Gak tau,". Jawab Gempa apa adanya dan semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Anaya.
"Meluknya lanjut di rumah aja yaa, takut ada guru masuk nanti salah paham lagi kaya waktu itu,”. Ucap Anaya selembut mungkin.
"Bentar lagi, gue masih lemes Nay,". Lirih Gempa dalam pelukan Anaya.
"Gue beliin makanan yaa,". Ucap Anaya yang langsung mendapat gelengan dari Gempa.
"Lo harus makan, biar gak lemes lagi,".
"Bentar lagi juga udah gak lemes, gue cuma mau di peluk sama lo,". Jawab Gempa dan semakin menenggelamkan kepalanya pada tubuh Anaya.
Anaya hanya mengangguk dan sesekali menyisir rambut Gempa dengan tangannya.
"Gempa udah yaa, gue pegel,". Keluh Anaya saat punggungnya sudah terasa sakit. Gempa pun melepaskan pelukannya dia juga sudah kembali seperti biasa.
Cup
Gempa mengecup dahi Anaya sekilas. "Gempa! Kalo ada yang liat gimana?!" Teriak Anaya kesal dengan tingkah Gempa yang tidak tahu situasi.
Gempa hanya terkekeh lalu turun dari brangkarnya. "Mau kemana?" Tanya Anaya heran.
"Kurang satu jam pelajaran lagi,". Jawab Gempa santai lalu berniat untuk pergi kembali ke lapangan untuk melunasi hukumannya yang masih tersisa satu jam lagi.
Melihat itu, Anaya pun langsung menahan tangan Gempa. "Gak! Lo gak boleh ke lapangan, lo itu masih sakit." Tegas Anaya.
Gempa terkekeh dan mengelus tangan Anaya dengan lembut. "Gue udah gakpapa kali Nay,". Jawab Gempa santai.
Brak!
Pintu UKS terbuka dengan keras. Menampikan sesosok laki laki dengan wajah marahnya.
"Lo ngapain di sini? Harusnya lo masih di lapangan." Bentak Dito dengan wajah datarnya.
"Gempa tadi pingsan,". Balas Anaya tak sua dengan bentakan dari Dito barusan.
"Udah gakpapa kan? Kelapangan sekarang!" Perintah Dito tegas.
Gempa berseringai menatap Dito. "Gak di suruh juga gue mau ke lapangan,". Ucap Gempa lalu berjalan keluar dari UKS untuk menuju lapangan.
"Dito lo apa apaan sih, lo keterlaluan tau gak." Teriak Anaya kesal. Dia sangat tidak sua dengan ketegasan Dito yang di anggap berlebihan.
"Keterlaluan? Lebih keterlaluan mana sama yang pelukan di taman belakang?" Tanya Dito sinis.
Dari awal Anaya dan Dito bertemu waktu pemilihan OSIS, Dito memang sudah menaruh rasa pada Anaya. Dan mungkin sikap dia sekarang itu karena Dito cemburu saat melihat Anaya dekat dengan Gempa.
"Itu bukan urusan lo." Sinis Anaya lalu berjalan keluar UKS untuk menemui Gempa di lapangan.
"Nay,". Panggil Gaga dari arah koridor kelas sebelas.
"Hmm,". Jawab Anaya singkat. Saat ini mood nya sudah sangat ancur gara gara si Dito. Ketua osis yang egois itu.
"Lo mau ke lapangan?" Tanya Gaga yang dibalas anggukan oleh Anaya.
"Nih, gue titip minum buat Gempa, dia pasti masih lemes". Ucap Gaga sambil menyodorkan sebotol minuman kepada Anaya.
Anaya menerima minuman itu dangen malas. "Makasih,”. Ucap Anaya lalu pergi begitu meninggalkan Gaga vegitu saja untuk menuju lapangan.
"Sayang,". Panggil Anaya sangat lembut.
"Coba ulang tadi lo manggil gue apa?" Tanya Gempa pada Anaya. Jujur dia sangat terkejut mendengar Anaya memanggilnya dengan sebutan ‘sayang’.
"Nih minum,". Ucap Anaya untuk mengalihkan pembicaraan mereka soal kata ‘sayang’ itu.
"Jawab dulu tadi lo manggil gue apa,".
"Gue manggil lo sayang, udah nih minum," Ucap Anaya cepat lalu menyodorkan sebotol minuman pada Gempa.
"Bukain Nay, gue kan lagi hormat,". Perintah Gempa tanpa mengubah posisinya yang sedang hormat.
Anaya membuka tutup botol itu lalu memberikannya pada Gempa. "Nih,".
Gempa pun menerima minuman itu lalu meneguknya sampai setengahnya. "Aus banget yaa?" Tanya Anaya sambil terkekeh.
"Iyalah, dari tadi kan gue panas panasan,". Jawab Gempa sambil memberikan botol minuman itu pada Anaya.
Di ujung koridor seseorang tengah menatap Gempa dan Anaya dengan tatapan tak suka. "Gue pastiin hubungan kalian gak akan lama." Gumamnya berseringai.
Setelah selesai rapat, Anaya memutuskan untuk pergi ke kantin karena jam pelajaran kedua sudah dimulai dan anggota OSIS yang tadi ikut rapat di izinkan untuk tidak masuk pelajaran."Bu, mau jus jeruknya satu yaa. Nanti anterin ke meja yang di pojok situ," ucap Anaya pada salah satu ibu kantin yang ada di sekolahnya."Oke neng," jawab ibu kantin.Anaya berjalan menuju tempat duduk yang tadi ia tunjukan pada ibu kantin."Hii, Nay." sapa seseorang dari arah belakang.Anaya menoleh. "Eh hii juga, Dit." jawab Anaya pada Dito."Sendirian aja, gak bareng sama temen temen lo?" tanya Dito heran."Inikan masih jam pelajaran," jawab Anaya santai."Ahaha... Iya yaa gue lupa," ucap Dito terkekeh.Ibu kantin pun datang dengan segelas jus jeruk di tangannya. "Ini neng jus nya," ucap ibu kantin."Oh iya bu, makasih," jawab Anaya sopan. Ibu kantin hanya membalasnya dengan senyuman lalu berjalan pergi meninggalk
Pagi pagi sekali Anaya dan Gempa sudah berada di sekolah. Karena Anaya tidak mau jika teman temannya curiga jika dia dan Gempa sudah melakukan 'itu'. Yaa walaupun mereka sudah menjadi suami istri tapi tetap saja Anaya malu jika sampai teman temannya tau apalagi Mawar yang mempunyai mulut lemes dan gak bisa di rem, bisa bisa rahasia pernikahannya di ketahui satu sekolahan."Yakin gak mau aku temenin sampe temen kamu ada yang dateng?" tanya Gempa pada Anaya yang sudah duduk manis di tempatnya."Gak usah, bentar lagi juga mereka dateng," jawab Anaya. Gempa pun mengangguk lalu mencium kening Anaya sebelum dia pergi dari sana."Aku ke kelas dulu," pamit Gempa yang di angguki Anaya.Dua puluh lima menit setelah kepergian Gempa, teman temannya pun satu persatu datang. Dimulai dari Mawar dan Vanta lalu di ikuti oleh Nada dan yang terakhir datang adalah Andin. "Tumben tumbenan lo datang pagi banget? kesambet apaan nih?" tanya Vanta pada Anaya."Cuma iseng aja," jawab Anaya santai."Emang yaa
"Kamu belum makan siang, aku pesenin makanan yaa. Mau makan apa?" tanya Gempa. Dia mengambil ponsel dari dalam saku celananya."Aku mau makan seblak," jawab Anaya."Jangan itu Nay, kamu dari pagi belum makan. Yang ada nasi nasi nya dulu," ucap Gempa."Terserah deh samain aja," jawab Anaya malas. Dia lebih memilih untuk membuka laptopnya dan menonton drakor yang sudah lama dia simpan dan tidak sempat untuk menontonnya."Lagi nonton apa?" tanya Gempa pada Anaya yang sedang asik menatap layar laptopnya."Drakor," jawab Anaya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop."Daripada nonton drakor mending kita nonton ini," Gempa merampas laptop dari pangkuan Anaya dan mengetikan sebuah kode pada kolom pencarian."Kode apaan sih? Kok aku baru tau bisa pencarian sama kode kode gitu?" tanya Anaya heran. Dia terus memperhatikan Gempa dengan teliti.Gempa menekan tombol enter dan munculah video video yang tadi Gempa cari deng
Anaya sedikit terusik dengan tangan kekar yang mengelus lembut sebelah pipinya."Enghhhh..." usik Anaya."Bangun sayang," ucap Gempa sangat lembut.Perlahan Anaya membuka matanya dan menyesuaikan dengan pencahayaan di ruangan itu. "Jam berapa?" tanya Anaya pada Gempa."Jam setengah dua belas," jawab Gempa."Malem?" tanya Anaya dan kembali terpejam dalam pelukan Gempa."Siang," jawab Gempa dengan santainya."Hah! Kok lo gak bangunin gue sih!" teriak Anaya terkejut karena Gempa tidak membangunkannya untuk sekolah."Aku-kamu sayang," koreksi Gempa."Iya terserah, kenapa gak bangunin sekolah coba, jadi bolos kan." kesal Anaya. Dia mencari cari ponselnya untuk menghubungi salah satu temannya agar di izinkan tidak masuk sekolah."Hp aku mana?" tanya Anaya pada Gempa yang masih setia memainkan ponsel di tangannya."Gak tau," jawab Gempa acuh.Anaya terus mengumpati suami laknatnya itu di dalam hati. "Pinjem sebentar mau chat Nada," ucap Anaya pada Gempa."Ngapain?" tanya Gempa heran."Yaa ma
Anaya dan Gempa sudah berada di apartemen mereka. Dan sekarang Gempa sedang rebahan di atas sofa sedangkan Anaya, dia sedang memasak di dapur."Yang... mau susu," teriak Gempa dari ruang tv."Ambil sendiri, gue lagi masak," balas Anaya dengan berteriak."Bawain bentar, cepet!" teriak Gempa ngotot."Ck. Iya iya sebentar," jawab Anaya lalu mematikan kompornya sebelum pergi memberikan susu kotak pada Gempa. Untung saja sayur sop yang ia buat sudah matang hanya tinggal di pindahkan ke mangkuk saja.Anaya berjalan kearah ruang tv dengan susu kotak di tangannya. "Nih," ucap Anaya menyodorkan susu kotak yang ia bawa."Apaan nih?" tanya Gempa heran."Katanya lo mau susu. Ini gue udah bawa susu kotak," jelas Anaya malas."Orang gue maunya susu lo. Kok malah dikasih yang di kotak sih," jawab Gempa. Dia langsung Menarik pinggang Anaya. Alhasil Anaya pun terjatuh di atas paha Gempa."Apaan sih Gem. Gue lagi masak t
Bell pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan kini Gempa sudah berada di kelas Anaya untuk menunggu Anaya yang sedang membahas tugas bersama teman kelompoknya."Masih lama?" tanya Gempa yang sudah mulai bosan."Bentar lagi," jawab Anaya yang masih fokus membahas tugas untuk besok mereka presentasi kan di depan kelas.Gempa menghembuskan nafasnya gusar sambil terus memperhatikan Anaya yang sedang fokus membahas tugas bersama teman temannya."Iya. Nanti kaya gitu aja, kalo masih bingung nanti malem kita vc group aja," ucap Anaya pada teman kelompok nya."Nah boleh juga tuh, gue juga masih belum ngerti banget sih," jawab salah seorang teman kelompok Anaya yang bernama Merla itu."Yaudah kalo gitu gue balik duluan yaa, nanti malem aja kita bahasnya," ucap Anaya lalu merapihkan buku bukunya di ikuti dengan ketiga teman kelompoknya. Merla dan Nike."Ayoo," ajak Anaya yang sudah selesai membereskan buku bukuny