Share

SEKOLAH 2

"Kalian sedang apa?" Tanya seseorang dari arah belakang. Anaya dan Gempa langsung menoleh kebelakang dengan cepat.

"Pak Asep." Ucap Anaya terkejut dan menjauhkan dirinya dari Gempa.

Berbeda dengan Gempa, dia malah menatap datar pak Asep, Siska dan Aliyah yang berani beraninya mengganggu kemesraan dia dengan Anaya.

"Kalian sedang apa disini?" Tanya pak Asep dengan wajah datarnya.

"Bapak sendiri ngapain kesini? Mana pake bawa pasukan lagi, mau sep-". Ucapan Gempa terpotong saat tangannya di senggol oleh Anaya.

"Ngomong yang sopan,". Bisik Anaya yang hanya bisa di dengar oleh Gempa.

"Jawab pertanyaan saya. Kalian sedang apa disini." Bentak pak Asep pada Gempa dan Anaya.

"Kita cuma duduk kok pak,". Jawab Anaya membela diri.

"Bohong pak. Udah jelas jelas tadi bapak liat mereka lagi pelukan,". Teriak Siska cepat.

Anaya menatap Siska tak suka sedangkan Gempa hanya menatap nya datar.

"Ikut saya keruangan. Jelaskan semuanya di ruangan saya,". Ucap pak Asep kemudian pergi meninggalkan taman belakang bersama Siska dan Aliah dibelakang nya.

"Gak usah takut, toh kita juga udah sah,". Ucap Gempa santai lalu menggandeng tangan Anaya menuju ruangan pak Asep.

"Tapi gue takut,". Cicit Anaya pelan.

"Kalo lo dimarahin nanti kita pindah sekolah,". Ucap Gempa sangat enteng. Dia memang satu satunya manusia yang selalu menganggap semua hal enteng dan gampang kecuali soal Matematika.

Disepanjang perjalanan menuju ruangan pak Asep, Anaya hanya diam dan menunduk. Anaya tidak mampu mengucapkan sepatah katapun.

"Silahkan duduk,". Perintah pak Asep pada Gempa dan Anaya.

Mereka berdua pun duduk bersebelahan. Di ruangan pak Asep sudah ada bu Ambar. Guru BK SMA Mandala.

"Coba jelaskan kenapa bisa kalian berada di taman belakang sambil berpelukan?". Tanya bu Ambar pada Gempa dan Anaya.

"Elah, cuma pelukan doang heboh,". Gumam Gempa yang masih bisa di dengar oleh bu Ambar.

"Apa kamu bilang? Coba ulang sekali lagi?" Bentak bu Ambar mulai terpancing emosi.

"Lagian kenapa sih orang cuma pelukan doang, apa salahnya?" Jawab Gempa. Seperti biasa dia akan terus membela dirinya agar tidak terlihat salah.

"Kamu tau ini sekolahan? Sekolah itu tempatnya menuntut ilmu. Belajar. Bukan untuk pacaran." Bentak bu Ambar emosi.

"Dan kamu, Anaya. Kamu kan menjabat sebagai wakil ketua osis, seharusnya kamu memberi contoh yang baik untuk para siswa bukan malah berbuat mesum seperti ini." Bentak bu Ambar pada Anaya.

"Maaf bu,”. Ucap Anaya sambil menunduk. Sedangkan Gempa, dia malah mengangkat kepalanya angkuh.

"Pasti kamu kan yang membawa pengaruh buruk buat Anaya?!" Tuduh bu Ambar pada Gempa. "Selama hampir tiga tahun Anaya bersekolah di sini, baru kali ini dia terkena masalah." Lanjut bu Ambar.

Gempa hanya tersenyum sinis kearah bu Ambar. "Terus ibu mau apa?" Tanya Gempa dengan nada menantang.

"Oke, karena kamu yang minta jadi ibu akan beri hukuman kamu seberat beratnya. Hormat kepada bendera selama dua jam pelajaran lalu bersihkan semua toilet yang ada di sekolah ini."    Perintah bu Ambar.

"Oke,". Jawab Gempa santai.

"Ibu maaf sebelumnya, tapi Anaya rasa itu terlalu berat, kita berdua kan gak melakukan hal yang aneh aneh,". Ucap Anaya sesopan mungkin.

"Ibu rasa ini tidak terlalu berat, dan hukuman itu hanya berlaku untuk Gempa, tidak untuk kamu." TEegas bu Ambar.

"Tapi bu..."

"Sudah sudah ibu tidak mau lagi berdebat, silahkan kamu kembali ke kelas, dan kamu." Bu Ambar menunjuk wajah Gempa. "...Laksanakan hukuman kamu dengan benar." Lanjutnya dengan suara yang tegas.

Gempa tak menjawab dia langsung menarik tangan Anaya untuk keluar dari ruangan pak Asep.

"Harusnya lo gak ngomong kaya gitu jadinya kan lo di hokum." Teriak Anaya kesal.

"Udah biasa kali Nay, gue kan salah gak salah juga pasti di hukum," Balas Gempa santai.

"Yaa makanya jangan jadi murid bandel,". Ucap Anaya sinis. Sedangkan yang di sinisi hanya membalasnya dengan kekehan.

"Dih dibilangin malah ketawa,". Kesal Anaya.

"Udah sana masuk kelas." Perintah Gempa pada Anaya.

"Gak lah, gue mau nemenin lo aja,". Jawab Anaya santai.

"Nanti lo kena hukuman, mau?" Tanya Gempa pada Anaya.

"Gakpapa,". Jawab Anaya santai.

"Yaudah terserah,". Final Gempa lalu berlari menuju lapangan untuk menjalankan hukumnan hormat kepada bendera selama dua jam pelajaran.

Anaya terus memperhatikan Gempa dari pinggir lapangan. "Ganteng banget sih suami gue,". Gumam Anaya sambil tersenyum menatap kearah Gempa.

Gempa yang merasa diperhatikan pun menoleh pada Anaya dengan satu alisnya terangkat. Anaya hanya membalasnya dengan senyuman manisnya.

"Anaya,". Teriak seseorang dari arah koridor kelas sebelas.

"Lo ngapain disini?" Tanya Dito heran karena melihat Anaya yang malah duduk santai di pinggir lapangan.

"Lagi nemenin Gempa,". Jawab Anaya santai.

"Lo jangan aneh aneh deh, nanti kalo guru sama adik adik kelas liat gimana? Apa yang mereka fikir nanti kalo wakil ketua osis nya aja kaya gini,". Ucap Dito tegas.

Gempa hanya menatap Dito dan Anaya dari tengah lapangan tanpa ingin ikut campur dengan urusan mereka.

"Masuk kelas,". Perintah Dito dengan suara tegasnya.

Anaya menatap Gempa yang ternyata juga sedang menatap kearahnya. Gempa mengangguk pertanda bahwa dia menyetujui jika Anaya pergi ke kelasnya.

"Yaudah gue ke kelas dulu,". Pamit Anaya yang langsung di angguki Dito.

Anaya sudah berada di kelasnya tapi entah kenapa pikirannya terus saja memikirkan Gempa yang sedang di hokum di lapangan.

"Nad, Gempa lagi di hukum tau,". Bisik Anaya pada Nada.

Nada  yang sedang fokus dengan ponselnya pun menoleh ke arah Anaya. "Hah, bikin ulah apalagi?" Tanya Nada berbisik.

"Gue gak bisa ceritain sekarang, Nad, bantuin gue biar bisa keluar dari kelas dong. Gue kepikiran Gempa terus dari tadi,". Ucap Anaya sedikit memohon.

"Lima menit lagi juga istirahat Nay,". Balas Nada santai.

Anaya hanya bisa diam dan terus memikirkan Gemp. Entah kenapa rasanya Anaya sangat khawatir dengan keadaan Gempa, padahal ini bukan pertama kalinya Gempa dihukum.

Drettt

Drettt

Drettt

Ponsel Anaya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk di ponselnya, Anaya pun segera mengambil ponsel dari saku bajunya.

Dimas - Nay lo dimana?

Ke UKS sekarang.

Anaya - Gue di kelas

Bentar lima menit lagi gue kesana, nunggu bell istirahat dulu.

Emang kenapa sih nyuruh gue ke UKS?

Dimas - Gempa pingsan.

Udah deh mending lo izin atau apalah pokonya lo cepetan kesini.

Mendengar itu perasaan Anaya semakin tidak karuan, dia benar benar sangat khawatir dengan kondisi Gempa saat sekarang.

"Lo kenapa?" Tanya Nada saat melihat Anaya sangat gelisah.

"Gempa pingsan Nad, gue harus ke UKS sekarang,". Ucap Anaya khawatir.

"Oke, oke tenang dulu. Lo jangan panik,". Balas Nada mencoba untuk menenangkan.

"Mending lo izin ke toilet aja sana,". Lanjutnya.

"Temenin dong,". Pinta Anaya pada Nada.

Nada tidak menjawab dia segera mengangkat tangannya untuk meminta izin pada pak Andi. "Pak saya sama Anaya izin ke toilet,". Izin Nada.

"Bentar lagi istirahat, tahan dulu saja". Balas pak Andi.

"Tapi Anaya udah kebelet banget pak, bapak mau dia ngompol di celana?" Tanya Nada. Dia masih berusaha agar pa Andi mengizinkan mereka untuk keluar kelas.

"Yasudah sana, jangan lama lama,". Final pak Andi pada akhirnya.

Tanpa menunggu lama Anaya dan Nada segera berjalan keluar kelas untuk menuju UKS. Mereka lari dengan cepat tanpa memperdulikan sekelilingnya. Yang mereka fikirkan hanyalah cepat sampai ke UKS dan melihat keadaan Gempa.

Sesampainya di UKS Anaya segera berlari menuju kearah Gempa yang sedang terbaring lemas dengan mata yang tertutup rapat.

"Gem, Gempa ini gue, bangun yaaa Gem, Gempa,". Lirih Anaya sambil mengelus pipi Gempa dengan lembut, air matanya pun sudah menetes sejak kedatangannya di UKS.

"Kenapa dia gak bangun bangun, Jen?" Tanya Anaya panic saat Gempa tidak kunjung membuka matanya.

"Sabar Nay, Gempa emang suka gini kalo lagi banyak fikiran,". Balas Jeno menenangkan Anaya.

"Tapi gue sama dia lagi gak ada masalah, kita baik baik aja, Jen." Ucap Anaya yang masih berusaha untuk membangunkan Gempa dari pingsannya.

"Gempa ayoo dong buka mata lo,". Pinta Anaya dengan lirih. "Maafin gue Gem, seharusnya tadi gue gak ninggalin lo sendirian, maafin gue,". Lirih Anaya terisak dengan memeluk tubuh Gempa.

"Gempa bangun, Gempa ayoo buka mata lo, Gem, jangan bikin gue khawatir kaya gini,". Isak Anaya dengan air mata yang terus mengalir dari kedua bola matanya.

Nada terus mengelus punggung Anaya agar dia sedikit lebih tenang.

Beberapa menit kemudian Gempa perlahan membuka matanya. "Nay,". Lirih Gempa.

"Gempa lo gapapa kan, apa yang sakit?" Tanya Anaya dengan suara yang lembut.

"Gue gapapa cuma pusing sedikit aja,". Jawab Gempa yang masih menyesuaikan pandangannya dengan cahaya di ruangan itu.

"Lo mau apa bos? Biar kita yang beliin,". Tanya Dimas yang dibalas gelengan oleh Gempa. "Gue butuh waktu berdua sama Anaya,". Ucap Gempa.

Teman teman Gempa dan Nada pun mengangguk lalu berjalan keluar dari UKS. "Gue duluan Nay,". Pamit Nada yang  langsung di angguki oleh Anaya.

"Duduk sini Nay,". Perintah Gempa sambil menepuk tempat disebelahnya.

"Kenapa?" Tanya Anaya sambil mendudukan tubuhnya di samping Gempa.

"Gue mau di peluk,". Ucap Gempa pelan karena dia masih sangat lemas.

Anaya memeluk tubuh Gempa dengan erat sambil mengelus rambutnya lembut "Lo kenapa bisa pingsan kaya gini?" Tanya Anaya dengan suara yang sangat lembut.

"Gak tau,". Jawab Gempa apa adanya dan semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Anaya.

"Meluknya lanjut di rumah aja yaa, takut ada guru masuk nanti salah paham lagi kaya waktu itu,”. Ucap Anaya selembut mungkin.

"Bentar lagi, gue masih lemes Nay,". Lirih Gempa dalam pelukan Anaya.

"Gue beliin makanan yaa,". Ucap Anaya yang langsung mendapat gelengan dari Gempa.

"Lo harus makan, biar gak lemes lagi,".

"Bentar lagi juga udah gak lemes, gue cuma mau di peluk sama lo,". Jawab Gempa dan semakin menenggelamkan kepalanya pada tubuh Anaya.

Anaya hanya mengangguk dan sesekali menyisir rambut Gempa dengan tangannya.

"Gempa udah yaa, gue pegel,". Keluh Anaya saat punggungnya sudah terasa sakit. Gempa pun melepaskan pelukannya dia juga sudah kembali seperti biasa.

Cup

Gempa mengecup dahi Anaya sekilas. "Gempa! Kalo ada yang liat gimana?!" Teriak Anaya kesal dengan tingkah Gempa yang tidak tahu situasi.

Gempa hanya terkekeh lalu turun dari brangkarnya. "Mau kemana?" Tanya Anaya heran.

"Kurang satu jam pelajaran lagi,". Jawab Gempa santai lalu berniat untuk pergi kembali ke lapangan untuk melunasi hukumannya yang masih tersisa satu jam lagi.

Melihat itu, Anaya pun langsung menahan tangan Gempa. "Gak! Lo gak boleh ke lapangan, lo itu masih sakit." Tegas Anaya.

Gempa terkekeh dan mengelus tangan Anaya dengan lembut. "Gue udah gakpapa kali Nay,". Jawab Gempa santai.

Brak!

Pintu UKS terbuka dengan keras. Menampikan sesosok laki laki dengan wajah marahnya.

"Lo ngapain di sini? Harusnya lo masih di lapangan." Bentak Dito dengan wajah datarnya.

"Gempa tadi pingsan,". Balas Anaya tak sua dengan bentakan dari Dito barusan.

"Udah gakpapa kan? Kelapangan sekarang!" Perintah Dito tegas.

Gempa berseringai menatap Dito. "Gak di suruh juga gue mau ke lapangan,". Ucap Gempa lalu berjalan keluar dari UKS untuk menuju lapangan.

"Dito lo apa apaan sih, lo keterlaluan tau gak." Teriak Anaya kesal. Dia sangat tidak sua dengan ketegasan Dito yang di anggap berlebihan.

"Keterlaluan? Lebih keterlaluan mana sama yang pelukan di taman belakang?" Tanya Dito sinis.

Dari awal Anaya dan Dito bertemu waktu pemilihan OSIS, Dito memang sudah menaruh rasa pada Anaya. Dan mungkin sikap dia sekarang itu karena Dito cemburu saat melihat Anaya dekat dengan Gempa.

"Itu bukan urusan lo." Sinis Anaya lalu berjalan keluar UKS untuk menemui Gempa di lapangan.

"Nay,". Panggil Gaga dari arah koridor kelas sebelas.

"Hmm,". Jawab Anaya singkat. Saat ini mood nya sudah sangat ancur gara gara si Dito. Ketua osis yang egois itu.

"Lo mau ke lapangan?" Tanya Gaga yang dibalas anggukan oleh Anaya.

"Nih, gue titip minum buat Gempa, dia pasti masih lemes". Ucap Gaga sambil menyodorkan sebotol minuman kepada Anaya.

Anaya menerima minuman itu dangen malas. "Makasih,”. Ucap Anaya lalu pergi begitu meninggalkan Gaga vegitu saja untuk menuju lapangan.

"Sayang,". Panggil Anaya sangat lembut.

"Coba ulang tadi lo manggil gue apa?" Tanya Gempa pada Anaya. Jujur dia sangat terkejut mendengar Anaya memanggilnya dengan sebutan ‘sayang’.

"Nih minum,". Ucap Anaya untuk mengalihkan pembicaraan mereka soal kata ‘sayang’ itu.

"Jawab dulu tadi lo manggil gue apa,".

"Gue manggil lo sayang, udah nih minum," Ucap Anaya cepat lalu menyodorkan sebotol minuman pada Gempa.

"Bukain Nay, gue kan lagi hormat,". Perintah Gempa tanpa mengubah posisinya yang sedang hormat.

Anaya membuka tutup botol itu lalu memberikannya pada Gempa. "Nih,".

Gempa pun menerima minuman itu lalu meneguknya sampai setengahnya. "Aus banget yaa?" Tanya Anaya sambil terkekeh.

"Iyalah, dari tadi kan gue panas panasan,". Jawab Gempa sambil memberikan botol minuman itu pada Anaya.

Di ujung koridor seseorang tengah menatap Gempa dan Anaya dengan tatapan tak suka. "Gue pastiin hubungan kalian gak akan lama." Gumamnya berseringai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status