Dean memegang kemudi erat. Ponsel di telinga masih saja menderingkan nada tunggu, tak ada tanda-tanda akan dijawab.
Pria itu memutus sambung. Melempar gawai tadi ke kursi penumpang di samping. Siera sepertinya memang tak ingin menjawab panggilan teleponnya. Yang barusan adalah percobaan Dean yang kesepuluh kali hingga malam ini.
Memijat pelipis, seraya berusaha fokus ke jalanan, Dean merutuk dirinya. Lelaki itu marah pada dirinya yang masih saja bersikap plin-plan hingga sekarang.
Sudah memilih Nara. Undangan pertunangannya sudah disebar. Dan apa? Dean sempat-sempatnya mengkhawatirkan si mantan istri yang beberapa hari belakang tak membalas pesan atau mengangkat telepon.
Dean sungguh tak paham akan inginnya sendiri. Berlagak gentleman, bertanggung jawab pada Nara. Namun, merasa bersalah dan tidak tega pada Siera. Belum lagi, Mike yang kukuh tak ingin ikut campur atau terlibat di acara pertunangannya. Si ayah bahkan menolak datang d
Siera kembali tak bisa tidur malam ini. Tak ingin mengganggu Mike atau Dean yang kebetulan menginap, perempuan itu memilih menyibukkan diri dengan ponsel di ruang tamu.Tak ada tujuan berarti. Hanya menggulir layar asal, berpindah aplikasi media sosial atau video. Sampai setengah jam berlalu dan ia masih belum mengantuk.Lampu di sana tidak dipadamkan, Siera melihat Dean datang. Pria itu sepertinya sudah sempat tidur, karena rambutnya sedikit kusut.Siera berbaring di sofa, mereka bertatapan sebentar, lalu Dean bergerak ke dapur. Sekitar beberapa menit pria itu di sana, lalu kembali menghampiri."Aku duduk sini, ya?" Dean menaruh dua gelas susu coklat di atas meja. Pria itu menyandarkan punggung dan kepala, lalu memejam sesaat.Siera bangun dan duduk. "Aku berisik?"Yang ditanyai menggeleng. "Aku lagi iseng meriksa jurnal review punya mahasiswa." Lelaki itu tersenyum kecil. "Masih ada aja yang asal nyalin
Banyak yang Siera alami semenjak tinggal di rumah Mike. Pertama dan yang paling menyenangkan, ia tidak merasa sendirian lagi. Ada Mike yang selalu bisa diajak bicara soal apa saja. Dua, banyak pekerjaan rumah yang bisa ia lakukan dan tiga ... diam-diam memerhatikan Dean.Untuk yang terakhir, Siera tak paham mengapa dirinya tak pernah bosan pada pria satu itu. Seolah di dunia ini tak ada laki-laki lain yang menarik selain si jangkung satu itu.Siang ini, Siera hanya berdua saja dengan asisten rumah tangga di rumah itu. Mike sedang ada keperluan di toko, sedang Dean pergi mengajar.Seorang diri, perempuan itu jadi terpikirkan banyak hal. Salah satunya, soal apa yang akan dilakukan ke depan. Siera mau apa?Ia mengingat apa yang pernah si ayah mertua ucap. Mengejar kebahagiaan sendiri. Apa ini saatnya Siera memikirkan dirinya sendiri? Toh, Dean juga sudah lepas dari Nara.Fakta barusan membuat perempuan berkaus hitam itu t
"Memang ingin?"Dean duduk sendirian di ruang tamu rumah Mike. Sekarang pukul enam pagi."Kebetulan lagi enggak ke kampus?"Pria itu menggaruk kepala kasar. Wajahnya semakin tertekuk."Enggak ada alasan? Memang mau nganterin?"Lelaki dewasa di sana menendang udara. Mengapa harus sampai serumit ini hanya karena ingin mengantar Siera?Dean tidak ke kampus hari ini. Sedang dapat jatah libur. Kemarin malam, ia mendengar bahwa pagi ini Siera ingin pergi mencari pekerjaan. Kejadian akibat ulah Nara sudah membuat mantan istrinya itu dipecat karena sempat tak masuk kerja beberapa hari.Ia ingin mengantar. Entah ke mana pun Siera akan melamar pekerjaan nanti. Masalahnya, jika nanti perempuan itu bertanya perihal apa alasannya ingin menjadi ojek pribadi, Dean harus jawab apa?Dirinya yakin bahwa Siera sudah paham alasan yang dipunya. Namun, si mantan istri pasti sengaja pura-pura tak paham
"Tolong hati-hati bawa bunganya. Semua bunga mataharinya, tolong disusun di sekeliling meja, ya." Dean memberi arahan pada beberapa orang pegawai Ramaji. Sore ini, sehabis mengajar, pria itu datang ke sana dan mulai membuat pengaturan. Lelaki itu sudah memutuskan untuk melamar Siera malam nanti. Dan tempat yang dipilih adalah Ramaji, tempat pertama mereka bertemu dan tempat di mana dulu Dean pernah meminta Siera menjadi istrinya. Tempat yang sama, agenda yang sama, tetapi Dean merasa amat berbeda. Sejak tadi jantung pria itu tak berhenti berdetak cepat. Telapak tangan lembab, beberapa butir peluh menghiasi dahi. Gugup? Mungkin begitu. Kali ini Dean sungguh-sungguh. Dengan segenap hati, pria itu ingin meminta Siera kembali menjadi istrinya. Bukan karena terpaksa apalagi demi siasat. Selagi memperhatikan beberapa pegawai yang mulai menyusun beberapa pot berisi bunga matahari di sekeliling meja, pria itu melaku
Dua tangan Dean yang memegangi kepala tampak bergetar. Pria itu tertunduk dalam di posisi duduk. Wajahnya yang menghadap ke bawah itu terlihat masam dan kelabu. Dean ada di sebuah rumah sekarang. Rumah yang berada di sebuah desa. Rumah itu milik Nara, tempat si mantan kekasih bersembunyi selama ini. Tadi itu, saat Dean sudah beres dengan dekorasi kafe dan tinggal menunggu Siera datang, ia dihubungi Nara. Terkejut, Dean diminta datang ke rumah ini. Lelaki itu menolak awalnya. Ia malah akan melaporkan momor Nara pada polisi agar perempuan itu ditangkap. Namun, setelah mendengar pengakuan Nara, serta dikirimi sebuah foto, Dean tak bisa mengelak. Nara hamil. Gambar testpack yang dikirim si mantan pacar itu dihuni dua garis merah, tanda positif. Nara mengandung anak Dean. Dan sekarang, Dean tengah diharuskan mengambil sikap. Ini kacau. Sebelum ini, keputusan si lelaki sudah bulat. Ia akan melamar Siera dan menikah. Soa
Dean kembali datang ke rumah persembunyian Nara sore ini. Namun, kali ini si lelaki tidak sendirian. Ia memboyong dua orang lagi. Brian dan Ria, ayah dan ibu Nara.Duduk di ruang tamu rumah, Dean bisa melihat raut takut yang mantan kekasihnya tunjukkan. Agaknya, keputusan membawa orang tua Nara sudah benar. Jika Nara bisa berbuat licik, maka ia pun sama.Biarlah dikatai berengsek. Dicap sebagai pria sialan yang lari dari tanggung jawab. Dean sudah mengambil keputusan. Ia tak mau menikahi Nara, sekalipun perempuan itu tengah mengandung anaknya.Itu sama saja dengan bunuh diri. Menikah dengan Nara sama saja memperpanjang daftar kesalahan dan memperpanjang kesusahan. Rumah tangga yang akan ia bina bersama Nara sudah pasti tidak akan berjalan baik. Sikap tempramen Nara, perangainya yang suka main tangan. Ditambah Dean yang tak mencintai perempuan itu. Lengkap. Mereka akan jadi perpaduan siksaan paling indah bagi si calon bayi.Maka itu
Dean menemukan Siera di rumah Mike beberapa hari kemudian. Pria itu sungguh bersyukur sebab didatangi ide untuk singgah di sini sebelum pulang ke rumah.Perempuan itu terlihat tidak baik. Matanya bengkak, wajahnya memerah. Saat Dean datang tadi, Siera terlihat duduk di samping Mike sambil menyeka mata dengan punggung tangan. Sungguh pemandangan yang menyayat hati.Dean jadi melakukan kilas balik. Selama ini, alasan kenapa perempuan itu selalu menangis seperti itu hanya satu. Dirinya."Aku mau bicara, Siera." Dean belum menjelaskan apa-apa pada Siera. Telepon atau pun pesan yang pria itu kirim beberapa hari kemarin tidak satu pun direspon.Mike bangkit dari duduk. Pria itu itu mengangguk beberapa kali pada anaknya. Menyerahkan semuanya pada Dean. Berharap apa pun yang terjadi ke depan adalah sesuatu yang baik. Peliknya keadaan turut ia rasakan."Matamu bisa makin bengkak. Jangan nangis lagi." Dean mengambil tempat di sa
Sore yang hancur lebur. Setelah menuntaskan kewajiban di kampus, Dean sesegera yang dibisa menuju rumah kontrakan Siera, si mantan istri.Setelah beberapa hari tidak mendengar kabar perempuan itu, akhirnya hari ini Dean mendapatkannya. Tidak langsung dari Siera, tetapi dari Mike.Ayah Dean menyampaikan bahwa hari ini, tepatnya pagi tadi, Siera berpamitan. Ke mana perempuan itu akan pergi, Mike tidak diberitahu. Dean terpaksa harus mendatangi rumah Siera sore ini, karena tadi ia harus menjadi salah satu dosen penguji dari beberapa mahasiswa yang sidang skripsi. Sungguh tak bijak jika ia mangkir tadi.Dean berharap Siera belum benar-benar pergi. Perempuan itu hanya berpamitan lebih awal pada Mike. Lagipula, Siera bukan seseorang yang jahat. Yang tega pergi, tanpa pamit.Tiba di kontrakan si mantan istri, Dean langsung memanggil si penyewa rumah. Dua kali, tanpa ketukan di pintu. LIma kali dengan menggedor pintu. Sayang, semuanya itu