Share

Terenggut

Author: Just Mommy
last update Last Updated: 2021-11-02 21:38:18

Ayas langsung memalingkan wajahnya saat melihat tubuh Tira tanpa sehelai benang pun. Lututnya terasa lemas kala melihat senjata Tira sudah berdiri tegak. Terlebih ini kali pertama baginya melihat hal seperti itu.

“Sepertinya kamu sangat terpesona dengan tubuh saya,” cibir Tira saat melihat wajah Ayas merona. Kemudian ia memainkan bagian sensitif tubuh Ayas hingga wanita itu menggeliat.

Sebagai wanita normal, dirangsang oleh seorang pria gagah dan tampan seperti Tira, tentu saja gairah Ayas pun bangkit. Meski hatinya menolak. Namun tubuhnya justru tak mampu melawan sentuhan yang menimbulkan gelenyar kenikmatan itu.

“Do you like this?” ejek Tira saat melihat napas Ayas tersenggal dan wajahnya merona.

“You are batshit crazy! (Kamu memang sinting),” umpat Ayas dengan napas menggebu. Bahkan ia tak mampu menahan desahannya. Karena kini Tira memainkan lidahnya di sana. Ia pun memberikan gigitan kecil agar Ayas semakin tak tahan.

“Holy shit! You look so beautiful. (Wow! Kamu terlihat cantik),” sindir Tira sambil menyeringai. Ia senang Ayas mulai terhanyut oleh permainannya.

Ayas bingung pada dirinya sendiri. Satu sisi ia ingin menikmati permainan itu. Namun, di sisi lain ia sadar bahwa itu salah. Ia tidak ingin masa depannya hancur hanya karena satu kali melakukan ‘kesalahan’. Akan tetapi, tubuhnya justru semakin terbakar oleh gairah yang ditimbulkan perbuatan Tira.

Setelah beberapa saat, Tira kembali bersimpuh. Ia melepaskan ikatan kaki Ayas tanpa mengatakan sepatah kata pun. Melihat hal itu, Ayas senang, karena ia pikir Tira akan membebaskannya.

Namun, kesenangan Ayas hanya berlangsung sesaat. Setelah kakinya terlepas, Tira justru memposisikan senjatanya untuk segera menerobos ‘pertahanan’ Ayas.

“Jangan, Pak! Saya mohon. Saya masih suci. Jangan rusak masa depan saya!” lirih Ayas saat Tira hendak mendorong senjatanya.

Saat ini posisi Tira masih bersimpuh, sebab ia ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika dirinya berhasil menggagahi Ayas. Sampai saat ini ia belum sadar bahwa gadis itu masih suci.

Melihat Ayas ketakutan, Tira justru semakin senang. “Ini belum seberapa. Setelah ini kamu akan hidup seperti di neraka,” ujar Tira sambil menahan kaki Ayas yang berusaha memberontak.

Kening Tira mengerut kala senjatanya melesat. Ia sangat yakin tubuh Ayas sudah siap untuk diterobos. ‘Kenapa sulit sekali?’ pikirnya. Ia pun pantang menyerah. Tira yang sudah terlanjur terbawa hasrat itu melanjutkan usahanya hingga ia berhasil menjebol ‘pertahanan’ Ayas.

Ayas pun memekik kala merasakan sakit yang luar biasa karena Tira memaksanya. Air matanya mengalir semakin deras. Sebab saat ini masa depannya sudah direnggut paksa oleh Tira.

Untuk beberapa saat, Tira pun terdiam. Tubuhnya semakin terbakar kala merasakan sensasi yang luar biasa akibat reaksi dari tubuh Ayas yang baru pertama kali menerima serangan seperti itu. Hingga tanpa perlu bergerak pun sekujur tubuh Tira sudah meremang.

‘Shit! Kenapa dia masih perawan?’ batin Tira saat melihat senjatanya diselimuti oleh bercak darah segar. Ia menatap gadis yang sedang menangis itu.

‘Apa aku memang salah orang? Aku yakin wanita itu seharusnya sudah tidak suci lagi. Bahkan Putri memeregoki mereka sedang tidur. Lalu dia (Laras) siapa?’ pikirnya.

Namun, Tira tidak rela menyudahi kenikmatan yang sedang ia rasakan. Akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan permainan itu dengan mengukung Ayas sambil bergerak perlahan.

Kali ini ia sudah tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Terlebih saat menatap wajah Ayas dari dekat. Jantungnya berdebar cepat, antara merasa bersalah dan menikmati permainannya. Ia pun memutuskan untuk tidak melakukan pelepasan di dalam. Khawatir dirinya memang salah sasaran.

Tira yang sudah gelap mata tak peduli meski Ayas menangis. Ia justru membungkam bibir wanita itu dan memberi stimulus agar Ayas pun terhanyut akan permainannya.

Lagi-lagi tubuh Ayas tidak mengikuti kata hatinya. Semakin lama ia justru terhanyut oleh permainan Tira yang begitu lembut. Hingga Ayas merasa seperti terbang melayang dan seakan ada sesuatu yang akan meledak dari dalam tubuhnya.

Ia bahkan tidak sadar bahwa kini tangisannya sudah berubah menjadi desahan dan itu membuat Tira semakin bersemangat. Hingga akhirnya mereka tenggelam dalam pergulatan panas.

Beberapa saat kemudian, Tira merasakan tubuh Ayas mengejang. Ayas pun menggigit lengan Tira sambil mengerang. Dia yakin saat itu Ayas tengah melakukan pelepasan. Hingga ia pun tak tahan dan akhirnya Tira melakukan pelepasan di dalam.

‘Sial! Kenapa aku tidak bisa mengontrol diriku?’ batin Tira. Ia menyesal karena tidak bisa menahannya.

‘Bodoh sekali. Harusnya aku marah, tapi kenapa aku justru menikmatinya?’ batin Ayas. 

Perlakuan Tira yang berubah menjadi lembut setelah mengatahui bahwa Ayas masih suci itu membuat Ayas merasa sedang bercinta dengan pangeran tampan. Padahal hatinya yakin bahwa pria itu adalah iblis jahat.

Tira melepaksan tubuhnya. Kemudian ia pun membuka ikatan tangan Ayas. Hatinya terenyuh kala melihat begitu banyak luka di pergelangan tangan wanita itu. Tira semakin merasa bersalah. Ia ingin mengobati lukanya. Namun di kamar itu tidak ada kotak P3K.

Ia yang merasa lelah pun membaringkan tubuhnya di samping Ayas. ‘Jika memang bukan dia orangnya. Aku berjanji akan bertanggung jawab,’ batin Tira. Ia mengambil ponsel yang ada di nakas, kemudian mengirimkan pesan pada Panji untuk membawa kotak P3K.

Mereka tercenung untuk beberapa saat. Merasakan tubuh yang rileks setelah pergulatan panas itu. Ayas memalingkan wajahnya karena merasa benci sekaligus malu. Ia ingat betul bagaimana ketika dirinya terhanyut bahkan melakukan pelepasan tadi. Ia ingat saat itu Tira menatap wajahnya.

Tubuhnya yang lelah karena baru saja melewati pengalaman pertama itu membuat Ayas tak dapat menahan rasa kantuk hingga ia pun terlelap.

Beberapa saat kemudian bel kamar mereka berbunyi. Tira yang belum bisa tidur itu menoleh ke arah Ayas dan melihat wanita itu sudah terlelap. Tanpa sadar Tira menyunggingkan senyumannya kala melihat Ayas yang sedang terlelap itu begitu cantik.

Ia pun turun dari tempat tidur dan mengambil bath robe yang ada di lemari. Kemudian ia membuka pintu. Tira yakin itu adalah panji yang akan mengantar kotak obat.

Tilulit!

Suara pintu kamar terbuka dari dalam. Panji tidak terkejut saat melihat Tira hanya mengenakan bath robe. Sebelumnya Tira memang sering melakukan hal itu dengan mantan kekasihnya.

“Ini kotak obatnya, Tuan,” ucap Panji sambil menyerahkan kotak tersebut pada Tira.

“Oke terima kasih,” jawab Tira. Ia mengambil kotak tersebut dari panji.

“Kalau begitu saya langsung pamit.”

“Tinggu dulu, Ji! Tolong kamu selidiki lagi wanita yang berhubungan dengan pria berengsek itu! Sepertinya saya salah orang,” ujar Tira.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Nazrul Hisham
ceo nafsu binatang
goodnovel comment avatar
Nok Ais Nok Ais
penyesalan selalu datang d Ahir.........
goodnovel comment avatar
Ungki Widiyarto
CEO kok guoblok.....nafsu besar otak kurang....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • After That Night   Keluarga Bahagia (Tamat)

    Saat ini Atas sedang di rumah dan ditemani oleh Gita.“Gimana ya, kok belum ada kabar?” gumam Ayas, khawatir.Ayas ingin menghubungi Tira tapi ia khawatir akan menggangu, sedangkan Tira sengaja tidak menghubungi Ayas karena ingin memberi dia kejutan.“Sabar, Yas. Mungkin mereka sedang dalam perjalanan pulang,” ucap Gita. Ia berusaha menenangkan Ayas.“Semoga aja bener begitu.”Ayas senang di saat seperti ini ada Gita yang menemani, awalnya Yoga juga ada di sana. Tapi ia harus pergi karena ada urusan lain.“Oh, iya. Kamu jadi nikah dengan Mas Yoga?” tanya Ayas, pada Gita. Ia berpikir lebih baik mengobrol dengan Gita daripada terus seperti tadi.“Katanya sih, jadi!” jawab Gita.Ayas mengerutkan kening, “Lho, kok gitu?” tanyanya.“Ya emang begitu, hehehe!” sahut Gita, cengengesan.Ayas berpikir Gita itu seperti tidak niat menikah dengan Yoga, “Kalau kamu gak suka mendingan gak usah, Git!” ucapnya.“Enak aja! Siapa bilang aku gak suka? Oops!” Gita kelepasan.Melihat respon Gita yang seper

  • After That Night   Ayo Kita Pulang

    Dengan raut wajahnya yang datar Tira menatap James dan Ady, “Kalian berdua memang sepertinya sudah bosan hidup,” ucap Tira.James dan Ady saling bertukar pandang, lalu mereka berdua tertawa.Hahaha!“Sepertinya kepala kamu habis terbentur benda keras, ya?” ledek Ady.“Atau mungkin orang yang sudah mau mati kelakuannya memang aneh?” timpal James.Hahaha!James dan Ady kembali menertawai Tira yang hanya diam dan tidak membalas.“Maaf ya, kalau kamu ingin menyalahkan seseorang. Salahkan Ayahmu dan orang ini,” ucap James.Ady hanya tertawa karena ia pikir itu memang benar, “Awalnya aku pikir Anda hanya bekerja untukku, tapi ternyata Anda juga bekerja untuk orang lain,” sahut Ady.“Tuan Ady, kita itu hidup harus bisa memanfaatkan semua kesempatan yang ada. Lagipula hal tersebut tidak melanggar kontrak kerja sama kita,” balas James.Awalnya saat Ady tahun kalau James juga bekerja untuk orang lain, ia sempat marah pada James dan menuding James memanfaatkan dirinya.Namun, setelah James memb

  • After That Night   Tim Penyelamat

    “Apa itu, Tuan James?” tanya Ady.James menyeringai, “Mereka sudah datang,” jawab James.“Hah? Mereka? Siapa?”“Tentu saja tamu yang kita undang, mereka datang sesuai dengan rencanaku,” ucap James. Ia merasa bangga karena Tira dan rombongannya telah terjebak.“Tapi Tuan, kalau mereka mati. Rasanya kurang puas,” balas Ady.“Aku yakin dia tidak akan mati semudah itu, tapi kalau memang dia mati. Mau bagaimana lagi, kan?” sahut James.Ady pun berpikir tidak masalah kalau memang Tira mati sebelum berhasil menemukan putranya, bagi Ady itu sudah cukup memuaskan karena telah memberikan Tira balasan yang setimpal.Sementara itu di mobil yang Tiran dan Daren tumpangi.“Suara ledakan apa itu?” tanya Tira.“Baru saja aku menerima laporan, kalau ternyata akses menuju ke tempat James berada sudah dipasangi jebakan. Anak buah James juga lumayan banyak,” sahut Daren.“Jadi, bagaimana caranya kita ke sana?” tanya Tira.Daren menyeringai, “Jangan khawatir, Tuan. Tentara dan Polisi berpihak pada kita, j

  • After That Night   Dentuman yang Merdu

    Setelah Tira mengantar Ayas pulang, ia langsung pergi menemui Daren di bandara, Daren bergegas menghubungi Tira saat ia menerima tugas.Tidak butuh waktu lama Tira telah sampai di bandara, mobil yang ia tumpangi berhenti di dekat sebuah pesawat jet pribadi.Seorang pria berpakaian serba hitam dengan sebuah kacamata hitam, berdiri di dekat tangga pesawat dan langsung membungkuk saat Tira berjalan ke arahnya.“Tuan, ayo kita selamatkan Putra Anda!” ucap pria itu, yang tidak lain adalah Daren.“Maaf sudah merepotkan, terima kasih karena kamu sudah mau datang dari jauh untuk membantu,” balas Tira.“Tuan dan Nyonya besar sudah sangat berjasa padaku, mana mungkin aku tidak mau membantu.”“Bagaimana dengan Ayah?” tanya Tira. Bagaimanapun juga Daren adalah kepala pengawal Ayahnya Tira.“Lebih baik kita bergegas, Tuan. Aku khawatir pada Putra Anda,” ucap Daren.Sudah lama tidak bertemu dengan Daren membuat Tira banyak mengajukan pertanyaan, akhirnya Tira dan Daren masuk ke dalam pesawat.Setel

  • After That Night   Pasukan Elite

    “Sayang, tunggu!” Sontak Tira langsung mengejar Ayas.Tap!Tira meraih tangan Ayas dan menariknya.“Kalau gak ada yang peduli, biar aku sendiri yang nolong Vano!” ucap Ayas, agak berteriak.Tira menghela napas kasar, “Kamu tenang dulu, sayang. Kita serahkan pada Mama, tapi aku juga gak bisa tinggal diam. Aku juga akan ikut mencari Vano,” ucap Tira.Saat itu Atas yang sedang kesal merasa bodoh, “Sebentar, tadi Papi bilang apa?” tanyanya.“Hem, yang mana?” Tira bertanya balik.“Yang tadi, yang Papi bilang serahkan pada Mama. Apa maksud Papi?”“Oh, itu. Jadi sebenarnya Mamah marah karena Vano hilang, dia bilang menjaga anak satu aja gak bisa,” jelas Tira.Ayas tercenung, “Hah? Mamah marah karena itu?” tanyanya.“Iya, jadi kamu cuman salah paham aja. Justru Mamah malah marah sama kita karena kita gak bisa jagain Vano dengan benar.”Mendengar penjelasan Tira, membuat Ayas merasa menjadi seorang Ibu yang buruk. Ia tidak menyangka kalau Ibu mertuanya justru sangat peduli.“Terus aku harus gi

  • After That Night   Seorang Diri

    “Tira, sini kamu!” panggil Sisca, dengan mata melotot.“Iya, Mah!” jawab Tira. Ia lalu menghampiri mamahnya.“Laras, kamu tunggu di sini!” ucap Sisca.“I-iya, Mah!” jawab Ayas, kikuk.Sementara Tira di ajak pergi oleh mamahnya, Ayas duduk di sofa seorang diri. Ia masih agak canggung dengan Ibu mertuanya itu, Ayas juga tidak tahu harus berbuat apa saat ini.Tira diajak oleh mamahnya ke sebuah ruangan, “Duduk!” ucap Sisca, dengan sikap yang dingin.“Iya, mah.” Tira pun duduk di sebuah sofa.Sudah lama Tira dan Mamahnya tidak bicara seserius ini, terakhir kali mereka berbicara serius adalah saat Tira memutuskan untuk menikahi Ayas.“Tira, kamu tau kenapa mamah memanggil kamu ke sini?” tanya Sisca, serius.Tira hanya menggeleng dan tidak menjawab.“Kamu ini sudah punya anak, seharusnya kamu tidak lagi mementingkan diri kamu sendiri!” ucap Sisca. Ia memarahi putranya itu.“Jadi mamah memang sudah tahu kalau—“ Belum selesai Tira berbicara, Sisca sudah tampak emosi.Brakk!“Tau kalau Vano di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status