Share

Terenggut

Ayas langsung memalingkan wajahnya saat melihat tubuh Tira tanpa sehelai benang pun. Lututnya terasa lemas kala melihat senjata Tira sudah berdiri tegak. Terlebih ini kali pertama baginya melihat hal seperti itu.

“Sepertinya kamu sangat terpesona dengan tubuh saya,” cibir Tira saat melihat wajah Ayas merona. Kemudian ia memainkan bagian sensitif tubuh Ayas hingga wanita itu menggeliat.

Sebagai wanita normal, dirangsang oleh seorang pria gagah dan tampan seperti Tira, tentu saja gairah Ayas pun bangkit. Meski hatinya menolak. Namun tubuhnya justru tak mampu melawan sentuhan yang menimbulkan gelenyar kenikmatan itu.

“Do you like this?” ejek Tira saat melihat napas Ayas tersenggal dan wajahnya merona.

“You are batshit crazy! (Kamu memang sinting),” umpat Ayas dengan napas menggebu. Bahkan ia tak mampu menahan desahannya. Karena kini Tira memainkan lidahnya di sana. Ia pun memberikan gigitan kecil agar Ayas semakin tak tahan.

“Holy shit! You look so beautiful. (Wow! Kamu terlihat cantik),” sindir Tira sambil menyeringai. Ia senang Ayas mulai terhanyut oleh permainannya.

Ayas bingung pada dirinya sendiri. Satu sisi ia ingin menikmati permainan itu. Namun, di sisi lain ia sadar bahwa itu salah. Ia tidak ingin masa depannya hancur hanya karena satu kali melakukan ‘kesalahan’. Akan tetapi, tubuhnya justru semakin terbakar oleh gairah yang ditimbulkan perbuatan Tira.

Setelah beberapa saat, Tira kembali bersimpuh. Ia melepaskan ikatan kaki Ayas tanpa mengatakan sepatah kata pun. Melihat hal itu, Ayas senang, karena ia pikir Tira akan membebaskannya.

Namun, kesenangan Ayas hanya berlangsung sesaat. Setelah kakinya terlepas, Tira justru memposisikan senjatanya untuk segera menerobos ‘pertahanan’ Ayas.

“Jangan, Pak! Saya mohon. Saya masih suci. Jangan rusak masa depan saya!” lirih Ayas saat Tira hendak mendorong senjatanya.

Saat ini posisi Tira masih bersimpuh, sebab ia ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika dirinya berhasil menggagahi Ayas. Sampai saat ini ia belum sadar bahwa gadis itu masih suci.

Melihat Ayas ketakutan, Tira justru semakin senang. “Ini belum seberapa. Setelah ini kamu akan hidup seperti di neraka,” ujar Tira sambil menahan kaki Ayas yang berusaha memberontak.

Kening Tira mengerut kala senjatanya melesat. Ia sangat yakin tubuh Ayas sudah siap untuk diterobos. ‘Kenapa sulit sekali?’ pikirnya. Ia pun pantang menyerah. Tira yang sudah terlanjur terbawa hasrat itu melanjutkan usahanya hingga ia berhasil menjebol ‘pertahanan’ Ayas.

Ayas pun memekik kala merasakan sakit yang luar biasa karena Tira memaksanya. Air matanya mengalir semakin deras. Sebab saat ini masa depannya sudah direnggut paksa oleh Tira.

Untuk beberapa saat, Tira pun terdiam. Tubuhnya semakin terbakar kala merasakan sensasi yang luar biasa akibat reaksi dari tubuh Ayas yang baru pertama kali menerima serangan seperti itu. Hingga tanpa perlu bergerak pun sekujur tubuh Tira sudah meremang.

‘Shit! Kenapa dia masih perawan?’ batin Tira saat melihat senjatanya diselimuti oleh bercak darah segar. Ia menatap gadis yang sedang menangis itu.

‘Apa aku memang salah orang? Aku yakin wanita itu seharusnya sudah tidak suci lagi. Bahkan Putri memeregoki mereka sedang tidur. Lalu dia (Laras) siapa?’ pikirnya.

Namun, Tira tidak rela menyudahi kenikmatan yang sedang ia rasakan. Akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan permainan itu dengan mengukung Ayas sambil bergerak perlahan.

Kali ini ia sudah tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Terlebih saat menatap wajah Ayas dari dekat. Jantungnya berdebar cepat, antara merasa bersalah dan menikmati permainannya. Ia pun memutuskan untuk tidak melakukan pelepasan di dalam. Khawatir dirinya memang salah sasaran.

Tira yang sudah gelap mata tak peduli meski Ayas menangis. Ia justru membungkam bibir wanita itu dan memberi stimulus agar Ayas pun terhanyut akan permainannya.

Lagi-lagi tubuh Ayas tidak mengikuti kata hatinya. Semakin lama ia justru terhanyut oleh permainan Tira yang begitu lembut. Hingga Ayas merasa seperti terbang melayang dan seakan ada sesuatu yang akan meledak dari dalam tubuhnya.

Ia bahkan tidak sadar bahwa kini tangisannya sudah berubah menjadi desahan dan itu membuat Tira semakin bersemangat. Hingga akhirnya mereka tenggelam dalam pergulatan panas.

Beberapa saat kemudian, Tira merasakan tubuh Ayas mengejang. Ayas pun menggigit lengan Tira sambil mengerang. Dia yakin saat itu Ayas tengah melakukan pelepasan. Hingga ia pun tak tahan dan akhirnya Tira melakukan pelepasan di dalam.

‘Sial! Kenapa aku tidak bisa mengontrol diriku?’ batin Tira. Ia menyesal karena tidak bisa menahannya.

‘Bodoh sekali. Harusnya aku marah, tapi kenapa aku justru menikmatinya?’ batin Ayas. 

Perlakuan Tira yang berubah menjadi lembut setelah mengatahui bahwa Ayas masih suci itu membuat Ayas merasa sedang bercinta dengan pangeran tampan. Padahal hatinya yakin bahwa pria itu adalah iblis jahat.

Tira melepaksan tubuhnya. Kemudian ia pun membuka ikatan tangan Ayas. Hatinya terenyuh kala melihat begitu banyak luka di pergelangan tangan wanita itu. Tira semakin merasa bersalah. Ia ingin mengobati lukanya. Namun di kamar itu tidak ada kotak P3K.

Ia yang merasa lelah pun membaringkan tubuhnya di samping Ayas. ‘Jika memang bukan dia orangnya. Aku berjanji akan bertanggung jawab,’ batin Tira. Ia mengambil ponsel yang ada di nakas, kemudian mengirimkan pesan pada Panji untuk membawa kotak P3K.

Mereka tercenung untuk beberapa saat. Merasakan tubuh yang rileks setelah pergulatan panas itu. Ayas memalingkan wajahnya karena merasa benci sekaligus malu. Ia ingat betul bagaimana ketika dirinya terhanyut bahkan melakukan pelepasan tadi. Ia ingat saat itu Tira menatap wajahnya.

Tubuhnya yang lelah karena baru saja melewati pengalaman pertama itu membuat Ayas tak dapat menahan rasa kantuk hingga ia pun terlelap.

Beberapa saat kemudian bel kamar mereka berbunyi. Tira yang belum bisa tidur itu menoleh ke arah Ayas dan melihat wanita itu sudah terlelap. Tanpa sadar Tira menyunggingkan senyumannya kala melihat Ayas yang sedang terlelap itu begitu cantik.

Ia pun turun dari tempat tidur dan mengambil bath robe yang ada di lemari. Kemudian ia membuka pintu. Tira yakin itu adalah panji yang akan mengantar kotak obat.

Tilulit!

Suara pintu kamar terbuka dari dalam. Panji tidak terkejut saat melihat Tira hanya mengenakan bath robe. Sebelumnya Tira memang sering melakukan hal itu dengan mantan kekasihnya.

“Ini kotak obatnya, Tuan,” ucap Panji sambil menyerahkan kotak tersebut pada Tira.

“Oke terima kasih,” jawab Tira. Ia mengambil kotak tersebut dari panji.

“Kalau begitu saya langsung pamit.”

“Tinggu dulu, Ji! Tolong kamu selidiki lagi wanita yang berhubungan dengan pria berengsek itu! Sepertinya saya salah orang,” ujar Tira.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nazrul Hisham
ceo nafsu binatang
goodnovel comment avatar
Nok Ais Nok Ais
penyesalan selalu datang d Ahir.........
goodnovel comment avatar
Ungki Widiyarto
CEO kok guoblok.....nafsu besar otak kurang....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status