Share

2. Lelucon Drama Opera

"Aku pacar Rangga! Aku mengandung anaknya!"

Selepas kalimat itu diucapkan, huru-hara yang sebenarnya dimulai. Sebagian besar tamu tidak tahu harus berbuat apa untuk bereaksi terhadap pernikahan yang terancam batal. Tapi ada sedikit dari mereka yang diam-diam mengeluarkan smartphonenya untuk merekam kejadian langka dalam upacara pernikahan. Lagipula ini pernikahan Rhea, setiap gerak-gerik aktris itu didepan publik bisa menjadi headline di berbagai surat kabar.

Rhea masih berdiri kaku. Dia masih percaya bahwa adegan ini hanya ada dalam pikirannya. Mungkin dia terlalu lelah dan berhalusinasi. Hey, ini tidak mungkin terjadi padanya kan? adegan pernikahan yang kacau hanya bisa terjadi di film yang jelas settingan. Tetapi hatinya mencelos dan serasa jatuh ke lambungnya ketika melihat wanita itu bergerak menuju kearah mereka. Wanita yang tidak ia kenal itu berjalan melewatinya, dia tertuju ke arah Rangga dan langsung memegangi lengan calon suaminya dan memaksanya untuk turun dari altar.

"Rangga, jelaskan semua ini." Pintanya. Dia mencoba mendinginkan pikirannya dan berpikiran rasional yang mana sulit dilakukan di tengah kegilaan ini.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan! Dia harus bertanggung jawab untuk anak ini!" Sela wanita itu.

"Diam dasar wanita gila!" Bentak Rangga. Dia akhirnya bersuara, dengan kasar melepaskan diri dari cengkraman wanita itu dan berjalan kearah Rhea.

"Rhea, ini tidak seperti yang kamu inginkan. Aku tidak mengenalnya. Dia hanya mencoba menjebakku." Rangga dengan cemas menjelaskan.

"Teganya kamu mengatakan itu! Menjebak?! Kamu yang merayuku terlebih dahulu! Kamu berjanji akan menikahiku! bukan menikahi sundal ini!" Wanita itu berteriak marah.

"Penjaga bawa dia keluar!" Ayah Rangga berteriak untuk memanggil satpam.

Rhea semakin curiga melihat respon Rangga dan keluarganya yang tampak panik dan terkesan defensif.

"Berhenti!"

Teriakan nyonya Aslein sedikit bisa mengendalikan suasana. Dia berjalan mendekati wanita asing yang mengaku sebagai pacar calon menantunya dan bahkan membawa bayinya. Meskipun dia tidak menyukai Rangga, kebahagiaan putri nya adalah hal yang utama. 

"Katamu kau pacar dari calon menantuku?" Tanyanya dingin.

Hani, nama wanita itu menjawab dengan anggukan dan isakan.

"Berikan kami bukti bahwa kamu berhubungan dengannya." Perintahnya.

Sebagian otak Rhea menginginkan bahwa semua yang dikatakan Hani adalah salah. Menginginkan bahwa wanita itu tidak memiliki bukti hubungannya dengan Rangga. Tetapi hatinya tenggelam ketika melihatnya mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya kepada ibunya.

"Saya Hani, Rangga adalah manajer saya. Dia... Dia yang merayuku terlebih dahulu..." Dia menjelaskan sambil terisak. "Dia bilang dia akan putus dengan tunangannya. Dia tidak memberitahu pernikahan ini. Dia bahkan mencoba membuatku pergi ke Bali. Aku diberitahu oleh temanku dan datang atas namanya. Jika kau masih tidak percaya aku bersedia melakukan tes DNA."

Christina melihat bukti yang diberikan dan mengernyitkan keningnya. Semakin dia membaca chat yang telah tervalidasi tersebut, ketidaksukaannya terhadap Rangga semakin meningkat. Sudah dia duga laki-laki itu tidak baik untuk putrinya.

"Mari kita tes DNA." Theodorus menyanggupi. Sebagai ayah dia merasa marah peristiwa ini terjadi didepan hidungnya. Siapapun yang berniat mempermalukan putrinya bisa berurusan dengannya.

"Cukup." Rhea menyela. Dia melepaskan tangan Rangga di lengannya dan berjalan menuju wanita itu.

Bahkan orang bodoh pun tahu bahwa dengan segala bukti dan kepercayaan diri Hani dibawah tatapan semua orang. Wanita didepannya ini bisa dipastikan tidak berbohong. 

Inilah kenyataannya. Pacarnya yang ia setia kepadanya ternyata berselingkuh dengan rekan kerjanya dibelakangnya.

Marah? Rhea sangat marah sekarang. Dia selalu mencoba membuat Rangga diterima di keluarganya dengan selalu memujinya didepan mereka. Ternyata pria yang ingin dinikahinya hanyalah pria licik yang bersembunyi dibalik topeng pacar ideal.

Dia ingin tertawa. Ibunya benar. Laki-laki ini jelas tidak sepadan untuknya. Hampir saja dia menjadi istrinya. 

"Rhea tolong dengarkan penjelasan-

"Kubilang cukup." Ulang Rhea.

Dia menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Ia berbalik dan tersenyum kearah Rangga.

"Aku percaya padamu Rangga." Ucapnya.

"Rhea!"

Rhea menghiraukan protes ibunya. Dia memandangi Rangga dengan tatapan dalam. Dia sudah mengenal pria ini selama sembilan tahun dan telah bersamanya selama empat tahun. Tapi pada akhirnya dia dikhianati.

"Aku selalu percaya padamu sehingga aku mengatakan ya ketika kamu melamarku." Rhea memulai. "Aku mengatakan ya saat kamu bilang ingin menikahiku, dan aku akan mengatakan ya saya bersedia untuk menjadi istrimu jika wanita ini tidak datang untuk menyadarkan ku bahwa selama ini ternyata aku bersama orang yang salah." 

Dia tidak menangis. Dia tidak akan menangisi pria yang terlalu rendah untuk ia tangisi.

"Aku selalu membenci pria brengsek."

Dengan itu, Rhea bergerak untuk menampar sekaligus menendang selangkangannya. Jangan meremehkan sosoknya yang langsing, Rhea memiliki tenaga besar untuk meninju hal-hal yang dibencinya.

"Arghh!" Rangga mengerang kesakitan, begitu dengan sebagian besar laki-laki yang ikut meringis melihatnya. Sebaliknya, tamu perempuan menyukai adegan yang tengah terjadi diatas panggung.

"Enyahlah dari sini." Perintahnya dingin.

Rangga harus dibantu oleh keluarganya untuk berdiri. Mereka berjalan keluar dengan rasa malu di wajah masing-masing dari mereka. Hani mengikuti dibelakangnya. Wanita itu masih gigih untuk meminta pertanggungjawaban dari Rangga. Rupanya dia masih sangat mencintai laki-laki yang telah menipu dan mencoba mencampakkannya.

Setelah pengusiran keluarga mempelai pria, suasana menjadi sangat aneh. Bagaimana tidak? Tanpa pengantin laki-laki, pernikahan ini tidak bisa untuk dilanjutkan kembali. Theodorus yang paham akan hal ini ingin memerintahkan pembawa acara untuk menyiarkan bahwa pernikahan dibatalkan dan langsung menuju acara makan-makan. Tetapi dia dicegah oleh putrinya.

"Maafkan aku ayah, ibu. Aku membuat kalian kecewa." Rhea mengakui kesalahannya.

Sebanyak Christina ingin menguliahi anaknya bahwa dia tidak bisa memilih pasangan hidup yang benar, faktanya dia belum menyerah untuk mencoba menjodohkan Rhea dengan pria-pria pilihannya yang telah ia selidiki bibit bobot bebetnya, dia merasa kasihan dengan anak sulungnya ini..

"Itu tidak penting lagi. Sekarang yang terpenting kamu tidak jadi menikahi bajingan itu." Ucapnya.

"Aku akan menginfokan pembatalan pernikahan. Aku tidak peduli keluarga kita akan dijadikan lelucon karena hal ini. Kebahagiaan anak-anakku adalah hal yang utama." Theodorus menenangkan kembali putrinya.

Rhea memeluk mereka dengan erat. Orangtuanya selalu berada disisinya, tidak peduli akan kesalahan dan kecerobohan yang ia lakukan.

Ia tiba-tiba mendapat ide.

"Pernikahan ini tidak akan batal." Tegasnya.

Kedua orangtuanya saling berpandangan bingung.

"Apa maksudmu Rhea?" Tanya Christina.

"Kalian duduk kembali di kursi dan biarkan aku menangani hal ini."

Meski masih bingung, tuan dan nyonya Aslein menuruti perkataan putrinya.

Rhea langsung mengambil mikrofon pertama yang ia lihat. Dia memandang ke arah tamu undangan yang menatapnya dengan atensi penuh.

"Hadirin sekalian. Pertama-tama terimakasih telah meluangkan waktu anda untuk datang ke upacara pernikahan saya yang sayangnya tidak berjalan dengan lancar. Pria yang ingin saya nikahi ternyata berselingkuh dibelakang saya seperti yang telah anda lihat. Waktu sembilan tahun yang saya habiskan ternyata tidak membuat saya mengenalnya dengan baik-" Dia tertawa getir.  "- maka dari itu, saya telah membuat keputusan."

Rhea memandang kedua orangtuanya yang menatapnya dengan tanda tanya. Dia telah membulatkan tekad. Tidak ada jalan kembali. Rhea tidak menginginkan hal itu.

"Siapapun pria layak yang berani maju kedepan mendatangiku. Aku akan menikahinya sekarang juga!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status