Beranda / Romansa / Ah! Sentuh Aku Lagi, Om / Pengintaian Hari Pertama...

Share

Pengintaian Hari Pertama...

Penulis: Wisha Berliani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-19 23:57:16

Surya baru saja tiba di rumah. Suara pintu utama terbuka membuat dua wanita di ruang keluarga menoleh hampir bersamaan.

Maya dan Shasa tengah duduk santai di sofa, masing-masing dengan cangkir teh di tangan.

“Gimana, Pa?” tanya Maya cepat, matanya berbinar penuh harap. “Tuan Aldean nerima tawaran makan malam itu?”

Surya meletakkan jasnya di sandaran sofa, lalu duduk di seberang Maya dan Shasa.

“Sudah,” jawabnya datar. “Semuanya beres.”

Shasa langsung mencondongkan tubuh, senyumnya lebar. “Bagus! Akhirnya dia luluh juga.”

Maya menaruh cangkir tehnya pelan di meja, bibirnya terangkat licik.

“Berarti tinggal jalankan rencana kita nanti. Harus tepat sasaran, nggak boleh meleset sedikit pun.”

Shasa terkekeh kecil. “Tenang, Ma. Aku udah siap kok. Kali ini Tuan Aldean nggak bakal bisa kabur dari permainan kita.”

Surya mengernyit. “Permainan apa, sih? Dari kemarin Papa tanya, kalian nggak pernah mau cerita.”

Maya beranjak, mendekat ke arah Surya. Ia menunduk, lalu berbisik pelan di telinganya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Saat Kebenaran Datang, Celine Mungkin Akan Kehilangan Sahabatnya

    “Kay—!”Celine refleks meraih ponselnya lagi. Tubuhnya condong ke depan, tangannya lebih cepat. Dalam satu tarikan panik, ponsel itu berhasil kembali ke genggamannya.Tanpa buang waktu, Celine langsung menyelipkan ponsel itu ke dalam tas, menutup resletingnya rapat seolah nyawa rahasianya ada di sana.“Cel!” Kayra mendengus kesal. “Ih, pelit amat sih? Cuma lihat doang juga.”Celine tertawa kecil, berusaha santai meski jantungnya masih lompat-lompat. “Bukan pelit. Cuma… nggak enak aja.”“Nggak enak kenapa?” Kayra memicingkan mata, curiga setengah bercanda. “Chat apaan sih sampai segitu dijagain?”“Beneran, Kay. Grup kantor,” jawab Celine cepat. “Aku malu aja kalau kamu baca.”“Malu?” Kayra mendelik. “Lah, kenapa malu?”Celine terdiam sepersekian detik. Otaknya bekerja keras.“Karena…” ia menggaruk pipinya. “Mereka lagi gosipin aku.”“Hah?” Kayra langsung antusias. “Gosip apaan? Serius! Aku pengin tahu.”Celine menghela napas pura-pura pasrah. “Digosipin sama cowok kantor.”“Ohhh—” Kayr

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Pengintaian Hari Pertama...

    Surya baru saja tiba di rumah. Suara pintu utama terbuka membuat dua wanita di ruang keluarga menoleh hampir bersamaan.Maya dan Shasa tengah duduk santai di sofa, masing-masing dengan cangkir teh di tangan.“Gimana, Pa?” tanya Maya cepat, matanya berbinar penuh harap. “Tuan Aldean nerima tawaran makan malam itu?”Surya meletakkan jasnya di sandaran sofa, lalu duduk di seberang Maya dan Shasa.“Sudah,” jawabnya datar. “Semuanya beres.”Shasa langsung mencondongkan tubuh, senyumnya lebar. “Bagus! Akhirnya dia luluh juga.”Maya menaruh cangkir tehnya pelan di meja, bibirnya terangkat licik.“Berarti tinggal jalankan rencana kita nanti. Harus tepat sasaran, nggak boleh meleset sedikit pun.”Shasa terkekeh kecil. “Tenang, Ma. Aku udah siap kok. Kali ini Tuan Aldean nggak bakal bisa kabur dari permainan kita.”Surya mengernyit. “Permainan apa, sih? Dari kemarin Papa tanya, kalian nggak pernah mau cerita.”Maya beranjak, mendekat ke arah Surya. Ia menunduk, lalu berbisik pelan di telinganya

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Akulah Perempuan Itu

    Celine dan Aldean refleks melepas pelukan. Keduanya menoleh bersamaan ke arah pintu.Di ambang sana, Evan berdiri terpaku.Ketegangan yang sempat menggantung di antara Celine dan Aldean langsung luruh begitu mereka menyadari siapa yang datang. Bukan Kayra, bukan siapa pun yang berbahaya, hanya Evan.Evan sendiri tampak kikuk. Tatapannya segera turun, tubuhnya sedikit menunduk.“Maaf, Tuan,” ucapnya cepat. “Saya tidak tahu Tuan sedang—”“Tidak apa,” potong Aldean singkat. Suaranya kembali dingin. “Ada apa?”Evan menarik napas. “Ada hal penting yang perlu saya sampaikan.”Aldean mengangguk pelan, lalu menoleh ke Celine. “Cel... aku harus bahas pekerjaan dengan Evan.”Celine langsung mengerti. Ia gegas berdiri. “Kalau begitu aku balik kerja dulu, Om.”Aldean ikut bangkit dari sofa. Saat Celine hendak melangkah pergi, tangannya menahan Celine sesaat. Ia meraih pundak Celine dan mencium keningnya singkat, enang, protektif, dan penuh makna.“Jaga diri,” ucapnya rendah.Begitu pintu tertutup

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Pengintaian Kayra

    Keesokan paginya, Celine duduk di balik meja kerjanya. Layar laptopnya penuh dengan coretan revisi. Tangannya bergerak cepat, penuh fokus.Tak lama kemudian, ponselnya bergetar. Nama Kayra muncul di layar. Celine melirik jam, menghela napas tipis, lalu mengangkat panggilan.“Halo, Kay?”“Cel, kamu lagi sibuk nggak?” Suara Kayra terdengar antusias dari seberang.Celine menahan ponsel di antara bahu dan pipinya, matanya tetap fokus menatap layar desain. Jarinya bergerak lincah di atas keyboard.“Hmm… iya. Lagi revisi desain. Setengah jam lagi harus beres. Kenapa?”“Aku mau bahas tentang Papa.” Nada Kayra terdengar singkat tapi tegas.Jari Celine refleks berhenti. Hening sejenak.Kayra melanjutkan, suaranya lebih rendah. “Nanti pas jam istirahat siang, kamu bisa ketemu aku?”Celine menelan ludah. “Bisa.”“Kita ketemu di kafe depan kantor ya.”“Oke,” jawab Celine cepat.Klik.Panggilan terputus.Celine menatap layar laptop tanpa benar-benar melihat apa pun. Jantungnya berdetak lebih cepat

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Rencana Surya, Maya, dan Shasa

    Di ruang keluarga rumah Surya, suasana terasa santai namun sarat emosi tersembunyi.Maya duduk di sifa tunggal sambil mengoleskan krim ke punggung tangannya. Gerakannya terlalu tenang. Shasa sendiri duduk bersila di sofa panjang, jari-jarinya sibuk menggeser layar ponsel dengan ekspresi kesal.“Ma…” Shasa melirik ibunya sekilas.Maya menoleh. “Hm?”“Aku penasaran. Celine sekarang tinggal di mana ya? Sejak Papa ngusir dia.”Maya terkekeh pelan, tanpa rasa iba. “Entahlah. Tapi Mama yakin, hidupnya sekarang pasti berantakan.”“Betul banget itu, Ma,” balas Shasa, sudut bibirnya terangkat tipis.Maya ikut tersenyum, senyum yang dingin. “Dari dulu dia memang hidup menyedihkan. Sekarang… ya, makin lengkap penderitaannya.”Shasa mendengus. “Aku nggak peduli sama nasibnya.” Tatapannya mengeras. “Yang bikin aku kesal itu… gara-gara dia, semua rencana aku buat dekatin Tuan Aldean gagal total.”Maya berhenti mengoleskan krim.“Apalagi setelah Tuan Aldean tahu, aku selama ini nyakitin Celine,” lan

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Langkah Kayra...

    Aldean tidak sendiri. Seorang perempuan menyusul turun dari mobil. Tubuhnya ramping, rambut panjang tergerai, sebagian menutupi wajah.Dari jarak yang cukup jauh, ditambah cahaya temaram lobi, Kayra sama sekali tak bisa melihat wajah perempuan itu dengan jelas. Namun, ada sesuatu yang membuat dadanya terasa aneh: cara perempuan itu berdiri, melangkah, dan auranya.Kayra mengerutkan kening.“Kok... aku kayaknya kenal, ya?” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia buru-buru menggeleng, seolah menampar pikirannya sendiri.“Enggak. Nggak mungkin,” bisiknya, mencoba meyakinkan diri. “Aku pasti salah. Aku lagi kebanyakan pikiran.”Namun matanya tetap terpaku. Kayra meraih ponselnya di dashboard.Klik.Satu foto.Klik.Foto lagi.Ia lalu menurunkan ponselnya dan menggenggamnya erat. Matanya tetap fokus memperhatikan. Aldean mengulurkan tangan, lalu menggenggam tangan perempuan itu. Bukan sekadar formal, tapi terlalu dekat dan intim.Dada Kayra mengencang.“Pa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status