Share

Bab 18

Menghadapi ejekan orang-orang ini, Yohan tidak marah dan tetap tenang.

"Aku benar-benar nggak ingin menyakiti kalian, cepat mundurlah."

Orang yang benar-benar kuat tidak akan pernah menyerang yang lemah.

Yohan peduli dengan keselamatan hidup mereka, tetapi di mata para pengawal ini, Yohan adalah seorang pengecut.

Jadi, mereka menjadi semakin tidak bermoral.

"Bocah, sekarang kamu sengaja untuk menakut-nakuti kami, ya?"

"Aku benar-benar ingin memenggal kepalamu dan melihat apa isinya. Apa yang membuatmu begitu sombong?"

"Mengapa kamu berbicara terlalu banyak omong kosong dengannya? Pak Wiyono mengatakan bahwa selama tangan dan kakinya patah, setiap orang akan menerima bonus 20 juta!"

"Ayo kita serang dan bunuh dia!"

...

Didorong oleh bonus yang akan mereka terima, pengawal ini segera melambaikan batang besi di tangan mereka dan memukul kepala Yohan dengan keras.

Melihat pemandangan ini di aula Keluarga Nurdin, Zidan dan yang lainnya tertawa terbahak-bahak.

"Lihat dia, dia pasti kuat di luar tetapi lemah di dalam!"

"Nggak mau menyakiti mereka? Itu cuma alasan. Dia cuma ingin lolos begitu saja."

"Pelayan, keluarkan botol anggur koleksiku. Aku ingin merayakannya malam ini."

Zidan dan yang lainnya tertawa dengan gembira, berpikir kalau semuanya telah beres.

Yohan benar-benar datang sendirian, kalau begitu nasibnya ditakdirkan untuk menjadi tragis.

Di luar gerbang, ada sebuah pohon besar yang jaraknya sekitar ribuan meter.

Ada dua orang yang bersembunyi di balik pohon besar itu.

Itu adalah dua pria paruh baya, satu gemuk dan satu kurus.

Mereka berasal dari Sekte Terasih dan mereka adalah rekan.

Satu pandai bertahan dan yang lain pandai menyerang, mereka merupakan prajurit tingkat ketiga awal.

Mereka pernah berutang budi pada Susilo, jadi mereka diundang oleh Susilo untuk datang ke sini malam ini, lalu diam-diam melindungi Yohan.

Saat ini, mereka berkomunikasi dengan cepat.

"Kak, mereka siap menyerang. Pemuda itu dalam bahaya. Apa kita juga harus menyerang?"

"Oke ... kita ...."

Belum selesai berbicara, kakak seperguruannya tiba-tiba membuka matanya dan melihat ke depan.

Adik seperguruannya itu sedikit bingung saat melihat ekspresinya.

Kemudian, dia mengikuti pandangan kakak seperguruannya dan melihat ke depan.

Saat melihatnya, dia langsung tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Di depan gerbang Keluarga Nurdin, banyak pengawal yang terlihat melambaikan besi di tangan mereka dan memukul kepala Yohan.

Yohan menggelengkan kepalanya dan ekspresinya menjadi dingin. "Aku sudah memberi kalian semua kesempatan, tapi kalian yang nggak memanfaatkannya. Kalau begitu jangan salahkan aku!"

Dia mengangkat kaki kanannya dan mengentakkannya dengan keras ke tanah.

Duar!

Lantai pecah karena entakan kakinya.

Potongan kerikil terlempar dan melesat ke segala arah.

Setiap batu menghantam para pengawal dengan kekuatan yang besar.

Terlihat mereka semua berteriak kesakitan, tubuh mereka berlumuran darah, kemudian batang besi yang mereka pegang di tangan mereka jatuh ke tanah karena rasa sakit yang hebat. Terdengar suara dentang besi yang terjatuh ke tanah.

Satu demi satu, mereka jatuh ke tanah dan berguling kesakitan.

Hanya satu gerakan Yohan, membuat ratusan orang kehilangan kemampuan bertarungnya.

Setiap orang yang melihat pemandangan ini merasa ketakutan.

Dua rekan dari Sekte Terasih sangat terkejut.

"Kendali kekuatan kaki itu lebih kuat daripada kekuatan kedua orang itu. Pemuda itu ternyata seorang prajurit yang sangat dekat dengan tingkat tiga menengah!"

"Pantas saja dia berani datang memprovokasi Keluarga Nurdin sendirian. Dia punya bakat dan kekuatan seperti itu. Dia benar-benar genius!"

Di ruang tamu tawa mereka tiba-tiba berhenti.

Tiga generasi Keluarga Nurdin menatap layar.

Mereka semua memiliki penglihatan yang bagus, jadi mereka bisa melihat apa arti tendangan Yohan itu.

Janu dan Juwan juga sangat terkejut, kemudian niat membunuh di hati mereka meningkat pesat.

Kedua orang itu berlatih keras selama dua puluh atau tiga puluh tahun baru bisa mencapai prajurit tingkat tiga puncak.

Namun, Yohan bukan cuma seorang remaja, dia juga akan menyusul kekuatan mereka. Bagaimana ini bisa membuat mereka merasa seimbang?

Kedua bersaudara itu saling memandang dan diam-diam punya pemahaman yang sama di hati mereka.

Yohan harus dibunuh hari ini, mereka tidak akan membiarkan seseorang dengan bakat kuat muncul.

Zidan mengepalkan tinjunya, ekspresi wajahnya berubah dan kecemburuan di hatinya tumbuh dengan liar. "Bagaimana bisa? Dia hanya orang udik, bagaimana dia berada di level prajurit tingkat tiga. Aku nggak terima!"

Namun, Darto merasa sedikit menyesal saat ini.

Kalau dia tahu Yohan adalah prajurit tingkat tiga, dia pasti tidak akan menginginkan bagian kecil itu.

Kalau Yohan berada di pihaknya, keuntungan yang dia dapat tidak hanya 400 miliar saja.

Sekarang, tidak ada gunanya mengatakan apa pun.

Sekarang satu-satunya pilihan adalah membunuh Yohan, kalau tidak, akan ada masalah yang tak ada habisnya.

Rencana awalnya adalah menyelamatkan nyawa Yohan, kemudian menggunakannya untuk menyenangkan Keluarga Rismawan.

Sekarang, mereka tidak akan bisa melakukan itu.

Yohan harus mati.

Wiyono adalah orang pertama yang bereaksi. "Jangan khawatir, meski dia adalah prajurit tingkat tiga, aku sudah mengatur ratusan pemanah di halaman. Nggak peduli seberapa cepat dia, dia nggak akan bisa menghindar dan dia akan mati!"

Setelah mengatakan ini, semua orang mengangguk.

Memang benar, ratusan panah diluncurkan secara bersamaan, bahkan Janu dan Juwan tidak dapat menjamin bahwa mereka akan bisa lolos tanpa cedera sedikitpun.

Yohan memandangi banyak pengawal yang tergeletak di tanah yang terus meratap kesakitan. Dia tampak tidak peduli dan berjalan masuk.

Syung, syung, syung!

Bari satu langkah dia masuk, terdengar semburan suara menusuk di sekeliling.

Sejumlah besar anak panah ditembakkan ke arah Yohan dari segala arah.

Anak panah itu bersinar dengan cahaya sedingin es di bawah cahaya lampu.

Ini adalah panah logam yang dibuat dengan teknologi modern.

Panah itu sangat keras dan daya tembusnya juga menakutkan.

Bahkan pelat baja setebal satu sentimeter dapat ditembus oleh panah ini.

Ekspresi wajah semua orang di Keluarga Nurdin terlihat senang, seolah-olah mereka telah melihat Yohan yang penuh dengan luka.

Namun, ekspresi wajah mereka segera berubah membeku.

Mereka melihat Yohan melepas jaketnya dalam kilatan petir dan berputar dengan liar.

Semua anak panah yang ditembakkan ke arahnya diadang olehnya, lalu dia menggoyangkan pakaiannya dengan keras.

Anak panah itu terbang satu demi satu.

Darah segar menyembur dan diiringi suara jeritan.

Anak panah satu demi satu mengenai lutut dan lengan para pengawal tersebut, seketika membuat mereka tidak mampu berperang.

Kemudian, Yohan kembali mengenakan pakaiannya.

Bahkan tidak ada bekas kerusakan pakaiannya.

Dua orang dari Sekte Terasih diam-diam mendekat dan melihat pemandangan yang tidak akan pernah mereka lupakan.

Adik seperguruan itu menelan ludahnya dan melihat ke arah kakak seperguruannya. "Kakak, kalau kamu menghadapi ratusan anak panah, apa kamu bisa mengandalkan baju besi untuk memblokir semuanya?"

Kakak seperguruannya menggelengkan kepalanya dengan getir. "Dengan kepadatan serangan seperti sekarang, aku hanya bisa memblokir paling banyak 60 hingga 70% anak panah!"

Maksud dari hal ini adalah kakak seperguruannya yang bidang terbaiknya adalah pertahanan tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan pemuda yang di depannya saat ini.

Adik seperguruannya sedikit linglung dan dia melihat ke arah Yohan. "Dia adalah monster. Guru macam apa yang bisa mendidik murid seperti itu?"

Namun, semua orang yang ada di dalam aula tiba-tiba berdiri ketika melihat Yohan memblokir serangan fatal itu dengan begitu mudah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status