Share

Part 4

last update Last Updated: 2025-06-30 16:56:57

"A-apa? Cuti? S-sejak kapan, Mey?" Marwa terkejut setengah mati mendengar pengakuan Meysie, yang merupakan sekretaris suaminya itu.

Siang ini wanita itu sudah berada di kantor Ammar. Maksud hati ingin memberi kejutan untuk sang suami, tetapi malah dia yang mendapat kejutan.

Sebenarnya, kedatangannya ke sini ingin memergoki suami dan selingkuhannya itu. Mungkin saja mereka juga mencuri-curi kesempatan untuk berbuat mesum di kantor ini. Jika sudah dimabuk asmara, biasanya apa saja bisa dilakukan tanpa memedulikan situasi dan kondisi.

"Sudah sejak lima hari yang lalu, Bu," sahut wanita berkaca mata tebal itu dengan dahi mengkerut. "Loh, memangnya Bu Marwa nggak tau soal Pak Ammar yang sedang mengambil cuti tahunan?"

"Hah?" Marwa terperangah dengan mulut menganga. Benar-benar tak siap menerima kejutan yang baru saja ia dapatkan. Namun, detik berikutnya ia seakan tersadar dan segera berakting agar tak terlihat ganjil.

"O-oh, hahaha ... aduh, kok saya bisa lupa, ya, kalau suami saya sekarang sedang cuti? Astaga! Mulai pikun saya ini kayaknya, Mey." Marwa menepuk-nepuk pelan dahinya sambil menertawakan diri sendiri yang tampak bodoh. Dan itu sengaja ia lakukan untuk menutupi aib rumah tangganya. Apa jadinya jika orang-orang tahu kenyataan yang sebenarnya?

"A-anu ... tadi saya hanya kebetulan lewat sini, dan saya pikir nggak ada salahnya mampir. Ya, ampun! Saya benar-benar lupa, Mey."

"Hahaha." Mereka serempak tertawa.

'Ya, Tuhan! Kebohongan apa lagi yang diciptakan suamiku? Tiap pagi dia berangkat ke kantor dan pulang hingga larut malam. Dia bilang sibuk mengurusi pekerjaan kantor, padahal nyatanya dia sedang cuti. Apa, sih, maunya dia? Benar-benar keterlaluan!'

"Bu Marwa ... Bu! Anda baik-baik saja?" Meysie cemas melihat raut wajah istri atasannya yang tampak sedih bercampur emosi. Ia melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Marwa, membuat wanita itu terjaga dari lamunan.

"Eh, saya nggak apa-apa, kok, Mey." Marwa menghela napas berusaha membesarkan hatinya, lalu mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Oya, gimana kinerja si Alena selama bekerja di sini?"

Meysie diam sejenak. Ia tampak ragu untuk menjawab. "Ya, cukup baik, sih, Bu. Memangnya kenapa, ya, Bu?"

"Sudah lama saya nggak ketemu sama dia. Ruangannya sebelah mana, Mey? Sekalian saya mau tegur dia. Masa pindah rumah nggak bilang-bilang!"

"Waduh! Sayang banget, Bu. Dia juga sedang cuti sekarang," jelas Meysie.

"Hah? D-dia juga cuti, Mey?" Marwa mendapat kejutan lagi. Kenapa tak ada habisnya?

Rasanya amarah itu sudah mulai mencapai ke ubun-ubun. Pasti mereka telah merencanakan semua ini agar bisa terus berduaan menghabiskan waktu bersama untuk melampiaskan nafsu bejat mereka.

'Ya, Tuhan! Sakit sekali hatiku. Suami yang kukira begitu menyayangiku dengan segenap jiwa raga, ternyata pendusta. Pengkhianat. Dia sudah membohongi dan mempermainkanku dengan keji. Dasar lelaki tak tahu diri! Lupa dia, siapa selama ini yang membuat namanya besar dan sukses seperti sekarang? Kejam ... kau kejam, Mas!' batinnya. Tangan lentik itu mengepal disertai rahang yang mengeras. Tanpa sadar matanya pun mulai berembun.

"Bu Marwa, Anda menangis?" Pertanyaan Meysie membuyarkan lamunan.

Marwa menggeleng cepat dan meraih tisu yang disodorkan Meysie padanya untuk menghapus jejak air mata, yang tanpa ia sadari telah jatuh membasahi pipi.

"Jika butuh teman cerita, saya siap kapan saja Ibu membutuhkan," ujar Meysie menggenggam jemari wanita di hadapannya.

"Oh, hahaha. Saya baik-baik saja, kok, Mey. Nggak ada yang perlu diceritakan juga." Meski terbaca dari raut wajahnya, Marwa tetap berusaha menyembunyikan luka batin yang ia rasakan. "Saya permisi dulu, ya. Titip salam buat Alena jika dia sudah kembali masuk kerja!"

Meysie menatap kepergian istri dari atasannya itu dengan perasaan iba. Sebenarnya ia paham betul dengan apa yang tengah terjadi pada rumah tangga mereka. Hubungan gelap antara seorang direktur personalia dengan seorang staff marketing eksekutif itu, sudah bukan rahasia lagi baginya.

Ia kerap memergoki kemesraan mereka. Di ruangan Ammar, di pantry, di kantin, bahkan di kafe langganannya saat ia sedang dinner bersama suaminya pada suatu malam. Namun, ia tak berani melaporkan hal itu pada Marwa.

Berulang kali Ammar memperingatkannya, agar menyimpan rapat-rapat rahasia busuknya itu. Baik dari istrinya maupun seluruh staff dan karyawan di perusahaan. Jika rahasia itu sampai bocor, maka ia akan dipecat dari pekerjaannya. Tak ada pilihan lain. Meski terbebani, ia harus tetap merahasiakannya. Biarlah waktu yang akan mengungkap semua ini. Bagaimanapun menyimpan bau busuk, pasti suatu saat akan tercium juga, pikirnya.

***

Pintu lift terbuka. Dengan langkah gontai Marwa berjalan menyusuri koridor lantai dasar hingga ia tiba di basement. Di dalam mobil ia menggulir layar pada ponsel dan membuka aplikasi g****e maps. Tak ingin berlama-lama, ia pun melajukan kendaraannya menuju ke suatu tempat.

'Tunggu kedatanganku dan akan kuberikan kalian kejutan terindah yang tak kan bisa kalian lupakan seumur hidup!' gumamnya sambil terus melaju.

Hanya memakan waktu setengah jam perjalanan, kini ia sudah tiba di depan sebuah rumah megah bergaya eropa yang menjulang tinggi, di kawasan perumahan elite. Ia berdecak kagum. Matanya menyisir sekeliling.

'Jadi wanita brengsek itu sekarang tinggal di rumah gedongan ini? Hebat sekali dia! Baru 2 tahun jadi orang kantoran sudah bisa punya rumah di kawasan elite seperti ini. Apa jangan-jangan rumah ini pemberian Mas Ammar?'

Ia kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling. Rumah itu tampak sepi. Tak ada kendaraan terparkir di garasi. Ia berpikir sejenak. Teringat informasi yang diberikan Nanda, bahwa suaminya mampir ke sini tadi pagi. Tetapi kenapa sepi? Apa mereka sudah pergi? Lalu kemana perginya?

Ah, shit!

Marwa berniat pergi ke rumah mertuanya. Entah mengapa, feeling-nya mengatakan bahwa mungkin suaminya tengah berada di sana bersama wanita selingkuhannya itu, melakukan perbuatan haramnya lagi seperti kemarin.

Marwa mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam mobil, ketika tiba-tiba melihat seorang wanita paruh baya ke luar dari dalam rumah. Ia langsung menghampiri dan mengajukan beberapa pertanyaan pada wanita berdaster hijau itu.

"Oh, jadi sudah dari tadi perginya, Mbok?" tanya Marwa ketika wanita itu mengatakan bahwa majikannya sedang tak ada di rumah. "Terus si Mbok tau, nggak, mereka perginya ke mana?"

"Tadi, sih, pamitnya mau nginap di rumah calon mertua katanya. Sekalian titip pesan juga ke saya supaya hari ini saya jaga rumah dan nggak usah pulang. Begitu, Non," jelas wanita itu dengan lembut.

"Ya, sudah. Kalau begitu saya permisi, deh, Mbok. Bilang saja ke Bu Alena, kalau tadi ada temannya yang datang," pamit Marwa sembari memakai kacamata hitamnya yang sejak tadi bertengger di atas kepala.

"Baik, Non," ucap si Mbok.

Kemudian ia pun bergegas masuk ke dalam mobil dan melesat dengan kencang menuju tujuan.

'Kali ini tak ada ampun. Aku akan pergoki kalian, manusia-manusia kotor!'

Mobil terus melaju membawa wanita yang hatinya tengah hancur berantakan itu sampai di depan rumah mertuanya. Ia terpelongo melihat keadaan rumah itu. Rumah yang ia pikir masih tak berpenghuni, kini dalan keadaan terbuka. Di halaman terparkir sebuah mobil yang ia yakini milik suaminya, dan beberapa kendaraan roda dua yang entah kepunyaan siapa. Kedua alisnya bertaut. Kenapa ramai sekali? Ada apa ini dan siapa mereka?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Air Mata Suami dan Mertuaku   Part 5

    'Kenapa ramai sekali? Ada apa ini dan siapa mereka?' batin Marwa terus meracau.Demi menuntaskan rasa penasaran, ia pun turun dari mobil. Jantungnya kian berdebar. Ia terus mengayun langkah menuju pintu masuk yang terbuka lebar, dan mengintip dari balik dinding ruang tamu. Dan apa yang ia lihat begitu mengejutkannya.Ibu mertua sedang sibuk mengeluarkan barang-barang dari dalam koper, sedangkan Kania, sang adik ipar asik bercengkerama dengan beberapa orang sahabatnya. Sementara di sudut sana, tampak suaminya tengah asik berduaan dengan seorang wanita.Dia ... Alena. Betapa mesranya mereka. Ibu mertua dan adik iparnya seolah menutup mata dengan kemesraan mereka.'Ya, Tuhan! Ada apa dengan mereka? Kenapa merahasiakan kepulangan ini dariku? Dan kunci ini ....' Marwa membuka telapak tangan, dimana terdapat kunci yang beberapa waktu lalu dititipkan ibu mertua padanya.'Kata Ibu kunci rumah ini hanya ada satu, dan Ibu memercayakan rumah ini padaku. Lalu kenapa mereka bisa masuk? Waktu itu j

  • Air Mata Suami dan Mertuaku   Part 4

    "A-apa? Cuti? S-sejak kapan, Mey?" Marwa terkejut setengah mati mendengar pengakuan Meysie, yang merupakan sekretaris suaminya itu.Siang ini wanita itu sudah berada di kantor Ammar. Maksud hati ingin memberi kejutan untuk sang suami, tetapi malah dia yang mendapat kejutan.Sebenarnya, kedatangannya ke sini ingin memergoki suami dan selingkuhannya itu. Mungkin saja mereka juga mencuri-curi kesempatan untuk berbuat mesum di kantor ini. Jika sudah dimabuk asmara, biasanya apa saja bisa dilakukan tanpa memedulikan situasi dan kondisi."Sudah sejak lima hari yang lalu, Bu," sahut wanita berkaca mata tebal itu dengan dahi mengkerut. "Loh, memangnya Bu Marwa nggak tau soal Pak Ammar yang sedang mengambil cuti tahunan?""Hah?" Marwa terperangah dengan mulut menganga. Benar-benar tak siap menerima kejutan yang baru saja ia dapatkan. Namun, detik berikutnya ia seakan tersadar dan segera berakting agar tak terlihat ganjil."O-oh, hahaha ... aduh, kok saya bisa lupa, ya, kalau suami saya sekara

  • Air Mata Suami dan Mertuaku   Part 3

    "Rumah ini dikontrakkan." Marwa membaca tulisan pada selembar kertas yang menempel di pintu salah satu rumah. "Hah? Serius ini? Lalu pindah ke mana si wanita brengsek itu?"Rumah berdempet tiga itu, salah satunya adalah rumah yang pernah ditinggali Alena. Bahkan dulu Marwa yang membayar rumah kontrakan itu untuknya. Sejak wanita itu berhenti jadi ART di rumah mertuanya dan diterima bekerja di perusahaan tempat Ammar bekerja, ia tidak punya tempat tinggal lagi.Orang tuanya berada di kampung. Ia merantau ke kota untuk mengadu nasib. Karena kasihan, Marwa akhirnya memberinya tempat tinggal di sini. Uang kontrakan sepenuhnya Marwa yang tanggung. Dan itu sudah berjalan 2 tahun. Yang ia herankan, kenapa wanita itu pergi menghilang begitu saja tanpa memberitahunya?"Eh, Mbak, maaf, numpang tanya," sapa Marwa pada salah satu penghuni kontrakan yang kebetulan sedang membuka pintu, dan mengayun-ayunkan sapu di tangannya untuk membersihkan debu di lantai."Iya, Teh. Ada apa, ya?" tanya wanita m

  • Air Mata Suami dan Mertuaku   Part 2

    Hari menjelang sore ketika Marwa tiba di rumah. Wanita yang tengah dirundung kesedihan dan kekecewaan mendalam itu langsung naik ke lantai atas menuju ke kamarnya. Menghidupkan laptop yang teronggok di atas nakas, lalu menyalin rekaman video mesum suaminya ke dalam flashdisk. Hanya jaga-jaga saja, jika tiba-tiba ada kerusakan pada ponselnya.Tubuh dengan hati lelah itu luruh di atas ranjang. Mata mulai memejam. Namun, adegan demi adegan menjijikkan yang tadi ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri, terus menari-nari dalam ingatan. Membuatnya mual dan ingin muntah.Wajah wanita yang tak asing lagi baginya itu terus terbayang. Alena, wanita bekas asisten rumah tangga di rumah ibu mertuanya. Wanita muda, yang diangkat derajatnya oleh Marwa, dari seorang babu menjadi staff marketing eksekutif di perusahaan tempat suaminya bekerja.'Lalu, ini balasan wanita brengsek itu padaku, setelah apa yang telah aku korbankan untuknya? Dasar wanita tak tahu diri! Apa otaknya sudah geser, hingga lupa

  • Air Mata Suami dan Mertuaku   Part 1

    "Astaga! Suara apa itu?" Langkah Marwa terhenti sesaat setelah ia memasuki rumah mertuanya. Ia merasa seperti mendengar suara desahan dari dalam salah satu kamar. Tak ada mobil dan kendaraan apa pun terparkir di halaman. Begitu juga sandal atau sepatu. Tak ada tanda-tanda ada orang di dalam rumah, yang kosong sejak seminggu lalu itu. Ibu mertua dan adik iparnya sedang pergi berlibur ke luar negeri.Entah siapa yang tengah berada di dalam sana, dan suara-suara menjijikkan itu ... sebenarnya sedang apa mereka?"Ah, kamu nakal, Mas!" Suara itu mendayu, menggoda.Lalu suara desahan kian terdengar nyaring. Bagaimana tidak? Rumah sedang tak berpenghuni. Suara apapun akan terdengar jelas. Lagipula, aktifitas mereka tampak tak wajar, seperti yang biasa dilakukan suami istri, Marwa paham betul dan yakin sekali, bahwa ada sepasang manusia berlawanan jenis di dalam sana yang tengah melakukan perbuatan terlarang."Kamu selalu bikin aku candu dan ingin terus melakukannya." Kali ini suara seorang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status