Share

Ulang Tahun

Rara sampai di rumah kecilnya sekitar pukul lima sore. Rara segera membersihkan diri, kemudian ia mencuci beras, berniat memasak beras terlebih dahulu. Gadis dengan rambut sebahu itu menyalakan televisi. Sayangnya, tidak ada yang menarik.

Rara mengambil tasnya, berniat mencari ponselnya. Ponselnya segara ia isi hingga penuh. Selagi ia menunggu, Rara mulai mengerjakan tugas yang diberikkan oleh guru.

Suara dering ponsel mengalihkan fokus Rara.

“Halo Bu Unike. Gimana kabarnya?”

“Baik sayang, kamu baik – baik aja disana?” suara lembut mengalun di indera pendengaran Rara.

“Iya baik, disini semuanya ramah – ramah,” Rara tersenyum kecil, meski si lawan bicara tidak bisa melihat wajahnya.

“Syukurlah. Ibu harap kamu nyaman sekolah disana. Itu kan sekolah elit, rasanya ajaib sekali kamu bisa mendapatkan beasiswa disana,” suara senang terdengar dari sambungan disana.

Rara terdiam sebentar, “iya bu, Ra-ra juga senang.” Rara terpaksa berbohong,ia tidak ingin membuat Bu Unike khawatir.

“Rara belajar disana dengan baik ya. Ibu harap kamu bahagia, jangan menyerah ya sayang…” ujar Bu Unike lembut.

Mata Rara berkaca – kaca mendengar perkataan tulus seorang wanita yang sudah mengurusnya sejak ia dibuang oleh orang tuanya. Rara menggigit bibirnya, menahan tangis.

“Nak? Kamu disana kan?” tanya Bu Unike karena Rara tak menanggapi apapun.

Rara mengangguk padahal Bu Unike tidak bisa melihatnya.

“Kamu kenapa sayang? Apa ada masalah?” terdengar suara khawatir di ujung sana.

“Gak a-ada…Rara cuma kangen ibu…” Rara menjawab dengan susah payah.

“Ibu juga kangen kamu sayang…anak – anak panti sering nanyain kamu.”

Rara tertawa kecil “ahaha, kalau sempet besok aku kesana ya bu. Apa masih ada kamar sisa buat aku?”

“Selalu ada sayang, pintu rumah panti selalu terbuka untukmu,” ujar Bu Unike.

“Makasih ya bu.” Kata Rara tulus.

“Sama – sama sayang. Ibu harus ngurus cucian dulu, udah dulu ya?”

“Iya bu, sehat selalu ya bu. Semoga anak – anak disana juga sehat selalu,” kata Rara peduli.

“Kamu juga ya, sehat dan bahagia ya sayang…” balas Bu Unike.

Rara menutup sambungan teleponnya. Rara menatap jendela kamarnya, bulan tampak terang di matanya.

“Ayo semangat Ra, kamu harus lulus dari sekolah elit itu,” Rara kembali mengerjakkan tugasnya yang tadi sempat tertunda.

Beberapa menit kemudian, tugasnya sudah selesai. Rara memegang perutnya yang meminta makan. Rara membuka rak makanan, hanya tersisa mie instan saja. Rara mulai menyiapkan makan malamnya. Hanya mie instan dan nasi yang tadi sudah ia masak.

+++

Pagi ini Rara terbangun oleh suara panggilan telepon dari ponselnya. Rupanya, tadi malam Rara lupa menyetel alarm di ponselnya. Rara mengambil ponselnya yang terletak di nakas. Dengan mata masih menutup, Rara menjawab panggilan telepon.

“Selamat ulang tahun sayangg.”

Rara membulatkan matanya, ia melirik kalender yang berada di nakas.

Rara benar – benar lupa!

Hari ini adalah hari ulang tahunnya!

“Semoga hal – hal baik terus berdatangan ke kamu ya…ibu berharap kamu sukses dan yang paling utama kamu bahagia,” kata Bu Unike.

“Rara lupa hari ini ulang tahun, makasih ya bu do’a nya,” Rara tersenyum bahagia.

“Ya ampun sayangg, sama – sama. Ibu gak sabar ketemu kamu, “ Bu Unike terdengar bersemangat.

“Habis pulang sekolah Rara, bakallan kesana kok bu,” janji Rara

“Ibu bakallan buat masakkan yang enak buat ngerayain ulang tahun kamu,” tutur Bu Unike.

“Rara tunggu yaa!” perasaan bahagia menyelimuti Rara.

“Hahaha iya sayang, kamu siap – siap sekolah ya…ibu tutup ya teleponnya.”

“Iya bu.”

Rara turun dari ranjangnya. Ia segera bersiap untuk sekolah. Rara menatap jam di ponselnya.

Sepuluh menit lagi bus yang biasa ia naikki akan datang. Dengan tergesa, ia meninggalkan rumah kecilnya dan berlari ke halte bus. Sedikit bernafas lega, ia datang bersamaan dengan bus.

+++

Rara tersenyum sepanjang ia berjalan di koridor sekolah. Murid lain menatapnya aneh, tapi Rara tak peduli. Sejujurnya, Rara tidak sabar bertemu dengan bel pulang sekolah.

“Rara!”

Rara menoleh, seorang guru memanggilnya. Rara mendekati guru itu.

“Bawa ini ke kelas 3-A ya. Ibu harus ke perpustakaan dulu,” kata guru itu menyerahkan tumpukkan buku pelajaran pada Rara.

“Baik Bu Devi,” Rara menjawab dengan sopan.

“Terimakasih ya Rara,” Bu Devi meninggalkan Rara.

Rara tersenyum, “sama – sama bu.”

Rara menahan berat buku pelajaran itu. Rara tidak sempat menyimpan tasnya di kelas. Lagipula, tangga menuju kelas 3-A lebih dekat dari kelasnya. Rara menaikki tangga, menuju kelas 3-A.

“Berat…” keluh Rara pelan. Ia sesekali berpapasan dengan murid lain. Bagaikan hantu, tidak ada yang menawarkan bantuan padanya, melirik dirinya pun tidak.

“Gak pada peduli…” gumam Rara pelan.

“Butuh bantuan?”

Rara menghentikkan langkahnya di tengah – tengah tangga. Dikarenakan tumpukkan buku pelajaran menghalangi pandangan Rara, maka Rara sama sekali tak bisa menatap orang yang menghalangi jalannya.

“umm…” Rara kebingungan menanggapi tawaran.

“Sini aja deh,” lelaki itu mengambil buku pelajaran itu sebagian. Kini Rara bisa melihat dengan jelas lelaki tinggi di hadapannya. Lelaki itu tersenyum ramah.

 “Ini dikemanain?” tanya lelaki itu.

“Kelas 3-A kak.” Jawab Rara.

“Oh kelas gue itu.” lelaki itu sesekali tersenyum begitu ada yang menyapanya. Rara bisa menebak pribadi lelaki itu ramah dan baik hati.

“Makasih kak,” Rara membungkuk sopan. Keduanya kini berada di koridor sekolah lantai tiga, depan kelas 3-A.

“Gue Raihan. Raihan Arzanky,” kata lelaki itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya.

“Gue…” Rara menerima uluran tangan lelaki di depannya.

“Rara kan?” potong Raihan.

Rara menatap Raihan bingung.

“Lo kan si anak beasiswa itu kan? Yang suka wakillin sekolah kalau ada lomba?” tebak Raihan.

Rara mengangguk.

“Nama lo terkenal diantara anak – anak yang suka ikut lomba tau. Kebetulan gue suka ikut lomba basket juga, jadi tau nama lo,” tutur Raihan.

“Nama lengkap lo apa?” tanya Raihan dengan wajah penasaran.

“Rara Adena.” Rara melepaskan jabatan tangan dirinya dengan Raihan.

“Rai, cepet masuk. Entar lagi pak kumis dateng,” kata seorang yang murid yang melewati keduanya.

“Well, good bye Ra. Gue masuk kelas dulu ya. “ Raihan melambaikan tangannya pada Rara. Raihan masuk ke kelasnya.

Rara tersenyum kecil, ia baru tau masih ada murid yang baik disini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status