Share

Hidup baru

"Mia pulang dulu, Bu," pamit Mia pada sang ibu setelah melepas rindu.

"Ingat pesan Ibu, jadilah istri yang baik, berbakti pada suami juga mertuamu," pesan Ratih pada putrinya sebelum pergi.

Tak lupa Ratih membawakan rendang kesukaan besannya sebagai ucapan terima kasih. Wanita itu juga berpesan pada Gilang agar menjaga putrinya dengan baik.

"Baik, Bu. Kami pulang dulu," pamit Gilang sambil mencium tangan Ratih sebelum pulang.

Tak ada hal yang paling menyenangkan selain melihat putrinya bahagia, meski awalnya dia sempat kecewa dengan keputusan Mia. Kini Ratih merasa lebih tenang, setidaknya apa yang diinginkan oleh Mia sudah menjadi kenyataan.

Rupanya Dirga sudah pulang dan sedang bersantai di ruang keluarga saat mereka tiba di rumah. Mia langsung menyapa lalu mencium tangan mertuanya dengan hormat.

"Dari mana kalian?" tanya Dirga pada putra dan menantunya.

"Dari rumah Ibu, ini dibawain rendang kesukaan Om sama Ibu." Mia menunjukkan bungkusan yang ia bawa.

"Wah, bakalan makan banyak nih, sampaikan terima kasihku pada ibumu," ujar Dirga sambil tersenyum.

Mia melangkah ke dapur menyiapkan rendang untuk makan malam, sedangkan Gilang lanjut berbincang bersama papanya.

"Apa rencanamu setelah ini?" tanya Dirga pada putra semata wayangnya.

"Gilang mau buka usaha, Pa."

"Kenapa kamu nggak bekerja di kantor Papa saja?" tawar Dirga.

"Gilang mau mencoba merintis usaha sendiri, Pa." Gilang berusaha meyakinkan papanya.

"Baiklah, kalau kamu perlu bantuan nanti bilang sama, Papa." Dirga meninggalkan Gilang dan berlalu ke kamar.

Gilang juga masuk ke kamar mendapati Mia sedang sibuk membongkar koper lalu menyusun baju di lemari, memilah baju yang kotor untuk di cuci.

"Aku nyuci baju dulu, ya," pamit Mia membawa baju kotor ke belakang.

Dia memasukkan baju kotor ke dalam mesin cuci, lalu kembali lagi ke kamar. Gilang tengah berbaring di ranjang asyik dengan ponselnya, dia sedang mencari ruko untuk tempat usaha yang akan dia rintis.

"Sayang, ini oleh-oleh buat Papamu, kamu yang kasih, ya." Mia menunjuk kantong di meja berisi pakaian untuk mertuanya.

"Kamu aja, 'kan kamu yang beliin, udah sana antar ke kamar Papa, dia pasti senang dibeliin sama menantunya."

Mia bergegas ke kamar mertuanya membawa oleh-oleh yang dia beli dari Bali.

"Ya?" sahut Dirga saat mendengar pintu diketuk.

"Ini Mia, Om." Mia membuka gagang pintu yang tidak terkunci, Dirga mengernyitkan kening melihat menantunya masuk ke kamarnya.

"Om ini ada oleh-oleh, Mia nggak tahu apa warna kesukaan Om, semoga suka." Mia memberikan kantung belanjaan itu pada mertuanya.

Dirga mengambil kantung dari tangan Mia lalu melihat isinya, ada beberapa kemeja dan dasi. Pria itu tersenyum senang mendapat hadiah dari menantunya.

"Terima kasih, ya." Dirga tersenyum bahagia.

"Coba dong, Om. Pengin lihat cakep nggak?" goda Mia.

"Om emang sudah cakep dari dulu, pakai baju apa pun pasti cakep." Pria itu tertawa renyah.

Akhirnya dia mencoba baju pemberian menantunya satu persatu, Mia ikut membantu memasangkan dasi.

"Wah ... emang top deh mertuaku, ganteng banget," puji Mia membuat hati Dirga berbunga-bunga.

Mungkin begini rasanya kalau punya anak cewek perhatian sama bapaknya, beda banget dengan anak cowok yang selalu cuek. Dirga merasa beruntung punya menantu yang pengertian.

"Kamu ini pinter merayu ya, terima kasih. Apa uangmu masih ada?" tanya Dirga sebelum Mia keluar.

"Ah, apa sih Om." Mia merasa tak enak ditanya soal uang.

"Tunggu, ini buat kamu." Dirga mengambil dompet mengeluarkan uang lalu memberikan pada menantunya.

"Jangan, Om. Nggak usah," tolak Mia malu-malu.

Dirga meraih tangan Mia lalu meletakkan uang itu di tangannya agar mau menerimanya, mata wanita itu berbinar bahagia melihat lembaran uang berwarna merah.

"Suamimu belum bekerja, jadi untuk sementara kamu menjadi tanggunganku, kamu kan anakku juga."

Mia sangat senang dia langsung memeluk mertuanya saking bahagianya, Dirga memang sosok ayah yang penyayang. Mia seperti menemukan kembali kasih sayang seorang ayah yang sudah lama tidak ia rasakan.

Wanita itu melenggang kembali ke kamar, kemudian menunjukkan uang pemberian mertuanya pada suaminya, sambil mengibas-ngibaskan uang itu di depan Gilang.

"Dikasih, Papa?" tanya Gilang, Mia mengangguk dia berbaring sambil menghitung uang di tangannya.

"Mia, aku mungkin belum bisa bahagiain kamu, kamu tahu 'kan saat ini aku belum bekerja. Aku baru mau mulai merintis usaha kuharap kamu sabar, ya," ucap Gilang menatap istrinya yang masih bermain dengan uang pemberian Dirga.

"Tidak apa-apa, Sayang. I Love you!"  Mia mengecup kening suaminya kemudian menyimpan uangnya di laci.

"Terima kasih," balas Gilang senang.

Ponsel Gilang berdering, setelah menerima panggilan pria itu mengganti bajunya dan bersiap pergi.

"Kamu mau pergi?" Mia melihat suaminya sudah berpakaian rapi.

"Iya, ini mau lihat tempat buat usahaku, kamu nanti temani papa makan malam, ya. Nggak usah nunggu aku pulang." Gilang mengecup kening Mia sebelum beranjak pergi.

Setelah suaminya pergi Mia bergegas mandi biar segar, dia memakai baju yang baru dibeli di Bali. Membiarkan rambutnya tergerai, memakai serum wajah dan lip gloss tak lupa parfum biar wangi.

Dia bergegas ke dapur membantu bibi menyiapkan makan malam, setelah makan malam siap Mia mengajak mertuanya untuk makan bersama.

"Gilang mana?" tanya Dirga melihat Mia sendiri di ruang makan.

"Keluar Om, katanya mau lihat lokasi buat bisnis barunya." Mia sambil mengambilkan nasi buat Dirga.

Mereka berbincang sangat akrab seperti ayah dan anak, Mia menceritakan pengalamannya selama di Bali.

"Om senang, kalian menikmati bulan madu kalian di Bali. Om harap kamu cepat hamil, agar rumah ini ramai sama cucu-cucu Om." Dirga tertawa membayangkan rumahnya ramai dengan tingkah cucunya.

"Baru juga seminggu kami nikah, nunggu kami lulus kuliah dulu Om, nggak apa-apa 'kan?" Mia memohon.

"Nggak apa-apa, Om nggak minta kamu langsung hamil. Om cuma ingin punya cucu yang banyak biar rumah ini nggak sepi."

Makan malam selesai, mereka kemudian berbincang di ruang keluarga. Dirga biasanya menonton berita setelah makan malam, Mia ikut menonton bersama mertuanya.

Dirga semakin takjub ternyata Mia cukup menyenangkan diajak berdiskusi tentang banyak hal, sejak istrinya meninggal tak ada lagi temannya berdiskusi di rumah. Dirga semakin menyayangi Mia seperti dia menyayangi Gilang.

"Kalau ada masalah dengan Gilang, kamu cerita sama Om, biar Om yang menasehati dia."

"Terima kasih Om, di sini Mia sangat bahagia. Om sudah seperti ayah Mia." Mata wanita itu berkaca-kaca teringat kenangan bersama ayahnya kala masih hidup.

"Anggap saja aku ayahmu, Om juga nggak punya anak cewek, dengan adanya kamu di sini rumah ini terasa hangat tak lagi sepi."

Malam terus merayap, Dirga dan Mia masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Gilang baru pulang ke rumah jam dua malam, dengan pelan masuk ke kamar agar Mia tak terbangun, setelah membersihkan diri dan berganti baju, dia berbaring di samping istrinya yang terlelap.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status