Share

Menikah

Auteur: Wiens K
last update Dernière mise à jour: 2021-09-01 12:25:00

Hari bahagia itu akhirnya tiba, hari di mana Mia dan Gilang mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Mia lah yang paling berbahagia, impian hidup bergelimang harta sudah menjadi kenyataan, sementara Gilang harus menelan pil pahit yang akan ia jalani seumur hidup.

Pesta pernikahan diadakan dengan sangat mewah di salah satu hotel bintang lima, beberapa mahasiswi yang dulu mengidolakan Gilang harus kecewa saat mendengar kabar pernikahan pria yang menjadi idaman mereka.

Mereka langsung terbang berbulan madu ke pulau dewata setelah acara resepsi pernikahan selesai. Semua sudah diatur oleh Dirga, Gilang hanya tinggal melaksanakan.

Turun dari pesawat, mereka langsung diantar kesebuah villa mewah, Mia sangat bahagia ini kali pertama dalam hidupnya tidur di villa semewah ini. Dia langsung memeriksa ruangan dan sekitar, kamar tidur yang dihias dengan mawar merah berbentuk hati serta sebuah ucapan selamat dari pihak villa, ada juga kolam renang private, Dirga benar-benar memilihkan tempat yang romantis untuk putranya.

"Selamat bersenang-senang, kalau perlu sesuatu silakan hubungi resepsionis ya," pamit pelayan villa sebelum pergi.

Mia menghampiri pelayan itu membisikkan sesuatu, pelayan itu mengangguk sebelum pergi. Gilang langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tubuhnya terasa gerah dan gatal setelah melalui perjalanan di pesawat.

Tak berapa lama pelayan itu datang lagi membawa sebotol wine permintaan Mia, dia mengucapkan terima kasih dan memberi uang tip setelah pelayan meletakkan wine itu di meja.

Mia menuangkan wine ke gelas, dia ingin memberi suaminya minuman itu sebagai perayaan atas pernikahan mereka. Saat Gilang keluar dari kamar mandi, Mia langsung menyodorkan gelas berisi wine padanya.

"Wine?" Gilang mengernyit bingung.

"Iya, aku ingin merayakan pernikahan kita, Sayang," ucap Mia manja.

"Mia, nanti aku mabok," tolak Gilang.

"Ya nggak apa-apa, kita sama-sama mabok aja." Mia memaksa.

"Ok, terserah kamu deh." Gilang mengambil gelas dari tangan Mia dan langsung meminum sampai habis.

Mia tersenyum senang, dia meminum sedikit wine di tangannya karena tak ingin mabok. Ia sengaja membuat Gilang mabok, agar nanti saat mereka melakukan malam pertama pria itu tidak sadar kalau dirinya masih perawan. Bisa-bisa gilang marah kalau sampai tahu ternyata selama ini dia sudah berbohong.

Mia terus menambahkan wine ke gelas Gilang setiap kali gelas itu kosong, sedangkan dia sendiri belum menambahkan wine di gelasnya.

"Kamu curang," seru Gilang melihat gelas Mia belum habis.

"Kamu tahu 'kan, aku nggak kuat minum kaya kamu," elak Mia.

"Katanya mau mabok bareng," protes pria itu.

Mia mengambil gelas dari tangan Gilang lalu meletakkan di meja, sebenarnya dia berharap pria itu mulai mencumbunya selayaknya pengantin baru, tapi tak ada gerakan sedikit pun untuk menyentuh tubuhnya.

Wanita itu memulai lebih dulu, mendorong tubuh Gilang ke atas ranjang dan dia mulai menjelajahi tubuh suaminya. Namun yang terjadi di luar dugaan. Gilang terlalu mabok dan tertidur dengan pulas.

Mia kembali kecewa gagal sudah malam pertamanya, dia melucuti pakaian Gilang juga pakaiannya, agar saat pria itu sadar ia berpikir kalau mereka sudah melakukan hubungan suami istri.

Malam itu berlalu tanpa terjadi apa-apa, Mia juga tertidur dengan pulas, terlalu banyam minum wine membuatnya sangat mengantuk.

***

Pagi harinya Gilang terbangun, mendapati tubuhnya tanpa sehelai benang, Mia juga tanpa busana tengah terlelap di sisinya, dengan kepala pusing Gilang mencoba bangun.

Perlahan dia turun dari ranjang pergi ke kamar mandi sambil menggerutu kesal karena harus melewati malam pertama dalam kondisi mabok.

"Kamu sudah bangun, Sayang?" Mia menggeliat manja saat Gilang kembali ke ranjang.

"Hmm ... kepalaku pusing, kamu sih ngasih aku minum kebanyakan," gerutu Gilang.

Mia merapatkan tubuhnya mendekap suaminya yang sedang sakit kepala, ia memijit pelipis Gilang agar pusingnya segera hilang.

"Aku pesankan susu, ya." Gilang mengangguk setuju.

Wanita itu turun dari ranjang mengenakan pakaian lalu memesan susu buat suaminya, setelah itu dia ke kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi, Gilang telah meminum susu yang diantar oleh pelayan.

"Mau sarapan di kamar apa kita keluar?" tanya Mia sambil mengeringkan rambutnya yang basah.

"Di kamar aja deh, masih mual," sahut Gilang.

"Ok." Mia kembali menghubungi resepsionis agar sarapan mereka di antar ke kamar saja.

Dia kembali ke ranjang, bergayut manja pada Gilang yang sedang memeriksa ponselnya. Pria itu meletakkan ponsel lalu membelai lembut rambut wanita itu.

Keduanya saling tatap membangkitkan hasrat di dada, perlahan Gilang mencium lembut bibir merah istrinya. Ciuman pertama yang ia lakukan dalam kondisi sadar, saat keduanya mulai memanas bel berbunyi membuyarkan momen mesra mereka.

Mia bangkit untuk membukakan pintu, seorang pelayan masuk mengantarkan sarapan. Setelah pelayan pergi, Gilang ingin melanjutkan kemesraan tadi, akan tetapi Mia menolak secara halus.

"Sarapan yuk, aku udah lapar. Tadi malam kamu nggak berhenti ngerjain aku," oceh Mia pura-pura kelelahan.

"Benarkah, maafkan aku harusnya malam pertama kita lalui dengan sadar." Gilang merasa sangat bersalah.

"Nggak apa-apa, Sayang. Namanya pengantin baru, tapi hari ini break dulu ya aku capek, dan masih perih." Mia pura-pura bagian tubuhnya masih sakit.

"Ok, yuk kita sarapan."

Hati Mia bersorak senang, Gilang memang sangat mudah dikendalikan, sebenarnya dia anak baik dan masih polos, kejelekannya hanyalah tukang mabok.

Tiga hari berada di pulau dewata, Mia habiskan dengan berjalan-jalan ke berbagai tempat wisata dan pergi shopping, pulang ke villa dalam kondisi lelah hingga tak sempat untuk melakukan hubungan suami istri.

Mia sangat bahagia, Gilang tak pernah menolak semua keinginannya, apa pun yang dia minta selalu dituruti. Tak salah kalau dia memilih pria itu menjadi suaminya.

Bulan madu telah berakhir, saatnya mereka kembali ke rumah, semua sudah Mia kemas sebelum berangkat ke bandara, waktu pergi mereka cuma membawa barang satu koper saat pulang bertambah jadi dua koper.

Layaknya pengantin baru, Mia selalu bergayut manja pada suaminya, senyum bahagia selalu menghiasi wajahnya. Ditambah lagi dengan sikap Gilang yang berubah baik, membuatnya semakin bahagia.

Tak ada lagi kecemasan akan kehilangan Gilang, pria itu kini telah seutuhnya menjadi miliknya yang akan dia jaga dan tak dilepaskan. Tiba di bandara, mereka dijemput supir kantor Dirga, dan langsung mengantar mereka pulang ke rumah.

Mia sudah tak sabar ingin menemui ibunya untuk memberi oleh-oleh  yang dibeli dari Bali, menceritakan tentang kebahagiaan yang ia rasakan pada sang ibu.

Dia langsung meminta izin pada Gilang untuk menemui ibunya setelah tiba di rumah, Gilang pun setuju dan langsung mengantarkan dengan mobilnya. Hidup Mia benar-benar menyenangkan, suaminya sungguh baik dan sangat pengertian.

***

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Akibat Cinta Terlarang   Putusan

    Empat puluh hari telah berlalu, Mia mulai menata kembali hidupnya setelah kehilangan sang ibu, sekarang bisa bebas bertemu dengan Bintang membuatnya bertahan menghadapi apapun yang akan datang. "Gilang, hari minggu aku mau ajak Bintang nonton sebelum aku balik ke panti." Mia menghubungi mantan suaminya. "Boleh, mmm... apa kamu siap ketemu sama Ali?" Hati Gilang tiba-tiba bergemuruh mendengar Mia mau kembali ke panti. "Siap-siap saja, toh dia sudah bersama istrinya.""Kalau ada apa-apa kabari aku, ya.""Tenang dia tak akan menggangguku," hibur Mia sebelum mengakhiri percakapan. Di kantornya Gilang tengah merenung sambil memainkan ponsel, ia sedang menunggu kabar dari pengacara yang mengurus perceraiannya. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan, dia merubah posisi duduk saat asisten membuka pintu dan mempersilahkan seorang pria masuk. "Silahkan, sudah ditunggu sama Bapak," ucap wanita cantik itu kemudian mengangguk pada Gilang memberi hormat sebelum pergi. "Ah... Pak Thomas, apa

  • Akibat Cinta Terlarang   Perdamaian

    Sesuai janjinya Gilang membawa Bintang ke rumah Mia, pertemuan itu membuat Mia sangat bahagia, kehadiran putranya mampu menghapus duka dan kecewa.Meski awalnya Bintang canggung, kesabaran Mia membuat anak itu akhirnya mulai akrab dengannya. Setelah acara doa selesai mereka berbincang di ruang tamu, Bintang menyukai pesawat mainan yang dibeli Mia untuknya. "Terima kasih sudah membawa Bintang ke sini," ucap Mia pada Gilang. "Seharusnya aku misahin kalian," desah Gilang penuh sesal. "Kamu membesarkan dia dengan baik, buktinya dia sehat.""Mmm... Aku, aku tidak pernahbersamany, karena dulu aku benci dengannya.""Aku mengerti, ucapkan terima kasihku pada istrimu yang sudah merawat anakku dengan baik."Ucapan Mia membuat Gilang membelalakkan mata, dia tidak nyaman dengan sebutan istri untuk Tini. "Om... Pulang, yuk!" rengek Bintang. Kedua orang dewasa yang pernah menjadi pasangan suami istri itu saling tatap, kemudian keduanya sama-sama tersenyum. "Bintang sudah ngantuk, ya?" Mia me

  • Akibat Cinta Terlarang   Menghibur diri

    Adzan subuh membuat Mia terbangun, ia baru sadar ada orang yang tidur di sampingnya, pelan-pelan ia turun dari ranjang agar tak membangunkan Gilang yang tertidur pulas. Setelah mandi Mia melakukan salat subuh, lalu ke dapur membuat teh, sambil menunggu tehnya dingin ia mengecek ponsel dan menghapus nomor Ali dari penyimpanan nomor kontak. Dia tak mau mengulang kesalahan yang sama lagi, saat ini dia hanya ingin sendiri menjalani hidup ini dengan damai, menenggelamkan waktu dengan mengurus panti. Sambil menyeruput teh hangat pikiran Mia berkelana, sepertinya Tuhan belum mengijinkan ia untuk bahagia, setelah kehilangan ibu kini ia menelan pil pahit saat tahu kenyataan saat pria yang ia anggap bisa membuka hati ternyata mempunyai istri. "Kamu baik-baik saja kan?" suara Gilang mengagetkan Mia. "Yah... Aku gak apa-apa, kamu nggak pulang?" Gilang ikut duduk, Mia langsung mengambil gelas dan membuatkan teh untuk Gilang. "Tadi malam aku mau pulang tapi kunci mobil nggak tahu nyelip di m

  • Akibat Cinta Terlarang   Akhir dari sandiwara

    Ali memacu mobilnya seperti orang kesetanan, dia tak peduli kalaupun mobil mereka nanti menabrak sesuatu, harga dirinya telah diinjak-injak dan rasa cemburu membakar dadanya melihat Gilang memeluk Mia dan mengakui sebagai istrinya.Puspita yang duduk di samping bergidik ngeri menahan napas sambil berpegangan erat pada kursi, dia benar-benar takut mati, perjalanan itu seperti perjalanan terakhir baginya. Ali tak bicara sepatah katapun dia hanya fokus pada jalanan dan emosi yang mendidih di kepala.Sementara itu Mia berbaring dengan tubuh meringkuk membelakangi Gilang yang masih duduk menemani, pria itu berencana pergi kalau Mia sudah tertidur.Jam dua belas malam Gilang memeriksa ponsel dan mendapatkan sebuah pesan dari Robi yang ternyata sudah pulang duluan, dalam hati ia mengumpat kesal karena ditinggal pulang.Mia sudah tertidur dengan tenang, pelan-pelan Gilang berdiri lalu mematikan lampu kamar sebelum pergi, dia terkejut saat membuka pintu semua sudah gelap. "Hah... gelap semua

  • Akibat Cinta Terlarang   Tamu tak diundang

    Acara berlangsung kidmat, Mia juga sudah bisa mengendalikan diri kedatangan Fatimah menjadi penyejuk sekaligus penenang buatnya.Usai acara tamu satu persatu pulang, tinggal Robi, Gilang, Ali, Yusuf, Fatimah dan Ani. Mereka pun bahu membahu menyusun kursi dan meletakkan di teras, agar mobil bisa parkir di dalam, tenda dan kursi memang dipinjamkan sampai acara tahlil selesai setiap ada warga yang membutuhkan.Ke empat pria itu kembali berbincang di teras, sementara Mia, Fatimah dan Ani berada di ruang tamu."Mbak Ani baiknya istirahat, kamu sudah capek seharian bantuin, pakailah kamar belakang buat tidur," ucapa Mia."Baik Mbak, kalau begitu saya istirahat dulu. Oh... ya besok Mbak Mia mau dimasakin apa? Saya mau ke pasar sekalian ambil baju di warung.""Ah... apa aja, tolong ambilkan tas di kamar saya," pinta Mia."Pakai ini aja." Tiba-tiba Ali berada di pintu mengeluarkan dompet lalu mengambil lima lembar uang berwarna merah."

  • Akibat Cinta Terlarang   Firasat Fatimah

    Sebelum memulai percakapan dengan Gilang, Mia menghela napas, mencoba mencairkan suasana canggung di antara mereka."Terima kasih atas kedatanganmu, andai Ibu melihat dia pasti sangat senang.""Ibu orang baik, aku tidak bermasalah dengannya, ini sebagai wujud penghormatan terakhirku pada beliau.""Aku ikut senang mendengar kamu sudah menikah, semoga kamu berbahagia." Mia tersenyum."Itu... hanya sebuah kebetulan, tidak ada yang tahu soal itu, bahkan Robi juga tidak tahu." Gilang menghela napas kemudian berjalan ke jendela memandang keluar."Kenapa bisa begitu?" Mia memandang punggung Gilang yang sengaja membelakanginya."Apa dia tidak cerita, pria yang bersamamu waktu itu?""Dia hanya cerita kalau kamu menikahi calon istri yang dijodohkan oleh orang tuanya, hanya itu.""Memang begitu, pengasuh Bintang tiba-tiba pulang, kamu ingat waktu aku menuduhmu membawa Bintang, saat itu Bintang pergi dari rumah mencari pengasuhnya jadi aku

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status