Share

Menikah

Hari bahagia itu akhirnya tiba, hari di mana Mia dan Gilang mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Mia lah yang paling berbahagia, impian hidup bergelimang harta sudah menjadi kenyataan, sementara Gilang harus menelan pil pahit yang akan ia jalani seumur hidup.

Pesta pernikahan diadakan dengan sangat mewah di salah satu hotel bintang lima, beberapa mahasiswi yang dulu mengidolakan Gilang harus kecewa saat mendengar kabar pernikahan pria yang menjadi idaman mereka.

Mereka langsung terbang berbulan madu ke pulau dewata setelah acara resepsi pernikahan selesai. Semua sudah diatur oleh Dirga, Gilang hanya tinggal melaksanakan.

Turun dari pesawat, mereka langsung diantar kesebuah villa mewah, Mia sangat bahagia ini kali pertama dalam hidupnya tidur di villa semewah ini. Dia langsung memeriksa ruangan dan sekitar, kamar tidur yang dihias dengan mawar merah berbentuk hati serta sebuah ucapan selamat dari pihak villa, ada juga kolam renang private, Dirga benar-benar memilihkan tempat yang romantis untuk putranya.

"Selamat bersenang-senang, kalau perlu sesuatu silakan hubungi resepsionis ya," pamit pelayan villa sebelum pergi.

Mia menghampiri pelayan itu membisikkan sesuatu, pelayan itu mengangguk sebelum pergi. Gilang langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tubuhnya terasa gerah dan gatal setelah melalui perjalanan di pesawat.

Tak berapa lama pelayan itu datang lagi membawa sebotol wine permintaan Mia, dia mengucapkan terima kasih dan memberi uang tip setelah pelayan meletakkan wine itu di meja.

Mia menuangkan wine ke gelas, dia ingin memberi suaminya minuman itu sebagai perayaan atas pernikahan mereka. Saat Gilang keluar dari kamar mandi, Mia langsung menyodorkan gelas berisi wine padanya.

"Wine?" Gilang mengernyit bingung.

"Iya, aku ingin merayakan pernikahan kita, Sayang," ucap Mia manja.

"Mia, nanti aku mabok," tolak Gilang.

"Ya nggak apa-apa, kita sama-sama mabok aja." Mia memaksa.

"Ok, terserah kamu deh." Gilang mengambil gelas dari tangan Mia dan langsung meminum sampai habis.

Mia tersenyum senang, dia meminum sedikit wine di tangannya karena tak ingin mabok. Ia sengaja membuat Gilang mabok, agar nanti saat mereka melakukan malam pertama pria itu tidak sadar kalau dirinya masih perawan. Bisa-bisa gilang marah kalau sampai tahu ternyata selama ini dia sudah berbohong.

Mia terus menambahkan wine ke gelas Gilang setiap kali gelas itu kosong, sedangkan dia sendiri belum menambahkan wine di gelasnya.

"Kamu curang," seru Gilang melihat gelas Mia belum habis.

"Kamu tahu 'kan, aku nggak kuat minum kaya kamu," elak Mia.

"Katanya mau mabok bareng," protes pria itu.

Mia mengambil gelas dari tangan Gilang lalu meletakkan di meja, sebenarnya dia berharap pria itu mulai mencumbunya selayaknya pengantin baru, tapi tak ada gerakan sedikit pun untuk menyentuh tubuhnya.

Wanita itu memulai lebih dulu, mendorong tubuh Gilang ke atas ranjang dan dia mulai menjelajahi tubuh suaminya. Namun yang terjadi di luar dugaan. Gilang terlalu mabok dan tertidur dengan pulas.

Mia kembali kecewa gagal sudah malam pertamanya, dia melucuti pakaian Gilang juga pakaiannya, agar saat pria itu sadar ia berpikir kalau mereka sudah melakukan hubungan suami istri.

Malam itu berlalu tanpa terjadi apa-apa, Mia juga tertidur dengan pulas, terlalu banyam minum wine membuatnya sangat mengantuk.

***

Pagi harinya Gilang terbangun, mendapati tubuhnya tanpa sehelai benang, Mia juga tanpa busana tengah terlelap di sisinya, dengan kepala pusing Gilang mencoba bangun.

Perlahan dia turun dari ranjang pergi ke kamar mandi sambil menggerutu kesal karena harus melewati malam pertama dalam kondisi mabok.

"Kamu sudah bangun, Sayang?" Mia menggeliat manja saat Gilang kembali ke ranjang.

"Hmm ... kepalaku pusing, kamu sih ngasih aku minum kebanyakan," gerutu Gilang.

Mia merapatkan tubuhnya mendekap suaminya yang sedang sakit kepala, ia memijit pelipis Gilang agar pusingnya segera hilang.

"Aku pesankan susu, ya." Gilang mengangguk setuju.

Wanita itu turun dari ranjang mengenakan pakaian lalu memesan susu buat suaminya, setelah itu dia ke kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi, Gilang telah meminum susu yang diantar oleh pelayan.

"Mau sarapan di kamar apa kita keluar?" tanya Mia sambil mengeringkan rambutnya yang basah.

"Di kamar aja deh, masih mual," sahut Gilang.

"Ok." Mia kembali menghubungi resepsionis agar sarapan mereka di antar ke kamar saja.

Dia kembali ke ranjang, bergayut manja pada Gilang yang sedang memeriksa ponselnya. Pria itu meletakkan ponsel lalu membelai lembut rambut wanita itu.

Keduanya saling tatap membangkitkan hasrat di dada, perlahan Gilang mencium lembut bibir merah istrinya. Ciuman pertama yang ia lakukan dalam kondisi sadar, saat keduanya mulai memanas bel berbunyi membuyarkan momen mesra mereka.

Mia bangkit untuk membukakan pintu, seorang pelayan masuk mengantarkan sarapan. Setelah pelayan pergi, Gilang ingin melanjutkan kemesraan tadi, akan tetapi Mia menolak secara halus.

"Sarapan yuk, aku udah lapar. Tadi malam kamu nggak berhenti ngerjain aku," oceh Mia pura-pura kelelahan.

"Benarkah, maafkan aku harusnya malam pertama kita lalui dengan sadar." Gilang merasa sangat bersalah.

"Nggak apa-apa, Sayang. Namanya pengantin baru, tapi hari ini break dulu ya aku capek, dan masih perih." Mia pura-pura bagian tubuhnya masih sakit.

"Ok, yuk kita sarapan."

Hati Mia bersorak senang, Gilang memang sangat mudah dikendalikan, sebenarnya dia anak baik dan masih polos, kejelekannya hanyalah tukang mabok.

Tiga hari berada di pulau dewata, Mia habiskan dengan berjalan-jalan ke berbagai tempat wisata dan pergi shopping, pulang ke villa dalam kondisi lelah hingga tak sempat untuk melakukan hubungan suami istri.

Mia sangat bahagia, Gilang tak pernah menolak semua keinginannya, apa pun yang dia minta selalu dituruti. Tak salah kalau dia memilih pria itu menjadi suaminya.

Bulan madu telah berakhir, saatnya mereka kembali ke rumah, semua sudah Mia kemas sebelum berangkat ke bandara, waktu pergi mereka cuma membawa barang satu koper saat pulang bertambah jadi dua koper.

Layaknya pengantin baru, Mia selalu bergayut manja pada suaminya, senyum bahagia selalu menghiasi wajahnya. Ditambah lagi dengan sikap Gilang yang berubah baik, membuatnya semakin bahagia.

Tak ada lagi kecemasan akan kehilangan Gilang, pria itu kini telah seutuhnya menjadi miliknya yang akan dia jaga dan tak dilepaskan. Tiba di bandara, mereka dijemput supir kantor Dirga, dan langsung mengantar mereka pulang ke rumah.

Mia sudah tak sabar ingin menemui ibunya untuk memberi oleh-oleh  yang dibeli dari Bali, menceritakan tentang kebahagiaan yang ia rasakan pada sang ibu.

Dia langsung meminta izin pada Gilang untuk menemui ibunya setelah tiba di rumah, Gilang pun setuju dan langsung mengantarkan dengan mobilnya. Hidup Mia benar-benar menyenangkan, suaminya sungguh baik dan sangat pengertian.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status