Suasana gelap dan suara-suara jangkrik mengiringi langkah Aksa dan Azkia. Mereka mengikuti seluruh petunjuk yang sudah ditempelkan pada pohon-pohon. Sesekali Aksa melirik Azkia untuk memastikan perempuan itu tidak sedang dalam masalah.
Tiba-tiba Azkia menarik Aksa menjauhi jalur utama. Azkia membawa Aksa menuju ke pedalaman hutan. Saat sudah jauh, Azkia mendorong Aksa hingga punggung laki-laki itu menatap sebuah pohon. Ia langsung maju mendekatkan mukanya dengan muka Aksa. Jarak mereka terlalu dekat, hingga Azkia bisa merasakan hembusan nafas Aksa, dan begitu juga sebaliknya.
Aksa menatap manik mata Azkia. Manik mata perempuan itu mengingatkannya dengan Zia. Andai saja Azkia bersikap lebih feminim pasti ia akan mirip dengan Zia.
"Lupain semua kenangan lo sama adik gua," ucap Azkia. Sudah cukup baginya untuk membiarkan laki-laki itu terus menyimpan
Setelah sekian lama akhirnya Aksa dan Azkia kembali lagi ke titik kumpul. Saat mereka baru saja datang semua orang langsung mengelilingi mereka. Terlihat wajah cemas dari mereka semua."Lo nggak papa?" tanya Fanny kepada Azkia."Gua nggak papa, emang kenapa?" jawab Azkia."Gua kira lo hilang kayak Pitaloka."Aksa mengepalkan tangannya erat. Matanya mulai mencari pasangan Pitaloka. Pandangannya tertuju ke arah salah satu laki-laki yang sedang duduk di dekat api unggun sambil meminum satu gelas kopi hangat. Aksa melangkahkan kakinya, melewati banyaknya kerumunan manusia, menghampiri laki-laki tersebut."Di mana Pitaloka?" tanya Aksa saat sudah berada di belakang Zaki.Zaki berdiri lalu berbalik. Tidak ada sedikitpun raut wajah khawatir pada laki-laki itu. Aksa semakin kesal saat melihat Zaki masih bisa tersenyum.
Akhirnya Aksa sudah berada di depan rumahnya. Selama dua hari ia meninggalkan tempat yang penuh dengan kenangan ini. Tidak ada yang berubah selama dua hari ini. Rasa rindu yang menumpuk selama dua hari lenyap begitu saja saat ia melihat Fitri sedang menyirami tanaman yang ada di halaman rumahnya.Aksa berjalan secara perlahan, meminimkan suara langkah agar Fitri tidak menyadari kehadirannya. Secara perlahan ia menuju ke belakang Fitri. Perempuan itu sangat fokus pada tanamannya membuat Aksa bisa berjalan dengan tenang.Ia langsung menepuk pundak Fitri saat ia sudah berada di belakang perempuan itu. Fitri kaget dan tidak sengaja mengarahkan selang air kepada Aksa. Dengan begitu Aksa langsung basah kuyup akibat semburan dari selang itu. Senyuman Aksa tercetak jelas di wajahnya.Fitri langsung memeluk tubuh anaknya itu dengan erat. Selama kepergian Aksa ia tersiksa ole
Aksa sudah berpakaian rapi menggunakan jas dan dasi berwarna hitam. Pakaian itu ia ambil dari lemari almarhum ayahnya. Karena, selama ini pakaian hanya ada kaos dan beberapa kemeja simpel.Ia sudah berada di depan cafe Raimosa, sebuah cafe yang paling digemari oleh Hendra. Cafe yang menjunjung tema astronomi. Jadi, disetiap tembok di dalam cafe tersebut ada gambar-gambar bintang, bulan, matahari, dan beberapa benda langit yang lainnya.Sekarang ia ada sendirian, karena Fitri sudah ia masuk terlebih dahulu. Ia butuh waktu sendiri untuk mempersiapkan diri, agar saat bertemu dengan laki-laki yang sudah bisa membuat Fitri kembali merasakan cinta ia tidak gugup.Setidaknya ia sudah tau latar belakang dari laki-laki itu. Nama laki-laki itu adalah Robert. Mantan istrinya sudah meninggal satu tahun lalu akibat serangan jantung. Ia juga memilik satu anak perempuan yang sudah
Hari Minggu adalah hari kesukaan Aksa. Bagaimana tidak? Ia bisa seharian di toko roti tanpa gangguan dari senior sekaligus pacarnya yang menyebalkan itu.Dengan sebuah pensil di sebelah kiri, dan sebuah buku di hadapannya, ia sedang memikirkan sebuah resep baru untuk dijadikan menu terbaru di toko rotinya ini. Sudah tercatat ada 3 buah roti dari hasil dari resepnya. Dan, semua roti itu laris terjual.Sesekali ia menyeduh segelas kopi hitam yang tadi sempat ia buat sebelumnya. Baginya, meminum kopi bisa membuat otaknya berpikir lebih keras. Dan, bisa menghasilkan sebuah ide-ide baru.Setelah lama ia bergelut dengan pensil dan buku, akhirnya satu buah resep roti sudah ia selesaikan."Sekarang waktunya percobaan. Kalau gagal, tinggal ubah beberapa bahan," ucap Aksa sambil mengangkat selembar kertas yang sudah ia tuliskan resep.Sia
Seminggu lalu para murid SMA Nusa Bangsa telah melaksanakan ujian kenaikan kelas. Semua nilai murid sudah terpampang jelas di papan pengumuman. Saat upacara Pak Broto selaku kepala sekolah menyatakan bahwa 100% murid didiknya lulus dengan nilai di atas KKM. Semua murid langsung berlari ke arah papan pengumuman saat upacara selesai.Tak disangka terjadi desak-desakan. Pitaloka berusaha untuk menyingkirkan semua orang yang ada di dekatnya, tetapi hasilnya nihil. Tenaganya tidak bisa melawan mereka. Kalau Pitaloka terus-terusan ada di dalam kerumunan itu, bisa-bisa ia kehilangan kesadaran.Suasana mulai memanas, dan tenaga Pitaloka sudah terkuras. Saat ia ada sebuah tangan yang menuju ke matanya, tiba-tiba ada laki-laki yang memeluk tubuhnya. Tubuh laki-laki itu memeluk tubuh Pitaloka, agar Pitaloka terhindar dari sebuah serangan tidak disengaja.Pitaloka menenggelamka
Pitaloka menatap cermin yang ada di kamarnya. Sudah sehari setelah pengumuman kenaikan kelas. Jadi, sekarang adalah hari libur. Bosan, itu lah yang sedang ia rasakan. Kalau biasanya ia akan pergi ke toko roti Aksa, berbeda dengan sekarang.Hari ini organisasi Triangle akan datang ke rumahnya. Jadi, ia dipaksa oleh Gino untuk dandan secantik mungkin. Tetapi, tangannya seperti kaku. Ia tidak menyentuh satu pun make-up yang ada di meja riasnya.Pikirannya terus memikirkan Cakra dan Aksa. Kedua laki-laki itu selalu bisa menghantui pikirannya, saat ia sedang bengong. Kenapa ia harus dijodohkan oleh orang lain? Padahal, ia sangat berharap kalau Cakra adalah jodohnya di masa depan.Pitaloka menghapus semua khayalannya saat ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. Ternyata, orang itu adalah Ghibran. Laki-laki itu diperintah oleh Gino untuk memeriksa keadaan Pitaloka. Set
Acara pernikahan Fitri dan Robert dilaksanakan setelah penerimaan raport anak mereka masing-masing. Anak mereka satu sekolah, jadi mereka tidak begitu repot dalam menyesuaikan jadwal pernikahan.Acara berlangsung dengan meriah. Dalam acara ini hanya anggota keluarga dan beberapa teman dekat yang diundang. Sebenarnya, anak mereka sudah diberi kesempatan untuk mengundang teman sekolahnya. Tetapi, ditolaknya mentah-mentah.Fitri dan Robert tau kalau anak mereka masing-masing sulit untuk nerima kenyataan ini. Tetapi, mereka yakin kalau semuanya akan membaik seiring waktu.Fitri menatap Aksa. Anak laki-lakinya itu terlihat sangat gagah menggunakan setelan jas berwarna biru cerah. Rambut yang tersisir rapi. Tetapi, sayang. Anak laki-lakinya itu dari tadi hanya diam, bahkan tidak mengobrol sedikitpun dengan tamu undangan.Aksa langsung tersenyum saat ia me
Sinar matahari mulai menghangatkan tubuh seorang wanita yang masih tertidur pulas di atas kasur. Karena, sangat kelelahan wanita itu lupa menutup korden jendela kamarnya sebelum ia tertidur.Matanya mulai terbuka saat ia mendengar kalau ada kebisingan. Ia mengucek matanya lalu merubah posisinya yang tadinya tiduran menjadi duduk.Ayah sama Ibu akan ke luar kota untuk beberapa hari. Jadi, kamu di rumah sendirian. Aksa akan tinggal di rumahnya sendiri. Kalau ada apa-apa telfon aja dia.Perasaan Fanny berubah khawatir setelah mengingat perkataannya ayahnya. Ia langsung bangkit dari kasur lalu berjalan ke luar kamar.Pikirannya mulai berpikiran aneh-aneh. Ia takut kalau pembuat suara kebisingan itu adalah orang gila. Selama ini Fanny lebih takut kepada orang gila dari pada seorang pencuri.Kaki Fanny perlahan menuruni tangga me