Home / Romansa / Aksa! / Mampir

Share

Mampir

Author: PlutoPen
last update Last Updated: 2021-09-02 20:41:49

Sekarang Pitaloka ada di depan toko roti Mahendra bersama dengan kedua sahabatnya, yaitu Azkia Salsabila dan Fanny Aprillia. Seperti yang ia rencanakan sebelumnya, ia ke sini untuk menemui laki-laki yang tadi menolongnya.

"Lo yakin mau beli kue di sini?" tanya Azkia. Ia tidak yakin kalau di dalam toko kue ini ada sebuah kue yang bisa menarik perhatian seorang Pitaloka.

"Gua di sini cuma mau cari informasi tentang laki-laki yang tadi nganterin gua, nggak ada sedikit pun niat buat beli roti di sini." Pitaloka sama sekali tidak tertarik dengan rasa roti di toko ini, alasan ia ada di sini hanya karena laki-laki itu.

"Seorang Pitaloka repot-repot datang ke sebuah toko roti kecil, hanya karena seorang laki-laki, ada yang salah dengan otak lo?" Fanny sangat tidak tau apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh Pitaloka. Ia sangat penasaran dengan laki-laki yang bisa membuat Pitaloka bergerak dari singgasananya.

"Entahlah, entar juga lo lihat sendiri." Pitaloka pun langsung masuk ke dalam toko roti tersebut. Sesampainya di dalam ia melihat keadaan toko tersebut. Tidak terlalu mewah, tetapi juga tidak terlalu buruk.

Matanya tertuju kepada salah satu wanita paruh baya yang sedang membersihkan meja yang berada di dekat kaca toko. Pitaloka pun menghampiri perempuan tersebut.

"Selamat datang," sapa seorang wanita paruh baya sambil menghampiri Pitaloka dan sahabat-sahabatnya.

"Maaf Bu, saya di sini cari anak laki-laki, katanya dia anak pemilik toko ini," ucap Pitaloka.

"Oh kamu temannya Aksa ya, saya ibunya Aksa," ucap Fitri.

Aksa? Nama yang bagus batin Pitaloka. Ia akan mengingat nama itu sampai ia bisa menemui laki-laki itu, untuk mengucapkan terima kasih.

"Aksanya ada Tan?" tanya Fanny. Ia tau kalau Pitaloka yang berbicara pasti akan berbelit-belit, jadi ia memilih untuk langsung to the point.

"Ada, tapi di rumah. Besok dia MOS jadi harus siap-siap," jawab Fitri.

"Ayo duduk dulu," ajak Fitri.

Pitaloka, Azkia, dan Fanny pun duduk. Sementara Fitri sedang mengambilkan minum dan sebuah roti. Tak lama kemudian Fitri pun kembali membawa satu kotak roti, dan minuman yang ia taruh di atas nampan.

"Maaf, ya cuma ada ini. Tadi Aksa udah bilang kalau ada temannya ada yang mau ada ke sini, tapi Aksa tante larang untuk pergi dulu, maaf ya," ucap Fitri sambil duduk di kursi depan Pitaloka.

"Enggak papa kok, Tan. Oh iya, Aksa masuk SMA mana?" Pitaloka berencana untuk menemui Aksa di sekolah laki-laki tersebut, karena ia tidak mungkin akan ke rumah laki-laki itu. Ia takut dengan kedatangannya ke rumah laki-laki itu, akan menyebabkan sebuah masalah.

"SMA Nusa Bangsa."

Pitaloka tersenyum mendengar itu. Ternyata Aksa akan menjadi adik kelasnya, dengan begitu ia tidak perlu lagi untuk mencari-cari keberadaan laki-laki itu. Sekarang ia hanya tinggal menunggu besok dan setelah itu ia bisa bertemu dengan laki-laki tersebut.

"Kalian murid SMA kan? Kok bisa kenal Aksa?" tanya Fitri. Ia bingung dengan teman anaknya ini. Ia tau kalau teman Aksa hanya sedikit, karena anaknya itu lebih memilih untuk membantunya di toko dari pada main bersama dengan temannya.

"Kami murid SMA Nusa Bangsa. Tadi pagi saya nggak sengaja dibantu sama anak tante," jawab Pitaloka.

"Aksa bantu kamu? Tumben banget anak itu peduli sama orang lain." Fitri bingung karena setahunya Aksa tidak pernah peduli sama orang lain, kecuali sahabat dan keluarganya.

"Emang kenapa Tan? Dia baik kok, tadi pagi aja pas saya ngasih uang buat imbalan ditolak langsung sama dia."

"Nggak papa sih, emangnya dia bantu kamu apa?"

"Nganterin saya ke Gereja."

Sekarang Fitri paham betul kenapa tiba-tiba anaknya itu membantu orang lain. Aksa mungkin orang yang cuek, tetapi ia akan selalu membantu orang lain yang mau melakukan ibadah, walaupun orang lain itu berbeda agama dengannya.

"Bentar, tante siapin roti. Nanti kalian bawa pulang ya," ucap Fitri sambil berdiri.

Fitri pun masuk ke dalam dapur untuk membuatkan Pitaloka, Azkia, dan Fanny roti. Bagaimana pun mereka ber-tiga adalah teman anaknya, jadi ia harus bersikap baik. Ini adalah pertama kalinya ada seorang perempuan datang sebagai teman Aksa.

"Cuma gara-gara itu?" tanya Fanny. Ia merasa kalau otak Pitaloka sudah tidak berfungsi dengan benar. Hanya karena dibantu sampai-sampai mencari informasi tentang laki-laki itu sejauh ini.

"Tidak semua hal bisa lo simpulkan hanya dari sebuah cerita. Lo harus ngerasain itu sendiri, baru lo tau gimana rasanya." Pitaloka tidak lama merasakan hal ini. Perasaan senang karena ada seseorang yang membantunya, dan perasaan gembira saat tau kalau laki-laki itu tidak menginginkan apapun setelah membantunya.

"Kalau lo mau, lo bisa aja telfon Cakra buat nganterin lo, lumayan ojek gratis."

"Mana mau dia telfon Cakra," sindir Azkia. Ia tau kalau seorang Pitaloka tidak akan pernah mau menghubungi seorang Cakra, karena laki-laki itu adalah mantannya dan ia sangat membenci laki-laki itu, walaupun laki-laki itu sudah mengajaknya balikan.

"Laki-laki kayak dia nggak pantas bersama gua." Pitaloka tidak ingin lagi ada Cakra dalam hidupnya. Ia berusaha untuk menghilangkan semua kenangannya bersama laki-laki tersebut, walaupun membutuhkan banyak usaha.

"Terus siapa? Aksa?" Fanny sengaja menyebut nama

Aksa, karena ia tau kalau Pitaloka sedang tertarik dengan laki-laki itu.

"Entah lah, mungkin gua bakalan jadiin Aksa sebagai pelampiasan sekaligus ojek pribadi." Pitaloka berharap kalau Aksa bisa membuatnya melupakan Cakra. Ia akan menjadikan Aksa sebagai pelampiasan, jika selama 3 bulan masih belum ada perubahan, ia akan melepaskan Aksa.

"Ingat status lo di sekolah, pasti Aksa bakalan jauhin lo kalau dia udah tau siapa lo yang sebenarnya." Azkia berani mengucapkan itu karena sudah banyak orang yang mendekati mereka, tetapi tiba-tiba orang-orang itu menjauh saat tau tentang identitas mereka sebenarnya.

"Kita lihat besok, kalau memang benar dia jauhin gua, berarti dia nggak pantes buat jadi pelampiasan gua."

Fanny tersenyum mendengar itu. Ini lah sosok Pitaloka yang sebenarnya. Seorang perempuan yang tidak segan-segan menjadikan orang lain kelinci percobaan. Sosok yang paling ditakuti di sekolahannya.

"Maaf, nunggu lama," ucap Fitri sambil membawa satu kantong plastik, yang berisikan 3 kotak kue.

"Berapa, Tan?" tanya Pitaloka.

"Udah bawa aja."

"Seriusan, Tan?"

"Iya."

"Makasih ya, Tan."

"Sama-sama."

Pitaloka, Azkia, dan Fanny pun berpamitan dengan Fitri. Setelah berpamitan mereka pun langsung ke luar dari toko tersebut. Saat sudah di luar tiba-tiba Fanny berjalan menjauh meninggalkan mereka berdua.

"Mau kemana lo?" tanya Pitaloka.

"Sedikit timbal balik," jawab Fanny.

Pitaloka tau betul maksud dari jawaban sahabatnya itu. Fanny bukan lah orang yang akan menerima sebuah barang sembarangan, kalau pun ia menerima barang itu pasti ia akan memberikan sebuah timbal balik.

"Jika kau siap menerima kehadiran seseorang

berarti kau juga harus siap untuk melepaskan."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aksa!   Bonus

    Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti

  • Aksa!   Pitaloka Aurora

    Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih

  • Aksa!   Pesta Pernikahan

    Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann

  • Aksa!   Meminta izin

    Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d

  • Aksa!   Mengantar undangan

    Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga

  • Aksa!   Bertemu Atlanta

    Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki

  • Aksa!   Warung ramen

    Aksa menatap perempuan yang ada di hadapannya secara saksama. Ini sama sekali tidak ada di dalam rencananya. Sebelumnya ia hanya berencana makan ramen bersama Putra sambil membahas beberapa hal. Tetapi siapa sangka Azkia dan Fanny berada di sana juga.Dengan paksaan Putra, akhirnya Aksa mau berbagi meja dengan Azkia dan Fanny. Sebenarnya ini adalah rencana Putra dan Azkia. Mereka memang sengaja mengajak Aksa dan Fanny ke warung ini, supaya hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat.Dan rencana mereka untuk mempertemukan Aksa dan Fanny berhasil.Aksa menatap wajah Azkia. Mempertanyakan kenapa perempuan itu bisa berada di warung tersebut bersama Fanny. Tetapi hanya dibalas dengan senyuman oleh Azkia."Mau pesan apa, Vin?" ucap seorang perempuan yang bertugas untuk mencatat pesanan Aksa dan teman-temannya.Sontak Fanny, Azkia, dan Putra langsung merasa terheran-heran. Pasalnya perempuan itu memanggil Aksa dengan nama Alvin. Yang artinya perempuan

  • Aksa!   Putra menyerah

    Sekarang Aksa dan Putra sedang ada di markas besar Heaven. Putra sengaja mengajak Aksa bertemu di sini, agar tidak ada yang menganggu perbicangan mereka. Karena saat ini Putra ingin membicarakan hal yang sangat penting. Dan hal itu sangat bersangkutan dengan kebahagiaan dua orang yang ia sayang.Aksa dan Putra berdiri saling berhadapan. Putra tersenyum lebar, lalu melayangkan sebuah pukulan cepat. Putra sengaja fokus kecepatan bukan kekuatan, karena ia tau kalau ia fokus pada kekuatan, maka kecepatan tangannya akan berkurang dan Aksa akan menangkis pukulannya dengan sempurna.Aksa menyentuh pipinya yang baru saja terkenal pukulan Putra. Ia merasa sedikit nyeri, karena sudah lama tidak merasakan pukulan. Terlebih lagi, pukulan sahabatnya itu memang tidak bisa diremehkan."Lo cinta sama Fanny?" tanya Putra sambil menatap tajam Aksa."Kenapa lo tiba-tiba tanya begitu?" tanya Aksa sambil menatap sinis Putra."Karena gua cinta sama dia.""K

  • Aksa!   Kesalahan Fanny

    Fanny menatap secara saksama Aqilla yang duduk di seberangnya. Ia sedikit kaget, saat tiba-tiba perempuan itu datang ke rumahnya lalu meminta waktunya sedikit untuk hanya sekedar berbicara tentang Aksa.Dari raut wajah perempuan itu, sepertinya perempuan itu sedang dalam mood yang buruk. Tetapi apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti itu?"Jujur sama gua. Apa lo pernah bilang sesuatu ke Aksa? Sampai-sampai dia nggak percaya kalau lo cinta sama dia?" tanya Aqilla secara tiba-tiba.Fanny tertegun saat mendengar hal itu. Secara frontal Aqilla menanyakan hal seperti kepadanya. Seakan perempuan itu sangat yakin kalau dirinya pernah melakukan hal itu dengan sengaja."Setahu gua sih nggak pernah," jawab Fanny dengan ragu."Jangan bohong. Karena ini menyangkut masa depan lo sama Aksa," ucap Aqilla sambil menatap tajam Fanny."Enggak, Qilla. Emang kenapa, sih?""Aksa merasa kalau lo nggak cinta sama dia. Makanya sampai sekarang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status