Share

Orientasi

Hari pertama masuk sekolah. Sudah banyak siswa-siswi baru SMA Nusa Bangsa yang sudah berbaris di tengah lapangan. Masa MOS adalah saat yang paling ditunggu-tunggu oleh para senior, dengan adanya masa MOS mereka bisa melakukan kemauan mereka terhadap murid-murid baru.

Para murid baru mengira kalau MOS kali akan mudah, tapi ternyata tidak. Banyak hal yang tidak masuk akal yang harus mereka lakukan, banyak permintaan yang harus mereka turuti.

"Maaf, pasti MOS kali ini berat, karena ada gua," ucap Raka. Ia tau kalau ini bukan lah MOS, tapi adalah sebuah balas dendam.

"WOI, CAKRA! KALAU LO DENDAM JANGAN KAYAK GINI CARANYA!" Raka sudah muak dengan perlakuan semena-mena Cakra. Hanya karena dirinya para murid lainnya juga karena imbasnya.

"Akhirnya lo sadar." Cakra menatap Raka dengan tatapan sinis. Terpancar aura kebencian dari mereka berdua.

Raka adalah salah satu anggota geng Laskar. Jadi, pantas saja kalau Cakra membuat acara MOS kali ini menjadi lebih berat. Cakra ingin membuat laki-laki itu sengsara dengan cara halus, tetapi naas rencana itu sudah ketahuan oleh Raka sendiri.

"Cara lo kayak anak kecil."

"Terus masalah buat lo?"

Raka langsung berjalan mendekat ke arah Cakra, melewati para siswa MOS yang lain. Tetapi, saat tinggal satu langkah lagi, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seorang laki-laki.

"Dia menang peringkat," ucap Aksa sambil menarik tangan Raka.

"Benar kata dia, sampai kapanpun lo nggak bakal bisa menang." Cakra tersenyum sinis melihat langkah Raka terhenti. Kalau hanya seorang Raka pasti ia tidak akan kalah.

"Dari pada banyak bacot, gimana kalau kita duel." Raka menantang Cakra dengan sistem duel. Sekolah ini punya sebuah sistem yang tidak dimiliki oleh sekolah lain. Sebuah sistem yang membuat sang pemenang bisa meminta apapun dari yang kalah.

Sistem duel. Sebuah pertarungan yang akan dilakukan di atas matras. Bisa dilakukan jika jumlah lawannya sama, seperti 1 vs 1, 2 vs 2. Peraturannya mudah, siapapun yang keluar dari matras dinyatakan kalah. Cuma itu saja, jadi kalau ada orang yang pingsan di atas matras berarti ia masih dianggap mengikuti pertandingan. Sekolah Nusa Bangsa melakukan sistem itu supaya pihak sekolah bisa melihat bakat bertarung siswa, dan bisa mendaftarkan siswa tersebut diajang bergengsi.

"Lo terlalu mudah. Jadi nggak akan ada rasa seru kalau lawannya cuman lo." Cakra meremehkan kemampuan bertarung Raka. Ia sangat percaya diri dengan ilmu bela diri yang ia kuasai. Setidaknya, ia percaya kalau tidak ada yang bisa mengalahkannya selain mantan ketuanya yang sekarang sudah tiada.

"Gimana kalau kita aja yang jadi lawan lo," ucap seorang laki-laki sambil berdiri di samping Cakra. Laki-laki itu tidak sendiri, karena di sampingnya ada satu orang laki-laki lagi. Mereka kembar, dan mereka menyandang julukan butterfly.

"Tito,  Tio." Cakra menyebutkan nama kedua orang kembar tersebut. Ia tidak menyangka kalau kedua orang tersebut tertarik dengan pertarungan ini.

"Dua lawan satu, kayaknya nggak bakal bisa deh, mending lo cari partner," ucap Tito.

"Oke, kali ini gua bantu lo," ucap Aksa sambil berdiri di samping Raka. Ia tidak bisa membiarkan perlakuan semena-mena seniornya terus berlanjut, karena hal itu akan terus berpengaruh ke murid yang lainnya.

"Sebaiknya lo tau siapa yang lo lawan sekarang." Raka tersenyum tipis melihat Aksa. Ia tidak mengira kalau akan mendapat bantuan dari seseorang yang ia kira tidak akan peduli dengan lingkungan sekitarnya.

"Tugas gua cuma menghambat. Jadi, lo yang akan buat mereka keluar dari matras." Aksa tau kalau dirinya tidak akan seimbang dengan lawannya sekarang. Makanya itu ia akan bertugas menghambat pergerakan musuh, dan membiarkan Raka melakukan penyerangan.

*****keanehan 

Setelah duel disetujui oleh kepala sekolah, para OSIS pun menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk duel. Para murid kelas X pun ikut melihat berlangsungnya proses duel. Mereka semua berdoa agar Aksa dan Raka menang, supaya MOS kali ini berakhir dengan bahagia.

Tito, Tio, Raka, dan Aksa sudah siap di atas matras. Mereka menggunakan body protector supaya mengecilkan kemungkinan terjadinya cidera, atau luka dalam. Tito akan berpasangan dengan Tio, sedangkan Raka dengan Aksa. Bukan cuma embel-embel belaka, Tito dan Tio diberi julukan butterfly, karena kekompakan mereka saat menyerang musuh. Selama ini tidak ada yang bisa mengalahkan mereka saat sistem duel.

"Jangan nyusahin gua," ucap Raka. Ia memang menerima Aksa sebagai pasangan duelnya. Tetapi, ia tidak yakin kalau laki-laki itu akan bisa mempermudah langkahnya menuju kemenangan.

"Kalau terjadi sesuatu sama gua, jangan panik. Lo hanya perlu terus bertarung," ucap Aksa. Ia tau kalau dirinya tidak akan bisa bertarung sampai akhir. Tetapi, setidaknya ia ingin meringankan beban Raka.

Pertarungan pun dimulai. Dengan cepat Tito langsung menerjang Raka. Terjadi lah pertarungan sengit di antara mereka berdua. Pukulan demi pukulan dikeluarkan berharap kalau sang musuh akan terluka lalu ia akan menang.

Raka terus melakukan penyerangan, tanpa peduli rekannya yang sedang berjuang melawan Tio. Ia percaya kalau dirinya fokus, ia bisa mengalahkan musuhnya dengan cepat lalu ia bisa langsung membantu Aksa.

Sudah sekitar 9 menitan ia berhadapan dengan Tito. Tetapi, tak juga kunjung menampakan sebuah hasil kemenangan. Staminanya sudah terkuras banyak, jika ia terus agresif bisa dipastikan ia akan kalah. Tetapi, saat ia mulai tenang tiba-tiba ada sebuah tinjuan yang mengarah kepadanya. Ia tau kalau tinjuan itu bukan berasal dari Tito. Saat ia melihat siapa yang melayangkan tinjuan itu, ternyata orang itu adalah Tio. Ia langsung tau kalau Tio sudah berada di dekatnya berarti rekannya sudah terkapar. Saat ia melihat ke arah sekitar, ternyata benar perkiraannya. Ia melihat Aksa terkapar lemas, tetapi masih berada di atas matras.

"Udah lah, kalau pun gua kalah masih ada orang lain yang nemenin ngelakuin hukuman," gumam Raka.

Sedangkan di satu sisi. Aksa sedang mengontrol nafasnya, dadanya terasa sesak, jantungnya berdetak lebih kencang dari pada biasanya. Ia tau kalau dirinya sudah melewati batas. Dan mungkin saat ini ia akan menemui ajalnya.

Mata Aksa mulai tertutup, semakin mata Aksa tertutup semakin dingin juga yang ia rasakan. Matanya mulai ringan, hawa semakin dingin. Ia pun memaksakan membuka mata, tetapi pemandangannya sudah berbeda. Yang lihat sekarang berbeda dengan area pertarungan.

"Kenapa? Apa lo selemah ini." suara itu terdengar sangat jelas oleh Aksa. Suaranya sangat lembut, membuatnya mengira kalau itu adalah suara malaikat.

"Ini di mana?" tanya Aksa. Ia tidak tau siapa yang akan membalas pertanyaannya itu, tetapi ia berharap kalau orang itu bisa memberitahunya di mana ia berada sekarang.

"Izinkan gua buat nguasai tubuh lo, gua janji kalau gua akan ngehabisin semua musuh lo."

Aksa pun melihat ada seorang laki-laki. Ia menebak kalau umur laki-laki itu dua tahun lebih tua darinya. Ia tidak tau siapa laki-laki itu. Tidak ada satu pun keluarganya yang mukanya seperti laki-laki itu. Laki-laki itu berwajah tampan, selalu tersenyum. Membuat Aksa ketakutan.

"Lo nggak ingin semuanya berakhir di sini kan? Di rumah, Ibu lo sedang nungguin lo, dia cemas dengan keadaan lo. izinkan gua buat ngambil alih tubuh lo, dan akan gua selesaiin pertempuran itu secepat mungkin, biar lo bisa kembali kepelukan Ibu lo," ucap laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.

Aksa tidak tau siapa laki-laki itu. Tetapi, ia juga tidak bisa membiarkan kedua musuhnya menang. Saat ini ia hanya bisa percaya dengan laki-laki yang ada di hadapannya ini. Ia mulai mengangkat tangannya lalu menjabat tangan laki-laki tersebut.

"Percaya lah kepadaku,

Pasti akan ku hadirkan

Begitu banyak canda di hidupmu"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status