Share

AMBISI

Author: galuchfema
last update Huling Na-update: 2023-10-25 17:43:40

Dengan gerak cepat, Ceisya langsung menatap ke arah tangannya yang masih merasa dicekal.

"Kamu? Lepaskan!" Ceisya langsung menggerakkan tangan ke atas dan bawah. Berharap cekalan di tangan terlepas.

"Tidak baik seorang perempuan keluyuran di jalanan sendirian."

Ceisya langsung melengos, meski tangan laki-laki itu masih menyentuh kulit mulusnya.

"Lebih tidak baik lagi jika laki-laki yang tidak dikenal tiba-tiba langsung mencekal tangan perempuan," sindir telak Ceisya.

"Oh, maaf." Ibas sadar diri dan langsung melepaskan pergelangan tangan Ceisya. Kedua mata laki-laki itu membulat ketika melihat pergelangan tangan Ceisya berwarna merah. Mungkin karena terlalu erat menggenggamnya.

"Mau apa kamu kemari?" Ceisya merasa tidak nyaman karena Ibas selalu mengikuti langkahnya. Padahal ia sudah berjalan beberapa langkah. Sial. Mobil diparkir terlalu jauh.

"Hanya ingin ketemu sama kamu."

Ceisya mengentakkan kaki. "Maaf aku tidak ada keperluan dan urusan sama kamu." 

"Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja." 

Dari pertama melihat Ceisya sejak pernikahan Tante Sentari, Ibas sudah menaruh hati kepada Ceisya.

Laki-laki mana yang tidak terikat dengan Ceisya. Tinggi. Tubuh semampai. Kulit putih. Cantik. Rambut panjang sepinggang. Kedua mata agak sipit mirip orang Korea.

"Tidak perlu berlebihan. Aku bisa sendiri dan tidak perlu dipastikan baik-baik saja." Ceisya sengaja menekankan di setiap katanya. Berharap Ibas segera pergi dari hadapannya.

"Bukankah aku wajib memberikan perhatian kepada calon tunanganku sendiri?" Ibas berkata dengan bangga.

Bukan main terkejutnya Ceisya mendapatkan pengakuan seperti itu. "Apa? Calon tunangan? Gila kamu!" Gadis itu langsung mempercepat langkah menuju tempat parkir. Sayangnya untuk menuju ke sana harus melewati taman yang cukup luas.

"Ya. Aku sudah mengumumkan ke semua orang jika kamu adalah calon tunangan aku."

"Benar-benar gila kamu," ucap gadis yang kesal tanpa memandang lawan bicaranya.

"Aku memang gila karena cinta kamu." Ibas tersenyum penuh nafsu.

"Aku tidak mencintaimu." Ceisya memberikan ultimatum keras. Sejak ayah menikah dengan Sentari, laki-laki ini sangat lancang mendekatinya terus. Apalagi sekarang jam kerja, seharusnya Ibas ada di proyek.

"Tapi aku sangat mencintaimu." Ibas tidak akan pernah gentar ataupun menyerah.

"Aku sudah memiliki pacar." Terpaksa Ceisya memberi tahu kalau dirinya sudah punya pasangan.

"Aku tidak percaya." Ibas tertawa lebar.

"Terserah kamu mau percaya atau tidak. Intinya aku sudah punya pacar dan tidak akan melirik laki-laki lain. Termasuk kamu."

"Aku tidak pernah melihat kamu jalan sama pacar kamu."

"Bukan urusan kamu. Lagian kalau aku mau jalan juga tidak akan memberitahukan sama kamu."

Ceisya berjalan lebih cepat untuk menghindari orang gila seperti Ibas. Lama-lama Ceisya bisa ikutan gila.

"Tinggalkan pacar kamu itu dan terima aku sebagai calon tunangan kamu."

"Maaf. Tidak bisa. Cari saja perempuan lain. Masih banyak perempuan lain yang mau menerima kamu apa adanya."

"Aku tidak mau perempuan lain. Aku maunya kamu." Ibas sangat keras kepala.

"Sudah aku bilang tidak. Jangan suka memaksa." Lama-lama berdekatan dengan Ibas, bulu kuduk Ceisya berdiri karena takut.

"Tapi aku adalah tipe orang yang pelaksanaan," ucap Ibas tersenyum tidak bersalah.

Ceisya kaget setengah mati dengan penuturan Ibas. Mata pun memandang sekitar. Sepi. Benar-benar sepi. Tidak ada orang yang melintas di taman menuju parkiran, kecuali dirinya dan Ibas.

"Pergilah. Aku tidak mau berurusan dengan kamu," usir Ceisya secara halus.

Di luar dugaan, tangan nakal Ibas menarik pinggang Ceisya menuju hadapan Ibas. Ditangkupkan kedua tangan di belakang tubuh Ceisya agar gadis itu tidak lepas dan kabur.

Ceisya bukan main terkejutnya karena perbuatan gila Ibas. Posisi mereka sudah seperti orang berpelukan.

"Lepaskan!" pekik Ceisya sambil memukul dada milik Ibas.

Di wajah laki-laki itu sama sekali tidak terbersit rasa bersalah. Malah tersenyum. Mungkin karena secara tidak langsung sudah berhasil memeluk Ceisya.

"Lepaskan! Kalau tidak, aku akan teriak kencang," ancam Ceisya karena merasa risi dengan posisi mereka sekarang.

"Aku tidak akan melepaskan kamu."

Wajah Ceisya memucat. Ancaman darinya tidak berlaku untuk Ibas.

"Aku teriak sekarang."

"Silakan," tantang Ibas tidak takut.

"Tolong!" pekik Ceisya sangat kencang. Berharap ada yang akan menolongnya.

"Tidak akan ada yang mendengarkan teriakan kamu. Lihat saja situasi sekitar sangat sepi."

Ceisya kembali melirik ke arah kanan dan kiri. Benar saja sepi. Tidak ada orang yang melintas.

Kalau sudah seperti ini timbul penyesalan pada Ceisya. Menyesal kenapa mengajak Maya ke kafe sesepi ini. Kedua, menyesal kenapa tadi tidak lewat jalan trotoar belakang yang lumayan ada beberapa kendaraan melintas, meski agak jauh menuju parkiran.

"Lepaskan!" perintah Ceisya.

"Aku akan melepaskan jika kamu mau menuruti keinginan aku." Beribu ide cemerlang berputar-putar di dalam kepala Ibas.

"Apa?" Ceisya bertanya. Siapa tahu Ibas menginginkan uang. Di tas masih ada sisa uang pembelian ponsel. Siapa tahu Ibas mau melepaskannya. "Uang?"

"Tidak." Ibas menggeleng.

"Lantas apa?" Diam-diam Ceisya melirik ke atas. Sebenarnya Ibas tidak terlalu buruk jika dilihat dari fisik, hanya saja sifatnya tidak jauh berbeda dengan ibu tirinya jika sudah menginginkan sesuatu.

"Kamu."

"Sudah aku bilang tidak!"

Entah keberanian darimana tiba-tiba Ceisya menendang perut bagian bawah laki-laki itu.

Ibas mengerang kesakitan. Pasalnya perut sama sekali belum diisi. Jadwal makan siang malah digunakan untuk mengintai ke mana perginya Ceisya.

Pelan-pelan rengkuhan tangan Ibas mengendur. Dan ini adalah kesempatan emas Ceisya untuk melarikan diri dari laki-laki yang tergila-gila kepadanya.

"Awas kau!" rintih Ibas sambil memegang perutnya yang terasa sakit seperti mau pecah. Pasalnya tendangan Ceisya lumayan keras. Tebakan Ibas salah tentang Ceisya. Ternyata gadis itu tidak selemah yang Ibas bayangkan.

"Sial!" pekik Ibas menjatuhkan tubuhnya ke atas rerumputan. Kedua mata yang sedikit menyipit melihat Ceisya yang sudah berlari jauh meninggalkan Ibas yang tengah kesakitan.

"Awas aku. Akan aku balas. Bahkan lebih sakit dari ini," janji Ibas. 

Laki-laki itu sedikit menyingkap baju yang dikenakan. "Sial!"

Jahitan akibat operasi usus buntu minggu lalu kembali mengeluarkan darah. Rasanya sakit, perih.

Sementara itu, Ceisya berlari dengan nafas terengah-engah menuju mobil. Saking takutnya, gadis itu sampai bolak-balik terjatuh karena efek ketakutan yang luar biasa.

Setelah menggapai pintu mobil, Ceisya buru-buru masuk dan mengunci. Ia tidak mau melihat bagaimana wajahnya sekarang. Pasti sangat pucat.

Dengan hati-hati, gadis itu menjalankan mobil. Ia tidak mau, Ibas mengejar kembali dan menangkapnya. Untuk ke depannya, Ceisya harus hati-hati. Siapa tahu Ibas bisa menemukan kehadirannya di mana pun juga.

***

Perasaan Ceisya masih cemas gara-gara kejadian tadi. Ini adalah pertama kalinya ada laki-laki yang berbuat tidak baik kepadanya.

Ketika sampai depan rumah, Perasaan takut itu pun masih ada. Karena ketakutan sekarang adalah harus berurusan lagi dengan Sentari.

Setelah menutup mobil rapat-rapat, Ceisya memasuki rumah dengan hati-hati. Mobil ayah masih ada di halaman. Setidaknya nanti akan aman-aman saja di dalam rumah.

Baru juga menutup pintu depan, lagi-lagi Ceisya diberikan kejutan karena ada seseorang yang menarik tangannya dengan keras. Kenapa harus tangan lagi yang menjadi korban?

"Tante?" Ceisya berhasil menemukan siapa pelaku yang menyeret tangannya.

Tatapan tajam penuh amarah mengarah kepada siapa yang datang.

"Apa yang kamu lakukan terhadap Ibas?" hardik Sentari meluapkan emosi yang sudah ditahan sejak tadi.

Ceisya kebingungan setengah mati. Kenapa Sentari bisa tahu apa yang telah dilakukan Ceisya kepada Ibas?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Aktor Tampan itu Suamiku   PERJUANGAN BERAT UNTUK KEMBALI

    Ceisya masih berusaha keras membuka pintu dengan bantuan paku itu. Peluh bercucuran ketika otak berkonsentrasi keras bagaimana pintu bisa terbuka."Cring."Bunyi berasal dari paku yang jatuh ke bawah menimbulkan suara. Ceisya sangat panik. Mata langsung menatap ke bawah. Tepatnya paku yang menggelinding keluar melalui celah."Tidak! Jangan!" pekik Ceisya karena benda yang akan menolongnya malah menggelinding keluar melalui celah.Teriakan Ceisya berakhir sia-sia. Benda itu sekarang berada di luar dengan ujung paku yang sedikit menyembul ke dalam.Jari tangan perempuan yang sedang panik berusaha menarik keras agar ujung paku bisa disentuh.Usaha tetap sia-sia. Benda itu semakin menjauh."Bodoh. Bodoh," rutuk Ceisya kepada diri sendiri. Lama-lama air mata itu turun.Mata mengamati ruangan sempit. Sekarang ia bakal bertahan dan sendirian di sini. Ke depannya bakal menjadi sanderaan Ibas. Malang betul nasibnya.Bagaimana dengan Kaivan? Pasti aktor itu sedang kebingungan mencarinya. Setel

  • Aktor Tampan itu Suamiku   INCARAN WARTAWAN

    "Aku ambil," ucap Ibas setelah berhasil mengambil ponsel dan tas. Laki-laki ini belum paham kalau di dalam sana terdapat uang lumayan banyak.Ponsel itu kembali berdering. Ceisya dan Ibas sama-sama menatap asal bunyi."Sepertinya pacar kamu menginginkan kamu segera datang." Senyum licik Ibas terpancar di wajahnya."Lepaskan. Aku harus pergi."Ceisya bisa menebak kalau Kaivan sangat khawatir sampai harus dua kali menelepon."Jangan harap," jawab Ibas merasa menang. "Kita tunggu saja apa yang akan terjadi dengan pacar kamu di rumah sakit."Ceisya terbelalak. "Jangan apa-apakan dia."Meski Randi hanya sebatas teman, tetapi Ceisya tidak ingin laki-laki itu mendapat kekerasan lagi dari Ibas."Begitu cintanya hah kamu sama dia!" bentak Ibas dengan sangat keras. Disusul dengan tamparan di pipi. Ceisya terjatuh karena Ibas kembali berbuat kasar kepadanya. Tanpa sadar tangan kanan memegang pipi yang terasa sangat perih. Sementara itu Adi yang berada di luar merasa ketar-ketir. Ia sangat paha

  • Aktor Tampan itu Suamiku   PENCULIKAN

    "Yakin dengan rencana yang mau kamu lakukan?" tanya seorang pria kepada temannya dengan ragu. Masalahnya ini baru pertama."Ya.""Apa yakin akan berhasil?""Pastinya.""Apa kamu gak takut ditangkap polisi?" Pria yang membantu temannya juga ragu dengan rencana yang sudah menyerempet ke hal kriminalitas."Gak akan."Pria itu menggeleng karena sifat temannya yang keras kepala."Perempuan itu yang membuat gue brutal seperti ini. Jika cara halus tidak bisa buat dapetin dia, maka terpaksa pakai cara kasar.""Kalau misal lo sampai tertangkap polisi, tolong jangan bawa-bawa gue."Ibas mendelik ke arah temannya."Lo percaya sama gue saja." Ibas meyakinkan temannya."Kita tidak hanya akan ketahuan polisi. Tapi juga bos akan marah gara-gara kita bolos.""Tenang saja. Cuma satu hari. Semoga saja kita berhasil."Keduanya lama termenung. "Yakin Perempuan itu di rumah sakit?" Lagi-lagi Pria yang bernama Adi merasa bimbang. Ia tidak tahu mau sampai kapan bertahan di halaman rumah sakit. Sudah dua jam

  • Aktor Tampan itu Suamiku   RANDI YANG MALANG

    Kaivan masih membuka tirai untuk memastikan Ceisya pergi dengan aman-aman. Entah mengapa jantung Kaivan mendadak berdetak lebih kencang ketika melihat perubahan Penampilan perempuan itu.'Kenapa aku jadi seperti ini?' batin Kaivan sembari menurut tirai. Kalau Ceisya beneran pergi ke Jawa, pasti semua nanti akan berjalan seperti biasa. Kaivan harus pulang syuting pagi hari dan siangnya harus kembali ke lokasi.Sekarang Kaivan teringat akan satu hal sebelum dirinya terjatuh."Kapan aku bisa istirahat panjang?" Dan sekarang Tuhan mengabulkan entah sampai kapan.Kata-kata Randi sekarang bagai kembali terekam di telinga Kaivan. Ceisyalah yang menjadi penyebab semuanya. Seharusnya Kaivan membenci perempuan itu."Apakah aku harus mengikuti kata-kata Randi untuk membenci Ceisya?" Kaivan bertanya kepada diri sendiri.Kaivan benar-benar seperti harus mengulang yang sudah-sudah. Jika tadi kata-kata Randi, sekarang raut wajah Ceisya yang ketakutan di tepi jembatan sangat membebas di ingatan Kaiv

  • Aktor Tampan itu Suamiku   BAJU BABY PINK

    "Siapa yang menyerang Randi?" tanya Ceisya terbata-bata. Wajah pun tiba-tiba memucat."Entahlah! Aku tidak paham," balas Kaivan bingung. Pertemanan Kaivan dan Randi sudah cukup lama dan Kaivan paham betul siapa teman-teman Randi."Apa kita harus lapor polisi?" saran Ceisya. Siapa tahu kalau orang yang beneran menyerang Randi adalah Ibas maka itu akan sangat menguntungkan Ceisya."Kita belum cukup bukti. Tidak ada rekaman CCTV saat Randi diserang. Kalau tidak kita tunggu Randi sadar untuk menemukan pelakunya."Ceisya mengangguk paham."Bu dhe tolong ambilkan jaket di kamar!"Orang yang dipanggil merasa kaget. "Mas Kaivan mau kemana?""Mau jenguk Randi di rumah sakit."Jawaban itu cukup mengejutkan Ceisya dan Bu dhe. "Tapi kan Mas Kaivan baru pulang dari rumah sakit?" protes wanita itu."Kasihan Randi." Pikiran Kaivan langsung tertuju kepada Randi. Seharusnya Kaivan selalu berada di sisi Randi tidak sadarkan diri. Sama seperti Kemarin-kemarin saat Kaivan di ruang sakit."Sebaiknya jang

  • Aktor Tampan itu Suamiku   PENYERANGAN

    Randi merasakan kepalanya sangat sakit. Apalagi sempat merasakan bagian punggungnya ada yang bolak-balik menendang."Bangun! Tidak perlu pura-pura pingsan segala!" gertak orang itu terus menendang Randi yang masih mengumpulkan nyawa.Berhubung suasana petang, tidak ada orang yang melihat. Meski masih area rumah sakit, tetapi Randi tadi membeli buah di toko paling ujung. Dan Randi memarkir mobi di lahan kosong karena jalanan depan toko buah hanya muat untuk satu mobil."Kalau gue bilang bangun ya bangun!" gertak orang tersebut karena sama sekali tidak melihat pergerakan orang yang dihajar.Dengan tenaga kuat, ditariknya kemeja belakang milik Randi. Dibaliknya tubuh tidak berdosa itu menjadi terlentang."Bangun!" teriak Ibas dengan napas tersendat karena berhasil mengeluarkan tenaga untuk membalikkan tubuh laki-laki dewasa.Tangan Ibas sekarang digunakan untuk menampar pipi Randi dengan keras.Randi berusaha membuka mata. Ia merasakan seluruh tubuhnya terasa sakit. Entah bagaimana nasib

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status